Ada yang Sukses & 'Gagal', Deretan 14 Emiten Ini Stock Split!

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
13 October 2021 15:18
Unilever (REUTERS/Philippe Wojazer)
Foto: Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (6/10/2021). Indeks Harga Saham Gabungan berhasil mempertahankan reli dan ditutup terapresiasi 2,06% di level 6.417 pada perdagangan Rabu (06/10/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Berbeda nasib, saham emiten teknologi dan investasi Grup Emtek, PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK), malah loyo pasca-stock split pada 11 Januari 2021. Saat itu, saham nominal saham EMTK dipecah dengan rasio 1:10.

Sebenarnya, saham EMTK sempat melonjak tinggi di tengah euforia kenaikan saham teknologi pada Juli sampai Agustus 2021. Bahkan, saham ini sempat menyentuh level Rp 2.800/saham pada 8 Juli 2021.

Namun, setidaknya sejak Agustus, saham EMTK cenderung menuruni bukit. Sejak stock split, saham EMTK turun 6,13% ke Rp 1.530/saham.

Apalagi, pergerakan saham EMTK saat ini seringkali beriringan dengan dinamika saham emiten e-commerce PT Bukalapak.com Tbk (BUKA), yang 23,93% sahamnya dikuasai Emtek lewat PT Kreatif Media Karya (KMK).

Saham BUKA, hari ini ambles 4,76% ke Rp 695/saham, menjauh harga saat melakukan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) di Rp 850/saham pada 6 Agustus 2021.

Bersama saham EMTK, saham pengelola merek dagang ayam goreng KFC PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) juga ambles 17,92% sejak melakukan stock split dengan rasio 1:2 pada 12 Februari 2020.

Kabar terbaru, setelah sukses membuka gerai pertama Taco Bell di Indonesia bulan Desember 2020 lalu, FAST sebagai pemegang hak waralaba membuka gerai kedua Taco Bell di Pantai Indah Kapuk pada 10 Oktober 2021.

Sementara, kategori saham yang paling anjlok setelah stock split jatuh pada saham barang konsumen PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR). Saham UNVR ambles 40,95% ke Rp 4.960/saham sejak stock split pada 2 Januari tahun lalu dengan rasio 1:5.

Semenjak stock split, saham UNVR tercatat cenderung merosot. Setelah sempat menyentuh level tertinggi Rp 8.575/saham pada 3 Januari 2020 dan 15 Mei 2020, saham UNVR terus melorot meninggalkan level harga awal stock split, Rp 8.400. Bahkan saham ini sempat ke level terendah Rp 5. 650/saham pada 19 Maret 2020.

Memang, sejak awal bulan ini, saham UNVR kembali menggeliat bersama saham emiten barang konsumer non-siklikal lainnya, seperti saham produsen rokok PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) serta saham Grup Salim PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF).

Mengenai kinerja keuangan, laba bersih UNVR per Juni tercatat sebesar Rp 3,05 triliun, turun 15,75% dari periode yang sama tahun lalu Rp 3,62 triliun.

Berdasarkan laporan keuangan publikasi di BEI, pada 23 Juli 2021, penurunan laba bersih seiring dengan koreksi pendapatan di periode 6 bulan ini. Pendapatan UNVR tercatat Rp 20,18 triliun, turun 7,30% dari Juni 2020 sebesar Rp 21,77 triliun.

Kenaikan saham UNVR dan emiten sejenisnya turut mendorong performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sejak akhir September 2021. IHSG tercatat naik 0,47% ke posisi 6.516,94 pada penutupan sesi I perdagangan Rabu (13/10). Dalam sepekan, IHSG naik 1,74%, sementara dalam sebulan melesat 6,85%.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular