
Mau Transformasi Digital, kok Laba Duo BGTG-BACA Anjlok?

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Ganesha Tbk (BGTG) melaporkan penurunan laba bersih menjadi Rp 6,12 miliar pada akhir kuartal ketiga tahun ini atau per September 2021.
Angka laba bersih tersebut ambles 53,98% dari periode yang sama tahun lalu yang nilainya mencapai Rp 13,30 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan kuartalan yang terbit di laman Bursa Efek Indonesia (BEI), tertekannya laba perusahaan salah satunya dikarenakan pendapatan bunga yang juga mengalami penyusutan menjadi Rp 235,23 miliar, turun 13,91% dari posisi akhir September 2020 yang berada di angka Rp 272,92 miliar.
Selain itu total pendapatan operasional lain dari Bank Ganesha juga tercatat turun menjadi Rp29,72 miliar dari semula sebesar Rp 37,92 miliar.
Meski kinerja tertekan, aset BGTG tercatat tumbuh menjadi 7,67 triliun dari posisi akhir tahun lalu senilai Rp 5,36 triliun.
Rasio kredit macet perusahaan juga mengalami penurunan menjadi 2,06% dari sebelumnya 2,86%.
Selain itu liabilitas perusahaan juga tercatat naik menjadi Rp 6,53 triliun dari semula Rp 4,22 triliun. Alhasil, ekuitas perusahaan stagnan di angka Rp 1,14 triliun.
Hingga akhir September tahun ini, modal inti Bank Ganesha juga masih berada di level Rp 1,05 triliun.
Kondisi modal inti BGTG memang masih tidak sesuai dengan Peraturan OJK Nomor 12/POJK.03/2020, di mana bank diharuskan memiliki modal inti minimum bank umum sebesar Rp 2 triliun di akhir tahun ini dan minimal Rp 3 triliun di akhir tahun 2022.
Apabila modal inti minimum tersebut tak dapat dicapai oleh bank mini, maka bank tersebut berpotensi didegradasi oleh OJK menjadi BPR alias Bank Perkreditan Rakyat yang tentunya bisnisnya lebih terbatas dibandingkan dengan perbankan konvensional.
Sebelumnya, induk perusahaan BGTG, PT Equity Development Investment Tbk (GSMF) telah menyampaikan untuk melakukan aksi korporasi penerbitan saham baru dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue.
Kamis bulan lalu (14/10), manajemen GSMF menyampaikan bahwa dana rights issue tersebut akan digunakan untuk meningkatkan investasi saham pada Bank Ganesha, entitas anak yang saat ini dimiliki oleh perseroan sebesar 29,86% dalam rangka memenuhi ketentuan modal inti minimum yang disyaratkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, baik melalui penyetoran saham sekurang-kurangnya sebesar Rp 1 triliun.
Berdasarkan prospektus di BEI pertengahan Oktober lalu, GSMF berencana untuk menerbitkan sebanyak 7,45 miliar saham dengan harga pelaksanaan Rp 165/unit. Artinya target pendanaan dalam rights issue ini sebesar Rp 1,23 triliun.
Perusahaan Hong Kong, Equity Global International Limited, selaku pemegang 67,76% saham GSMF juga telah menyatakan akan melaksanakan hak HMETD tersebut dan menjadi pembeli siaga (standby buyer) apabila terdapat sisa saham dalam rights issue, maksimal senilai Rp 1,1 triliun.
NEXT: Bagaimana Kabar Bank Mini Lain?
