Buruan Cek Saham TINS-INCO-ANTM Dkk, Jangan Ketinggalan Cuan

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
11 October 2021 10:13
A worker poses with a handful of nickel ore at the nickel mining factory of PT Vale Tbk, near Sorowako, Indonesia's Sulawesi island, January 8, 2014. REUTERS/Yusuf Ahmad
Foto: REUTERS/Yusuf Ahmad

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham emiten nikel kompak melesat pada awal perdagangan hari ini, Senin (11/10/2021), di tengah sentimen positif berupa kenaikan harga nikel dalam sepekan terakhir.

Berikut kenaikan saham-saham nikel, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.54 WIB.

  1. Timah (TINS), saham +5,03%, ke Rp 1.670/saham

  2. Vale Indonesia (INCO), +3,11%, ke Rp 4.980/saham

  3. Pelat Timah Nusantara (NIKL), +2,63%, ke Rp 1.170/saham

  4. PAM Mineral (NICL), +2,63%, ke Rp 78/saham

  5. Aneka Tambang (ANTM), +2,56%, ke Rp 2.400/saham

  6. Harum Energy (HRUM), +0,64%, ke Rp 7.875/saham

Menurut data di atas, saham emiten BUMN TINS memimpin kenaikan, dengan melesat 5,03% ke Rp 1.670/saham, melanjutkan kenaikan 0,95% pada Jumat pekan lalu. Saham TINS terkerek 10,96% dalam sepekan dan naik 10,23% dalam sebulan.

Kedua, saham INCO juga mencuat 3,11% ke Rp 4.980/saham. Dengan ini, saham INCO sudah naik selama 4 hari beruntun. Dalam seminggu saham INCO terapresiasi 4,18%, sedangkan dalam sebulan masih minus 1,87%.

Di bawah INCO, ada saham NIKL yang mendaki 2,63% ke Rp 1.170/saham, setelah terkoreksi 1,72% pada Jumat pekan lalu. Saham NIKL naik 8,18% dalam sepekan dan melejit 11,74% dalam sepekan.

Saham emiten pelat merah lainnya ANTM juga naik 2,56%, melanjutkan kenaikan pada 2 hari sebelumnya.

Pada Jumat (8/10) pekan lalu, harga nikel kontrak pembelian 3 bulan di pasar LME (London Metal Exchange) naik 3,48% dibandingkan hari sebelumnya. Sementara, selama sepekan harga nikel melesat 4,25%.

Pada jangka panjang, konsumsi nikel diperkirakan naik dua kali lipat menjadi 4.9 juta ton pada tahun 2040 (dari tahun 2020 sebesar 2,4 juta ton), kata Angela Durrant, analis Woode Mackenzie. Peningkatan konsumsi nikel dimotori permintaan dari industri kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV).

"Pada tahun 2020 kami memperkirakan permintaan baterai untuk EV menyumbang 7% dari total konsumsi, tetapi pada tahun 2040, kami berharap ini akan naik menjadi 30% dalam periode 20 tahun. Kami memperkirakan konsumsi nikel menjadi lebih dari dua kali lipat dari 2,4 juta ton pada 2020 menjadi 4,9 juta ton pada 2040," kata Durrant.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Timah Rekor Tertinggi, Saham-saham Produsennya Naik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular