Jakarta, CNBC Indonesia - Alih-alih mencoba menembus level tertinggi sepanjang masa di posisi 6.693, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) malah anjlok meninggalkan level psikologis 6.600 pada penutupan sesi I perdagangan Kamis (28/10/2021).
Para investor tampaknya masih khawatir soal kasus Covid-19 di Tanah Air dan di sejumlah negara, seperti Singapura dan China.
Selain itu, sentimen negatif bagi IHSG lainnya juga terkait perkembangan krisis likuiditas perusahaan properti di China dan reli harga komoditas juga mulai mengendur jelang konferensi konferensi iklim COP26 yang dimulai pada hari Minggu mendatang.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG ambles 1,02% ke posisi 6.535,076 dengan nilai transaksi Rp 7,72 triliun dan volume perdagangan 13,74 miliar saham pada penutupan sesi I hari ini.
Adapun, 125 saham tercatat naik, 387 melorot, dan 136 saham stagnan. Di tengah terkoreksinya IHSG, investor asing ramai-ramai keluar dari bursa RI dengan catatan jual bersih Rp 203,04 miliar di pasar reguler dan jual bersih Rp 18,71 miliar di pasar negosiasi dan tunai.
Saham batu bara BUMN PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan duo bank raksasa PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) serta PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi saham yang paling banyak dilego asing.
Asing melakukan jual bersih di saham PTBA mencapai Rp 55,7 miliar, di saham BBRI sebesar Rp 46,7 miliar, dan di saham BBCA Rp 35,1 miliar. Ketiga saham itu pun turun, masing-masing sebesar 5,04%, 0,93%, dan 1,01%.
Sentimen negatif untuk IHSG dari dalam negeri berkaitan dengan kasus covid-19 di sejumlah provinsi yang dilaporkan mengalami kenaikan.
Kondisi ini lantas membuat Presiden Joko Widodo (Jokowi) mulai gelisah, dan membuat seluruh kepala negara bersikap waspada.
Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate mengatakan, Presiden Jokowi menginstruksikan seluruh kepala daerah mewaspadai kenaikan kasus Covid-19 dengan menggencarkan strategi antisipatif mulai dari penguatan protokol kesehatan hingga percepatan vaksinasi.
"Arahan tersebut disampaikan Presiden Jokowi secara langsung kepada kepala daerah se-Indonesia secara virtual dalam pertemuan terkait situasi terkini penanganan COVID-19, Senin (25/10/2021) lalu," ujar Johnny dalam keterangannya, Rabu (27/10/2021).
Arahan Jokowi ini diberikan sehubungan dengan adanya data evaluasi Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), yang menunjukkan terjadinya kenaikan kasus di 105 Kabupaten/Kota.
Kasus harian Covid-19 di Indonesia dalam tiga hari terakhir tampak menunjukkan tren kenaikan. Satuan Tugas Penanganan Covid-19 melaporkan ada tambahan 719 baru dalam kurun waktu Selasa (26/10/2021) pukul 12.00 WIB hingga Rabu (27/10/2021) pukul 12.00 WIB.
Angka itu lebih tinggi dibandingkan kemarin dan sehari sebelumnya yang tercatat masing-masing 611 kasus dan 460 kasus. Adapun hingga Rabu, secara total ada 4.241.809 pasien positif Covid-19 di Indonesia.
Namun, kabar baiknya, kasus sembuh bertambah 944 pasien, lebih tinggi dari penambahan kasus baru pada Rabu. Secara total, kasus sembuh mencapai 4.085.775 kasus.
Lebih lanjut, kasus meninggal bertambah 29 jiwa sehingga total kasus meninggal ada 143.299 jiwa.
NEXT: Kasus Covid-19 Singapura hingga Kabar Kurang Sedap dari China
Selain dari dalam negeri, investor juga menyimak perkembangan kasus Covid-19 di Singapura yang semakin meninggi.
Kasus harian Covid-19 Singapura kini menembus rekor baru. Pada Rabu (27/10), negeri itu mencatat 5.000 kasus tambahan untuk pertama kalinya.
