
AS, Eropa, China Dihantam Krisis Energi, Nasib RI Bagaimana?

Salah satu dampak dari krisis energi yang menerjang beberapa negara dengan mayoritas negara-negara maju adalah terkait permasalahan rantai pasokan akibat dari krisis energi tersebut.
Indonesia merupakan negara yang masih mengimpor bahan baku kimia, peralatan elektrik dan mekanik hingga besi dan baja. Hal ini tentunya menjadi dampak negatif bagi RI jika masalah rantai pasokan belum pulih dalam waktu cepat.
Selain itu, sektor yang berpotensi terdampak akibat gangguan rantai pasok ini yakni industri tekstil dan farmasi.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI), Redma Gita Wiraswasta menyebut sekitar 50% barang tekstil di dalam negeri sudah dikuasai oleh barang impor dengan China sebagai penyumbang terbesar. Barang tekstil dari negeri tirai bambu itu mendominasi dengan persentase sekitar 40% dari keseluruhan pasar di Indonesia.
Meski demikian kondisi tersebut dapat menguntungkan bagi para produsen lokal apabila pengiriman tekstil impor dari China tersendat, apalagi ketika melihat pasar dalam negeri sudah mulai terlihat akan bangkit.
Selanjutnya sektor yang juga berpotensi terdampak adalah industri farmasi yang mana bulan lalu Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir sempat mengatakan bahwa industri farmasi di Indonesia tidak sehat.
"Karena lebih dari 90 persen bahan baku kita impor dari negara lain," kata Honesti dalam Business Performance Exellence Award secara virtual, Kamis, 23 September 2021.
Impor itu, kata dia, dilakukan karena Indonesia tidak mampu bersaing. Harga bahan baku impor jauh lebih murah daripada investasi sendiri.
Dia menuturkan pada saat pandemi Covid-19, semua negara membutuhkan produk yang sama. Masing-masing negara, terutama negara yang sudah memiliki teknologi pembuatan bahan baku, mengamankan kebutuhan bahan baku itu sendiri untuk menjamin penanganan pandemi di negara masing-masing.
Diketahui, industri farmasi domestik masih sangat bergantung pada impor bahan baku obat (BBO). Dari suplai BBO impor sebesar 90-95 persen, sekitar 60 persennya dipenuhi dari China, menyusul kemudian India.
Krisis energi berpotensi menimbulkan kendala suplai bahan baku salah satunya diakibatkan oleh kelangkaan kontainer yang belum juga mereda sehingga pelaku usaha perlu melakukan penyesuaian frekuensi pengapalan bahan baku.
Krisis energi juga dapat mengancam keamanan pangan dunia salah satunya dikarenakan pabrik pupuk utama yang terpaksa harus mengurangi produksi karena kenaikan biaya gas yang merupakan bahan baku utama, dan dapat berakibat pada turunnya produksi yang dihasilkan oleh petani.
Tekanan yang dirasakan produsen pupuk juga akan menyebabkan berkurangnya satu produk sampingan yang sangat menarik - karbon dioksida - yang digunakan dalam berbagai produk konsumen.
Dengan produksi pupuk yang terbatas, hampir pasti industri global akan menghadapi kekurangan CO2 yang digunakan secara luas. CO2 digunakan secara luas mulai dari penggunaannya dalam makanan kemasan agar tetap segar lebih lama, untuk dry ice agar makanan beku tetap dingin selama pengiriman serta untuk memberi minuman berkarbonasi (seperti soda) gelembung khasnya
Selain itu beberapa produk lain yang juga mungkin terdampak adalah produk elektronik hingga mainan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)[Gambas:Video CNBC]