
Lama Gak Kedengaran, Ini Kabar Buruk buat Saham ANTM-INCO dkk

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham emiten nikel tampaknya mulai ditinggalkan kembali oleh investor pasar modal, setidaknya dalam sepekan terakhir ini, setelah sempat melesat pada awal hingga pertengahan bulan Oktober lalu seiring dengan tren kenaikan harga nikel.
Lantas, bagaimana kinerja saham nikel setidaknya dalam 3 bulan terakhir?
Berikut ini kinerja saham emiten dalam sepekan dan 3 bulan terakhir, mengacu pada data Bursa Efek Indonesia (BEI), per penutupan Selasa (2/11/2021).
Kinerja Saham-saham Nikel dalam Sebulan dan 3 Bulan
Ticker | Harga Terakhir (Rp) | % 1 Pekan | % 3 Bulan |
HRUM | 7575 | -5.31 | 26.78 |
NIKL | 1105 | -3.07 | 0.45 |
TINS | 1540 | -5.23 | -5.81 |
ANTM | 2310 | -3.75 | -10.81 |
INCO | 4760 | -2.06 | -11.85 |
NICL | 71 | -7.79 | -63.96 |
Sumber: Bursa Efek Indonesia (BEI) | Harga terakhir per 2 November 2021
Mengacu pada tabel di atas, saham emiten milik taipan Kiki Barki PT Harum Energy Tbk (HRUM) menjadi yang paling melejit dalam 3 bulan terakhir, yakni 26,78%. Namun, dalam sebulan dan sepekan belakangan, saham HRUM turun signifikan sebesar 9,01% da 5,31%
Akan tetapi, sebagai catatan, bisnis tradisional HRUM adalah batu bara sehingga sentimen utama penyokong pergerakan saham ini adalah harga batu bara. Harum memang mulai masuk ke tambang nikel seiring dengan prospek baterai listrik di Tanah Air.
Dalam sebulan terakhir, saham-saham batu bara memang sedang mengalami tren penurunan. Saham PT Indika Energy Tbk (INDY) dan PT Adaro Energy Tbk (ADRO), misalnya, masing-masing ambles 20,70% & 11,56% dalam sebulan.
Di bawah saham HRUM, ada saham NIKL yang masih bisa naik dalam 3 bulan terakhir, yakni sebesar 0,45%. Saham NIKL sempat menyentuh harga tertinggi dalam 3 bulan terakhir pada 19 Oktober 2021 di Rp 1.175/saham.
Kemudian, dua saham emiten BUMN, PT Timah Tbk (TINS) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) ambles 10,81% dan 11,85% dalam 3 bulan terakhir. Adapun dalam sepekan, saham TINS dan ANTM sama-sama anjlok 5,23% dan 3,75%.
Seperti saham NIKL, saham TINS juga tercatat pernah menyentuh level tertinggi sejak Agustus lalu di Rp 1.725/saham pada 18-19 Oktober 2021. Sementara, saham ANTM menembus level tertinggi dalam sebulan juga pada 19 Oktober 2021 di Rp 2.530/saham.
Lebih lanjut, saham INCO juga tergerus 2,06% dalam sepekan dan 'terjun bebas' 11,85% dalam 3 bulan belakangan. Tidak ketinggalan, saham INCO pun menyentuh level tertinggi setidaknya sejak awal September 2021 di harga Rp 5.125/saham pada 18 Oktober 2021.
Terakhir, saham NICL yang mencatatkan penurunan harga saham tertinggi dalam 3 sebulan terakhir dan selama sepekan terakhir, yaitu secara berturut-turut sebesar 63,96% dan 7,79%.
Setelah menembus level Rp 318/saham pada 15 Juli 2021 lalu, saham NICL memang cenderung merosot (downtrend).
Asal tahu saja, NICL melakukan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) pada 9 Juli 2021 di harga Rp 100/saham.
Singkatnya, berdasarkan pemaparan singkat di atas, bisa dikatakan saham-saham emiten nikel utama mengalami tren koreksi setelah menyentuh harga tertinggi dalam beberapa waktu terakhir pada 18-19 Oktober 2021.
NEXT: Harga Nikel Kena Aksi Ambil Untung