Cek Gan, Saham-saham CPO Diserbu Investor Lagi Karena Hal Ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham emiten produsen minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) melesat pada awal perdagangan hari ini, Selasa (2/11/2021), di tengah tren kenaikan harga CPO yang masih berlanjut.
Berikut kenaikan saham CPO, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.08 WIB.
- SMART (SMAR), +5,25%, ke Rp 5.025/saham
- Eagle High Plantations (BWPT), +2,17%, ke Rp 94/saham
- Gozco Plantations (GZCO), +1,89%, ke Rp 54/saham
- Sampoerna Agro (SGRO), +1,33%, ke Rp 2.290/saham
- Jaya Agra Wattle (JAWA) +1,11%, ke Rp 182/saham
- Bakrie Sumatra Plantations (UNSP), 0,90%, ke Rp 112/saham
- Tunas Baru Lampung (TBLA), +0,58%, ke Rp 865/saham
Berdasarkan data di atas, saham emiten milik Grup Sinarmas SMAR memimpin kenaikan dengan melesat 5,25% ke Rp 5.025/saham, melanjutkan penguatan yang telah terjadi sejak Senin (1/11) lalu.
Kedua, saham milik BUMN Malaysia Felda dan Grup Rajawali BWPT yang naik 2,17% ke Rp 94/saham. Dalam sepekan saham BWPT melemah 2,13%%, sedangkan dalam sebulan turun 6,12%.
Ketiga, saham emiten kelapa sawit Grup Gozco yang merupakan mantan pengendali dari emiten bank mini Bank Neo ini terkerek naik 1,89% ke Rp 54/saham. Dalam sepekan saham GZCO masih menguat 1,96% dan dalam sebulan terkoreksi 5,45%.
Di bawah saham GZCO, ada saham Grup Sampoerna SGRO yang naik 1,33% ke Rp 2.290/saham. Dalam sebulan saham GRO melesat 18,23%.
Harga sawit sendiri menjadi jawara komoditas--dibandingkan batu bara, minyak, emas dan lain-lain--pada Oktober dengan pertumbuhan 12,75%. Kenaikan terjadi karena Malaysia, produsen sawit terbesar, dikabarkan menghadapi penurunan produksi ke level terendah dalam 5 tahun karena menghadapi keterbatasan pasokan pekerja.
Reuters mengabarkan kondisi tersebut bakal terus berlanjut hingga Maret nanti. Selain itu, harga CPO terus menguat di tengah masifnya program biodiesel untuk transportasi di Indonesia maupun Malaysia.
Koreksi harga minyak bumi ikut menyeret harga CPO. Saat harga minyak bumi lebih murah, maka kebutuhan untuk beralih ke bahan bakar nabati (biofuel) menurun. Akibatnya, permintaan terhadap bahan baku biofuel berkurang. CPO adalah salah satunya.
Wang Tao, Analis Komoditas Reuters, memperkirakan harga CPO tidak akan bergerak terlalu banyak. Harga diperkirakan netral di kisaran MYR 4.090-5.048/ton.
"Apabila harga berhasil menembus kisaran itu, maka tren bullish akan berlanjut. Target selanjutnya adalah MYR 5.197/ton," tulis Wang dalam risetnya.
Menurut Wang, kunci pergerakan harga CPO ada di titik MYR 5.024/ton. Apabila titik itu tidak kunjung tertembus, maka ada risiko harga malah bakal turun.
"Namun sepertinya kekhawatiran penurunan harga yang berkelanjutan tidak berdasar. Candlestick pada 22 Oktober terlihat lebih kecil ketimbang black candle besar yang terbentuk pada 21 Oktober," jelas Wang.
Selain itu salah satu negara Uni Eropa juga dikabarkan tertarik dengan sawit Indonesia. Ketua Parlemen Swiss, Alex Kuprecht, mengadakan kunjungan ke Indonesia pada hari ini, Senin (1/11/2021). Kunjungan ini menandai dimulainya kesepakatan dagang antara Indonesia dan Swiss.
Dalam kunjungan tersebut, Kuprecht buka suara mengenai komoditas ekspor unggulan RI ke Negeri Alpen itu yakni minyak sawit. Kuprecht menyebut bahwa komoditas itu masuk dalam daftar barang yang mendapatkan keringanan bea masuk yang tertuang kesepakatan yang bernama Indonesia-EFTA CEPA.
(fsd/fsd)