Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar modal dalam negeri belakangan sedang ramai dengan sejumlah aksi perusahaan milik para konglomerat Indonesia yang kini memilih untuk menjadi perusahaan publik dan mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Terbaru, perusahaan yang bergerak di bisnis ritel bahan bangunan (Depo Bangunan) milik Hermanto Tanoko, pengusaha asal Surabaya yang menjabat Group CEO Tancorp Abadi Nusantara, berencana melakukan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) PT Caturkarda Depo Bangunan di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Caturkarda Depo Bangunan berencana menawarkan sebanyak-banyaknya 1,024 miliar saham baru dan diperkirakan akan memperoleh dana sebesar Rp 436,22 miliar sampai dengan Rp 537,60 miliar.
Tancorp Abadi Nusantara sendiri membawahi 8 subholding perusahaan, di mana Depo Bangunan hanya merupakah salah satu perusahaan di subholding Tanworld Networks.
Sebelumnya, terdapat dua anak usaha juga Tancorp tercatat telah melakukan IPO, yakni produsen air minum dalam kemasan merek Cleo, PT Sariguna Primatirta Tbk. (CLEO) dan pengembang properti Tanrise Properti, PT Jaya Sukses Makmur Sentosa Tbk. (RISE).
Anggota holding lainnya termasuk juga produsen cat merek Avian.
Sebagai informasi, Caturkarda Depo Bangunan membuka gerai pertamanya pada 1996 di Kalimalang, Jakarta Timur. Hingga saat ini, perseroan memiliki 9 gerai dan 1 gerai di Jember yang akan melakukan soft opening dalam waktu dekat.
Tentu terdapat alasan bisnis khusus mengapa baru memilih untuk melaksanakan IPO pada saat ini, bisa karena butuh modal atau kebutuhan strategis lainnya, semisal perusahaan merupakan perusahaan keluarga yang ingin diperbaiki tata kelolanya.
Tahun 2020 lalu, majalah Forbes mengestimasi kekayaan Hermanto Tanoko mencapai US$ 700 juta atau setara dengan Rp 10 triliun (kurs Rp 14.300/US$0 dan merupakan orang terkaya ke-39 di Indonesia.
Selain Hermanto beberapa taipan lokal lain juga sedang rajin-rajinnya membawa perusahaan menuju gerbang IPO.
Tidak diketahui secara pasti apakah terdapat alasan umum sama yang melatarbelakangi keputusan para konglomerat untuk menjadikan perusahaan keluarga menjadi milik publik.
Tapi jika dilihat dari tujuan satu perusahaan IPO yang dijabarkan BEI, alasannya kemungkinan besar mencari pendanaan murah lewat penjualan saham ke publik dan meningkatkan aspek GCG (good corporate governance) alias tata kelola perusahaan yang lebih baik sehingga bisa mendongkrak kapasitas perusahaan, terlebih ekspansi global.
Berikut Tim Riset CNBC Indonesia merangkum beberapa perusahaan milik Taipan Lokal yang sudah melaksanakan atau dikabarkan akan segera IPO.
NEXT: Siapa Saja Konglomeratnya?
Martua Sitorus
Taipan pertama adalah pengusaha yang mendirikan Wilmar, perusahaan pedagang minyak sawit terbesar di dunia, pada tahun 1991 bersama dengan Kuok Khoon Hong, yang saat ini juga tercatat sebagai seorang miliarder.
Forbes menaksir kekayaan Martua mencapai US$ 2,0 miliar atau setara dengan Rp 28,6 triliun.
Awal September lalu, Martua berhasil membawa perusahaan produsen semen merek Merah Putih, PT Cemindo Gemilang Tbk (CMNT) melantai di Bursa.
Cemindo Gemilang tercatat berhasil mendapatkan dana IPO Rp 1,17 triliun setelah melepas 1,72 miliar saham (10,04%) di harga Rp 680 per saham.
Hingga penutupan perdagangan Kamis (4/11) kemarin saham CMNT 55,15% dari harga penawaran, naik ke level Rp 1.055 per saham
Anak The Ning King
Hungkang Sutedja, anak dari taipan The Ning King, telah berhasil melakukan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) perusahaan pengelola rumah sakit yakni PT Kedoya Adyaraya Tbk (RSGK), di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Pada awal September tahun ini RSGK resmi melantai di bursa dan tercatat berhasil mendapatkan dana IPO Rp 319,82 miliar setelah melepas 185,94 juta saham (20%) di harga Rp 1.720 per saham.
Tidak lama berselang, taipan lain yakni bos Emtek (PT Elang Mahkota Teknologi Tbk/EMTK) Eddy Kusnadi Sariaatmadja melalui anak usaha Grup Emtek, PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME) yang mengelola Omni Hospitals, membeli 167.340.000 saham atau 18% saham RSGK di harga Rp 1.720/saham.
Hingga penutupan perdagangan Kamis (4/11) kemarin harga saham RSGK tercatat 2,32% lebih rendah dari harga penawaran atau berada di level Rp 1.680 per saham
Saat ini, Medikatama masih menjadi pemegang saham pengendali perseroan. Pihak yang merupakan pemilik manfaat dari perseroan (ultimate beneficial owner) adalah Hungkang Sutedja, anak The Ning King taipan Indonesia yang punya banyak perusahaan yang berkutat di sektor tekstil, industri baja, properti, pertambangan, energi, dan pertanian di bawah bendera Agro Manunggal.
The Ning King juga masuk 50 orang terkaya di Indonesia tahun 2017 versi Forbes dengan kekayaan bersih US$ 450 juta atau setara Rp 6,5 triliun.
Prajogo Pangestu
Selanjutnya adalah konglomerat industri petrokimia RI yang ditaksir oleh Forbes memiliki kekayaan mencapai US$ 5,7 miliar dan merupakan orang terkaya keempat di Indonesia ini juga dikabarkan akan segera menawarkan salah satu perusahaannya kepada investor publik.
PT Barito Pacific Tbk (BRPT), emiten petrokimia milik taipan Prajogo Pangestu, berencana untuk melepas sebagian kepemilikan sahamnya di PT Star Energy Geothermal melalui penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) di pasar modal.
Wakil Presiden Direktur Barito Pacific Rudy Suparman mengungkapkan perusahaan tengah melakukan persiapan terkait dengan rencana ini. Kendati demikian tidak disebutkan lebih rinci kapan waktu pelaksanaan aksi korporasi tersebut.
"Arah dan harapannya akan ke sana [rencana IPO Star Energy]. Namun ada beberapa persiapan yang harus dilakukan sehingga akan dijelaskan lebih lanjut mengenai hal ini," kata Rudy dalam paparan publik, dikutip Selasa (19/10/2021).
Untuk diketahui, Star Energy Geothermal memiliki kapasitas terpasang PLTP saat ini sebesar 875 Mega Watt (MW) atau menguasai 41% dari total kapasitas terpasang PLTP di Indonesia yang mencapai 2.130,7 MW hingga akhir 2020.
TIM RISET CNBC INDONESIA