Mengutip Kementerian Kesehatan (MOH), kemarin ada 5.324 kasus baru dengan tambahan 10 kematian. Ini merupakan rekor sejak gelombang baru Covid-19 menyerang negeri itu akhir Agustus 2021.
Angka kasus baru ini juga naik signifikan dibanding Selasa (26/10/2021), di mana Singapura mencatat 3.277 kasus. Hingga hari yang sama, merujuk data John Hopkins University (JHU), rata-rata tujuh hari kasus Covid-19 Singapura adalah 3.481.
Tidak hanya Singapura, Negeri Tirai Bambu China juga sedang mengalami tren kenaikan virus Corona. Hal ini juga turut menyita perhatian investor global saat ini.
Dalam sepekan terakhir, rata-rata pasien positif bertambah 44 orang per hari. Melonjak dibandingkan rerata tujuh hari sebelumnya yaitu 28 orang saban harinya.
Secara nominal, angka penambahan kasus di Negeri Tirai Bambu memang kecil. Namun pemerintah China menganut kebijakan tiada toleransi untuk urusan Covid-19 (zero Covid-19 strategy).
Jadi walau angka kecil, tren kenaikan sudah cukup buat pemerintah memberlakukan lockdown.
Hal tersebut tentunya membuat sentimen pelaku pasar cukup memburuk, mengingat China merupakan negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia.
Selain itu, sektor properti China juga memberikan kecemasan. Satu lagi perusahaan properti kesulitan membayar kewajibannya, menyusul Evergrande Group, Fantasia Holdings dan Sinic Holdings, yakni Modern Land.
Reuters mengabarkan bahwa emiten bursa Hong Kong tersebut telah melewatkan pembayaran kupon obligasi, menambah kekhawatiran tentang dampak yang lebih luas dari krisis utang di sektor properti China.
Pekan lalu Modern Land telah menyatakan akan menunda pembayaran bunga obligasi yang jatuh tempo Senin, 25 Oktober kemarin dan akan membayar sebagian darinya senilai US$ 250 juta atau setara dengan Rp 3,62 triliun dalam 3 bulan ke depan.
Reli Harga Komoditas Mengendur
Tren kenaikan harga komoditas cenderung mengendur akhir-akhir ini, seiring investor melakukan aksi ambil untung. Loyonya harga komoditas, khususnya batu bara, ini terjadi menjelang konferensi iklim di kota Glasgow, Inggris.
Forum itu mungkin merupakan kesempatan terbaik dunia yang tersisa untuk membatasi pemanasan global pada batas atas 1,5-2 derajat Celcius yang ditetapkan dalam Perjanjian Paris.
Sebelumnya, IHSG turut terungkit sepanjang Oktober ini hingga menyentuh level psikologis 6.600 seiring naiknya harga komoditas yang berimbas pada melejitnya saham-saham emiten produsen komoditas tersebut, seperti batu bara, minyak & gas, hingga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO).
Ambil contoh, harga batu bara anjlok. Faktor ambil untung (profit taking) dan kebijakan pemerintah China meredam laju harga si batu hitam.
Kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) tercatat US$ 183,15/ton. Ambles 8,88% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Setidaknya ada dua faktor yang membuat harga batu bara anjlok. Pertama adalah profit taking.
Maklum, harga komoditas ini sudah melonjak gila-gilaan. Dalam sebulan terakhir, harga batu bara masih membukukan kenaikan 9,08% secara point-to-point. Sejak akhir 2020 (year-to-date), harga meroket 177,45%.
Kemudian, Harga CPO ambles pada perdagangan pagi jelang siang hari ini.
Pada Kamis (28/10) pukul 10:08 WIB, harga kontrak berjangka CPO di Bursa Malaysia tercatat MYR 4.857/ton. Anjlok 2,19% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sepertinya aksi ambil untung masih menjadi latar belakang koreksi harga CPO. Meski hari ini turun, tetapi harga CPO masih membukukan kenaikan 9,02% dalam sebulan terakhir. Sejak akhir 2020 (year-to-date), harga meroket 34,92%.
Kabar-kabar yang kurang mengenakkan di atas tampaknya turut menjadi sentimen negatif dan memperberat langkah IHSG untuk menembus level psikologis 6.700 akhir-akhir ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA