Kuartal III-2021

Mau Transformasi Digital, kok Laba Duo BGTG-BACA Anjlok?

Feri Sandria, CNBC Indonesia
05 November 2021 15:55
bank ganesha
Foto: Facebook/Ganesha Club

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Ganesha Tbk (BGTG) melaporkan penurunan laba bersih menjadi Rp 6,12 miliar pada akhir kuartal ketiga tahun ini atau per September 2021.

Angka laba bersih tersebut ambles 53,98% dari periode yang sama tahun lalu yang nilainya mencapai Rp 13,30 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan kuartalan yang terbit di laman Bursa Efek Indonesia (BEI), tertekannya laba perusahaan salah satunya dikarenakan pendapatan bunga yang juga mengalami penyusutan menjadi Rp 235,23 miliar, turun 13,91% dari posisi akhir September 2020 yang berada di angka Rp 272,92 miliar.

Selain itu total pendapatan operasional lain dari Bank Ganesha juga tercatat turun menjadi Rp29,72 miliar dari semula sebesar Rp 37,92 miliar.

Meski kinerja tertekan, aset BGTG tercatat tumbuh menjadi 7,67 triliun dari posisi akhir tahun lalu senilai Rp 5,36 triliun.

Rasio kredit macet perusahaan juga mengalami penurunan menjadi 2,06% dari sebelumnya 2,86%.

Selain itu liabilitas perusahaan juga tercatat naik menjadi Rp 6,53 triliun dari semula Rp 4,22 triliun. Alhasil, ekuitas perusahaan stagnan di angka Rp 1,14 triliun.

Hingga akhir September tahun ini, modal inti Bank Ganesha juga masih berada di level Rp 1,05 triliun.

Kondisi modal inti BGTG memang masih tidak sesuai dengan Peraturan OJK Nomor 12/POJK.03/2020, di mana bank diharuskan memiliki modal inti minimum bank umum sebesar Rp 2 triliun di akhir tahun ini dan minimal Rp 3 triliun di akhir tahun 2022.

Apabila modal inti minimum tersebut tak dapat dicapai oleh bank mini, maka bank tersebut berpotensi didegradasi oleh OJK menjadi BPR alias Bank Perkreditan Rakyat yang tentunya bisnisnya lebih terbatas dibandingkan dengan perbankan konvensional.

Sebelumnya, induk perusahaan BGTG, PT Equity Development Investment Tbk (GSMF) telah menyampaikan untuk melakukan aksi korporasi penerbitan saham baru dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue.

Kamis bulan lalu (14/10), manajemen GSMF menyampaikan bahwa dana rights issue tersebut akan digunakan untuk meningkatkan investasi saham pada Bank Ganesha, entitas anak yang saat ini dimiliki oleh perseroan sebesar 29,86% dalam rangka memenuhi ketentuan modal inti minimum yang disyaratkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, baik melalui penyetoran saham sekurang-kurangnya sebesar Rp 1 triliun.

Berdasarkan prospektus di BEI pertengahan Oktober lalu, GSMF berencana untuk menerbitkan sebanyak 7,45 miliar saham dengan harga pelaksanaan Rp 165/unit. Artinya target pendanaan dalam rights issue ini sebesar Rp 1,23 triliun.

Perusahaan Hong Kong, Equity Global International Limited, selaku pemegang 67,76% saham GSMF juga telah menyatakan akan melaksanakan hak HMETD tersebut dan menjadi pembeli siaga (standby buyer) apabila terdapat sisa saham dalam rights issue, maksimal senilai Rp 1,1 triliun.

NEXT: Bagaimana Kabar Bank Mini Lain?

Di tengah berlangsungnya proses go digital (bank digital) yang dilakukan oleh bank mini, tercatat lima bank mini lain sudah mempublikasikan laporan keuangan per kuartal III (September) 2021.

Menurut data yang dihimpun dari laman resmi BEI, tiga dari lima emiten bank digital yang telah menerbitkan laporan keuangan teranyar tercatat membukukan kerugian bersih pada akhir September tahun ini.

Selain itu, ada bank yang malah membukukan pendapatan bunga bersih yang negatif sepanjang 9 bulan pertama tahun ini.

Tiga emiten yang mencatatkan kerugian adalah yakni PT Bank Jago Tbk (ARTO)) dengan kerugian Rp 32,60 miliar, PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK) sebesar Rp 60,72 miliar dan PT Bank QNB Indonesia Tbk (BKSW) senilai Rp 601,70 miliar.

Sementara itu, Bank Capital Indonesia Tbk (BACA) malah membukukan pendapatan bunga bersih yang negatif, yakni sebesar negatif Rp 379,09 miliar per kuartal III 2021.

Meski demikian Bank Capital mampu memperoleh laba bersih senilai Rp 20,95, akan tetapi angka tersebut turun drastis atau tertekan 65,35% dari periode akhir September tahun 2020 lalu yang laba bersihnya mencapai Rp 60,46 miliar.

Kinerja 5 Emiten Bank Digital Per 30 September 2021

Kode

Pend,Bunga Bersih

YoY(%)

Laba Bersih

YoY(%)

ARTO

Rp 317.55 M

640.27

(Rp 32.60 M)

N/A

BACA

(Rp 379.09 M)

N/A

Rp 20.95 M

-65.35

BANK*

Rp 27.60 M

12.30

(Rp 60.72 M)

N/A

BBHI

Rp 131.56 M

261.55

Rp 85.73 M

77.16

BKSW

Rp 254.26 M

25.98

(Rp 601.70 M)

-9.15

Sumber: BEI, *khusus BANK menggunakan total pendapatan pengelolaan dana oleh Bank sebagai mudharib

Per 30 September 2021, Bank Capital telah menyalurkan kredit Rp 4,54 triliun, turun dari posisi Desember 2020 Rp 6,38 triliun. Adapun jumlah simpanan dari nasabah tercatat sebesar Rp 19,19 triliun, lebih besar dari posisi akhir tahun lalu Rp 16,37 triliun.

Kemudian, pada 30 September 2021 rasio NPL (non performing loan, kredit bermasalah) bruto BACA nihil dan pada 31 Desember 2020 sebesar 0,00011%. Sementara, rasio NPL secara neto per akhir September 2021 juga nihil dan, dari rasio NPL neto 31 Desember tahun lalu 0,00010%.

Modal inti BACA juga masih berada di angka Rp 1,57 triliun yang mana masih lebih kecil dari persyaratan yang ditetapkan oleh OJK.

Untuk menanggulangi permasalahan ini perseroan telah berencana menerbitkan sebanyak-banyaknya 20 miliar saham dengan nilai nominal Rp 100. Harga pelaksanaan sendiri masih belum ditetapkan.

Rencananya, dana hasil rights issue ini akan digunakan untuk memperkuat struktur permodalan perseroan.

Para pemegang saham yang telah menyatakan komitmen untuk melaksanakan rights issue ini baru dari PT Inigo Global Capital (14,71%) dan PT Delta Indo Swakarsa (13,9%). Sedangkan, KPD Simas Equity Fund yang menggenggam 11,06% saham BACA, belum menyatakan sikap.

Saat ini, pemegang saham publik masih menjadi yang terbesar di saham BACA, dengan kepemilikan 60,27%

Perlu dicatat dalam pelaksanaan rights issue kali ini, BACA menegaskan tidak ada pembeli siaga (standby buyer).

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular