Sudah Cuan Jumbo, Saham CPO Ambles Kena Profit Taking
Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham emiten produsen minyak mentah (crude palm oil/CPO) ambles pada awal perdagangan hari ini, Jumat (22/10/2021), masih tertekan aksi jual para investor, usai saham-saham tersebut naik tinggi dalam sebulan belakangan.
Berikut pelemahan saham CPO, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.53 WIB.
Triputra Agro Persada (TAPG), saham -4,44%, ke Rp 645/saham
Dharma Satya Nusantara (DSNG), -4,17%, ke Rp 575/saham
Eagle High Plantations (BWPT), -4,12%, ke Rp 93/saham
Sawit Sumbermas Sarana (SSMS), -3,33%, ke Rp 1.160/saham
Sampoerna Agro (SGRO), -2,05%, ke Rp 2.390/saham
Astra Agro Lestari (AALI), -1,95%, ke Rp 10.050/saham
Salim Ivomas Pratama (SIMP), -1,62%, ke Rp 486/saham
Jaya Agra Wattie (JAWA), -1,19%, ke Rp 166/saham
PP London Sumatra Indonesia (LSIP), -0,71%, ke Rp 1.390/saham
Mahkota Group (MGRO), -0,68%, ke Rp 725/saham
Cisadane Sawit Raya (CSRA), -0,50%, ke Rp 400/saham
Menurut data di atas, saham sawit milik pengusaha TP Rachmat TAPG ambles 4,44% ke Rp 645/saham, melanjutkan tren pelemahan selama 3 hari terakhir. Dalam sepekan saham TAPG anjlok 12,33%, sementara dalam sebulan naik 11,30%.
Kedua, saham DSNG terjungkal 4,17% ke Rp 575/saham, usai melemah 3 hari beruntun. Dalam seminggu saham ini turun 5,74%, sedangkan dalam sebulan melejit 15,46%.
Ketiga, saham milik BUMN Malaysia Felda dan Grup Rajawali BWPT merosot 4,12% ke Rp 93/saham. Dalam sepekan saham BWPT ambles 5,05%, tetapi masih melonjak 32,39% dalam sebulan.
Di bawah saham BWPT, saham SSMS juga terjatuh 3,33% ke posisi Rp 1.160/saham. Dalam sepekan saham ini masih naik 2,67% dan dalam sebulan melesat 42,59%.
Kemarin, harga kontrak berjangka CPO di Bursa Derivatif Malaysia ambles 2,03% ke MYR4.968/ton, setelah pada hari sebelumnya ditutup naik 2,57% ke MYR 5.071/ton, tertinggi sepanjang masa.
Dalam sebulan harga sawit melonjak 18,51%, sementara sejak akhir 2020 (year to date) melejit 38%.
Pada Kamis kemarin, koreksi harga CPO terbebani oleh kabar pasar tentang pemerintah China yang menindak taruhan spekulatif di pasar berjangka secara umum.
Pemilik dan salah satu pendiri Palm Oil Analytics yang berbasis di Singapura Dr Sathia Varqa mengatakan, pemerintah China sedang mencari cara untuk meningkatkan pasokan batu bara untuk membantu menurunkan harga energi. Harga minyak sawit telah meningkat tajam didukung oleh harga energi yang lebih tinggi.
"Setiap pembalikan harga energi dapat membuat harga minyak sawit mengalami serangkaian koreksi," katanya kepada Bernama, dikutip CNBC Indonesia, Jumat (22/10).
Dia menambahkan, rumor pemerintah India akan melarang pasar berjangka CPO dan minyak kacang di Indian Multi Commodity Exchange of India (MCX) untuk menjinakkan kenaikan harga spekulatif yang berlebihan juga menurunkan harga CPO di Bursa Malaysia kemarin
"Saya mendengar bahwa pemerintah India sedang mencoba untuk melarang perdagangan berjangka CPO dan minyak kacang berjangka di pasar India--dikabarkan bahwa mereka akan melarang ini dan tiba-tiba pasar di Bursa Malaysia turun. Alasan rumor tersebut adalah mereka ingin menghentikan spekulasi berlebihan untuk mendinginkan harga," jelasnya.
Selain itu, dia mengatakan data Asosiasi Pabrik Kelapa Sawit Semenanjung Selatan (SPPOMA) mengungkapkan bahwa produksi 1-20 Oktober menguat 1,8% dibandingkan dengan periode yang sama bulan lalu.
"Bursa Komoditas Dalian ditutup naik lebih dari 324 poin untuk minyak kedelai dan lebih dari 300 poin untuk olein sawit - naik lebih dari 3% dari kemarin (Rabu).
"Karena bursa Dalian tutup pukul 15:15, kami mungkin tidak mendapat kesempatan untuk mencerna berita tentang tindakan keras pemerintah China - saya punya firasat bahwa Dalian akan jatuh besok (Jumat)," katanya.
Sementara itu, trader minyak kelapa sawit David Ng mengatakan CPO mencapai tertinggi intraday RM5,220 tetapi ditutup lebih rendah karena laporan potensi pembatasan aktivitas spekulatif pada produk pertanian dari pemerintah Cina memberi tekanan pada harga.
"Lonjakan harga baru-baru ini juga menyebabkan sedikit aktivitas profit taking. Kami melihat support di RM4.750 per ton dan resistance di RM5.100 per ton," katanya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)