
Dicecar Bursa Soal Kinerja, Ini Penjelasan Emiten Haji Isam (JARR)

Jakarta, CNBC Indonesia — Emiten kebun sawit milik Haji Isam, PT Jhonlin Agro Raya Tbk. (JARR) memberikan penjelasan terkait kinerja sepanjang paruh pertama tahun ini, kepada Bursa Efek Indonesia (BEI). Manajemen JARR dicecar sejumlah pertanyaan mulai dari peningkatan kinerja top line hingga terkait kontrak usaha terbaru.
Melalui keterbukaan informasi, Direktur JARR, Temmy Iskandar menjelaskan pihaknya mencatatkan penjualan sebesar Rp2 triliun hingga 30 Juni 2025, tumbuh 18% secara tahunan (yoy).
Kenaikan pendapatan terutama didorong oleh meningkatnya harga jual rata-rata pada produk utama seperti Fatty Acid Methyl Ester (FAME), Crude Glycerine (CG), Palm Fatty Acid Distillate (PFAD), hingga minyak goreng.
Peningkatan ini turut mendongkrak rasio laba kotor dari 10,2% pada Juni 2024 menjadi 14,7% di Juni 2025. Temmy menyebut penurunan harga pokok penjualan (HPP) menurun dari 89,78% menjadi 85,30%. Hal itu tidak terlepas dari naiknya kontribusi produksi crude palm oil (CPO) internal menjadi 18-19% dari total kebutuhan, dibanding 15-16% pada tahun lalu.
Dari sisi arus kas, JARR mencatat posisi kas dan setara kas sebesar Rp543 miliar pada semester I-2025, naik Rp291 miliar dari periode yang sama tahun lalu. Temmy mengatakan lonjakan ini utamanya bersumber dari restitusi pajak tahun 2023 senilai Rp307 miliar yang cair di 2025.
Sementara itu, piutang usaha JARR kepada Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) turun drastis dari Rp325 miliar menjadi Rp33 miliar, akibat perubahan skema alokasi penyaluran FAME. Sebaliknya, piutang dari mitra usaha seperti PT AKR Corporindo Tbk. (AKRA) dan PT Andifa Perkasa Energi meningkat seiring kenaikan harga jual produk.
Di sisi liabilitas, JARR mencatat utang usaha Rp45,6 miliar kepada PT Agrinas Palma Nusantara, muncul pertama kali di tahun 2025 seiring pembelian CPO.
Emiten milik crazy rich Kalimantan itu juga memiliki fasilitas pinjaman bank dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) dengan total Rp1,82 triliun berbunga 6,8%, terdiri dari jangka pendek Rp92,25 miliar dan jangka panjang Rp1,73 triliun.
Lebih lanjut, Temmy mengatakan meraih kontrak senilai Rp1,6 triliun dengan PT Pertamina Patra Niaga, yang berlaku untuk periode Januari-Desember 2024, dengan area distribusi ke wilayah Wayame. Kontrak tersebut tidak memiliki opsi perpanjangan otomatis, namun tiap tahun dapat diperbarui dengan nilai berbeda.
(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Emiten Haji Isam (JARR) Cetak Laba Rp 59,7 M Kuartal I-2025, Naik 98%
