Analisis

Gak Ngebul Lagi, Laba Q3 Perusahaan Rokok RI kok Nyungsep?

Feri Sandria, CNBC Indonesia
03 November 2021 15:15
Kolase/ Foto 5 Perusahaan Rokok Terbesar/Aristya Rahadian
Foto: Kolase/ Foto 5 Perusahaan Rokok Terbesar

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja emiten rokok kuartal ketiga tahun ini masih jauh dari kata cemerlang. Meski penjualan meningkat, kinerja laba dua emiten 'raksasa' produsen produk turunan akhir olahan tembakau malah tertekan di September 2021 atau kuartal III-2021.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), empat emiten rokok telah menyampaikan kinerja keuangannya untuk kuartal III-2021, masing-masing adalah emiten PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC) dan dan PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM).

Sedangkan emiten yang akan segera delisting secara sukarela dari lantai bursa, PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA), masih belum menyampaikan lapor keuangannya.

Pendapatan naik, laba malah tertekan

Hingga akhir kuartal ketiga tahun ini, pendapatan emiten rokok dengan kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia, HMSP, tercatat naik 7% menjadi Rp 72,52 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 67,78 triliun.

Meski pendapatan meningkat laba perusahaan hingga akhir September tahun ini malah tertekan hingga 20%, dari semua membukukan laba bersih Rp 6,91 triliun, angka tersebut kini menyusut menjadi hanya Rp 5,55 triliun.

Senada dengan HMSP, emiten rokok milik keluarga Susilo Wonowidjojo yakni GGRM juga mengalami hal yang serupa.

Selama 9 bulan pertama tahun ini pendapatan Gudang Garam Tercatat tumbuh hingga 10% dari semula Rp 83,37 triliun, melonjak menjadi Rp 92,07 triliun.

Akan tetapi peningkatan tersebut nyatanya masih belum mampu memompa kinerja laba perusahaan yang malah terkoreksi hingga 27% menjadi hanya Rp 4,13 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya mencapai Rp 5,65 triliun.

Dua emiten kecil lain, WIIM dan ITIC juga mencatatkan kenaikan pendapatan pada akhir kuartal ketiga tahun ini. Pendapatan WIIM tumbuh 37% menjadi Rp 1,39 triliun, sedangkan ITIC naik tipis 0,3% menjadi Rp 174,48 miliar.

Meski demikian kinerja laba kedua emiten kecil tersebut malah berkebalikan di mana laba bersih WIIM tercatat stagnan di Rp 108 miliar, sedangkan laba ITIC malah melonjak 16% menjadi Rp 15,77 miliar, meski pendapatannya naik tipis.

Cukai tekan kinerja laba

Kinerja laba emiten rokok memang sangat tergantung pada kebijakan tarif cukai.

Akhir tahun lalu, pemerintah melalui Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, akhirnya memutuskan menaikkan tarif cukai rokok di 2021. Sejauh ini, emiten rokok belum mampu membalikkan margin akibat kenaikan cukai hasil tembakau (CHT) tahun 2021 yang rata-rata sebesar 12,5 persen.

Kenaikan tersebut terjadi khususnya pada sigaret mesin, dengan kenaikan tertinggi dialami oleh segmen Sigaret Putih Mesin (SPM). Sementara itu untuk sigaret kretek tangan tidak mengalami kenaikan di 2021.

Industri rokok juga kembali harus memperkuat ikat pinggang, karena pemerintah melalui Dirjen Bea dan Cukai Askolani mengatakan akan segera menetapkan peraturan mengenai kebijakan tarif cukai hasil tembakau (CHT) tahun 2022 yang diperkirakan akan diumumkan pada bulan ini, di mana cukai rokok kemungkinan besar akan kembali naik.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, dari total keseluruhan beban termasuk beban pokok penjualan, beban keuangan dan beban umum mencapai Rp 65,86 triliun.

Beban pita cukai HMSP hingga akhir September tahun ini mencapai Rp 47,40 triliun. Angka tersebut meningkat 14,27% dari tahun sebelumnya sebesar Rp 41,48 triliun.

Memang kenaikan tersebut juga diakibatkan oleh meningkatkan penjualan perusahaan, akan tetapi kenaikan pendapatan hanya sebesar 7%.

Senasib, dari total biaya pokok penjualan Gudang Garam selama tiga kuartal tahun ini yang mencapai Rp 81,67 triliun, senilai Rp 70,17 triliun di antaranya merupakan beban pita cukai PPN dan pajak rokok.

Kenaikan beban cukai dan pajak tersebut lebih besar 20% dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp 58,53 triliun. Persentase kenaikan tersebut dua kali lebih besar dari tingkat kenaikan pendapatan perusahaan.

Hal tersebut merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan laba bersih emiten rokok, khususnya yang memiliki skala produksi dan distribusi raksasa, tertekan pada sembilan bulan pertama tahun ini.

Meskipun demikian, dengan harga cukai yang terus menerus naik, emiten rokok tetap saja menghasilkan laba dengan Net Profit Margin (NPM) yang tentu ikut turun.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Amsyong! Usai Rilis Lapkeu, Saham Emiten Rokok Nyungsep Semua

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular