
Harga CPO Ambles, Pemicu Saham-saham Sawit Profit Taking

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten produsen minyak sawit (crude palm oil/CPO) kompak terkoreksi di zona merah pada awal perdagangan hari ini, Rabu (13/10/2021), masih terimbas tren aksi ambil untung oleh investor setelah pekan sebelumnya cenderung melesat.
Berikut pelemahan saham emiten sawit, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 10.03 WIB.
Cisadane Sawit Raya (CSRA), saham -4,90%, ke Rp 388/saham
Dharma Satya Nusantara (DSNG), -2,50%, ke Rp 585/saham
Eagle High Plantations (BWPT), -2,08%, ke Rp 94/saham
PP London Sumatra Indonesia (LSIP), -1,74%, ke Rp 1.410/saham
Triputra Agro Persada (TAPG), -1,38%, ke Rp 715/saham
Mahkota Group (MGRO), -1,36%, ke Rp 725/saham
Astra Agro Lestari (AALI), -0,98%, ke Rp 10.125/saham
Bakrie Sumatera Plantations (UNSP), -0,80%, ke Rp 124/saham
Sampoerna Agro (SGRO), -0,77%, ke Rp 1.925/saham
Tunas Baru Lampung (TBLA), -0,56%, ke Rp 885/saham
Menurut data di atas, saham CSRA memimpin pelemahan dengan turun 4,90% ke Rp 388/saham. Dalam sepekan saham ini ambles 14,10%, sementara dalam sebulan melesat 26,62%.
Kedua, saham DSNG yang melemah 2,50% ke Rp 585/saham. Dalam seminggu saham ini melorot 7,14%, sedangkan dalam sebulan melejit 14,71%.
Di bawah saham DSNG, saham BWPT tergerus 2,08%, setelah turun 2,04% pada perdagangan kemarin. Alhasil, dalam sepekan saham ini merosot 6,93%, tetapi masih melonjak 27,03% dalam sebulan.
Keempat, saham LSIP yang terkoreksi 1,74% ke Rp 1.410/saham. Dalam seminggu terakhir, saham Grup Salim ini melemah 4,73%, sedangkan dalam sebulan mendaki 30,41%.
Pagi ini, harga kontrak berjangka minyak sawit kembali melemah, melanjutkan penurunan pada 2 hari sebelumnya.
Pada Rabu (13/10) pukul 10:13 WIB, harga CPO di Bursa Malaysia tercatat MYR 4.839/ton, turun 0,33% dari posisi penutupan hari sebelumnya.
Kemungkinan aksi ambil untung (profit taking) yang dilakukan investor belum usai.
Dengan ini, dalam sepekan harga CPO turun 0,68%, sementara dalam sebulan masih melesat 11,50%. Sementara, secara year to date (ytd) melonjak 29,94%.
Namun, sepertinya prospek harga CPO masih cerah. Wang Tao, Analis Komoditas Reuters, memperkirakan harga CPO bisa melesat ke atas MYR 5.000/ton karena titik resistance MYR 4.910/ton sudah tertembus.
"Setelah menebus titik resistance MYR 4.910/ton, harga bisa naik ke kisaran MYR 5.196-5.276/ton," sebut Wang dalam risetnya.
Bahkan, lanjut Wang, ada proyeksi yang lebih optimistis. Saat titik resistance MYR 4.910/ton sudah tertembus, bukan tidak mungkin harga naik sampai ke MYR 5.341/ton.
Wang menilai saat ini harga CPO sedang mengarungi gelombang 5. Dalam kekuatan penuh, gelombang ini bisa membawa harga naik sampai ke rentang MYR 5.506-6.128/ton. Apabila harga benar-benar menyentuh 6.128/ton, maka ada lonjakan 24,12% dari posisi saat ini.
Kini, lanjut Wang, titik MYR 4.910/ton sudah menjadi titik support baru. Jika harga turun hingga menembus titik ini, maka ada peluang koreksi tipis ke MYR 4.824/ton.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ngenes! CPO Babak Belur Pekan Ini