Ada yang Sukses & 'Gagal', Deretan 14 Emiten Ini Stock Split!

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham bank dengan kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI), milik Grup Djarum, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) resmi diperdagangkan dengan nominal baru pada perdagangan Rabu ini (13/10).
Hal ini setelah bank dengan kapitalisasi pasar Rp 927 triliun ini melakukan pemecahan nilai saham (stock split) dengan rasio 1:5.
Mulai pagi ini, nominal saham BBCA berubah dari sebelumnya Rp 62,5/saham menjadi Rp 12,5/saham.
Bersamaan dengan itu, maka harga saham perusahaan mulai pagi ini juga akan terpecah menjadi Rp 7.320/saham, dari posisi penutupan perdagangan kemarin di harga Rp 36.600/saham.
Adapun, pada penutupan sesi I perdagangan hari ini, harga saham BBCA naik 2,46% ke Rp 7.500/saham. Harga saham BBCA saat ini merupakan harga tertinggi sepanjang masa (all time high), dengan menyesuaikan harga pasca-stock split.
Sebelumnya, harga tertinggi yang pernah disentuh saham BBCA terjadi pada 11 Januari 2021, ketika ditutup di harga Rp 7.345/saham (disesuaikan dengan harga pasca-stock split).
Pada umumnya, termasuk BBCA, aksi stock split dilakukan untuk meningkatkan likuiditas perdagangan saham dan agar harga saham suatu emiten menjadi lebih terjangkau bagi para investor ritel, yang pada akhirnya akan turut meningkatkan nilai perusahaan.
Nah, lantas, bagaimana performa saham emiten-emiten di bursa pasca-melakukan pemecahan nilai saham sejak awal 2020 hingga saat ini?
Berikut Tim Riset CNBC Indonesia menyajikan rapor kinerja saham-saham usai stock split, termasuk saham BBCA, berdasarkan data BEI.
Kinerja Saham Emiten Pasca-stock Split Sejak 2020
Kode Emiten | Harga Terakhir | % Sejak Stock Split | Tanggal Stock Split |
MSIN | 496 | 162.43 | 29 Desember 2020 |
SRTG | 2040 | 82.14 | 18 Mei 2021 |
DIGI | 550 | 25.00 | 17 November 2020 |
ERAA | 620 | 18.77 | 31 Maret 2021 |
GOOD | 456 | 13.43 | 9 Juli 2021 |
BELL | 157 | 4.67 | 3 Agustus 2020 |
SIDO | 775 | 4.45 | 14 September 2020 |
BBCA | 7500 | 2.46 | 13 Oktober 2021 |
HEAL | 1190 | 1.71 | 30 Juli 2021 |
DIVA | 2280 | -3.39 | 2 September 2021 |
EMTK | 1530 | -6.13 | 11 Januari 2021 |
FAST | 985 | -17.92 | 12 Februari 2020 |
HOKI | 198 | -39.08 | 18 Februari 2021 |
UNVR | 4960 | -40.95 | 2 Januari 2020 |
Sumber: Bursa Efek Indonesia (BEI) | Harga terakhir per 13 Oktober 2021, pukul 11.30 WIB
Mengacu pada data di atas, dari 14 saham emiten yang melakukan stock split sejak awal tahun lalu, 9 di antaranya memiliki kinerja yang positif. Sementara, 5 saham sisanya malah melorot.
Moncernya Saham Grup MNC dan Saratoga
Saham emiten Grup MNC yang bergerak di bidang penyedia konten media PT MNC Studio International Tbk (MSIN) menjadi saham dengan kinerja terbaik setelah stock split.
Saham anak usaha anak usaha PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) ini melakukan stock split pada 29 Desember 2020 dengan rasio 1:2. Dengan harga pada penutupan sesi I hari ini di Rp 496/saham, saham MSIN sudah melesat 162,63% sejak stock split akhir tahun lalu.
Kabar terbaru, MSIN juga ikut masuk ke industri e-Sports. Dalam keterbukaan informasi pada 18 Agustus 2021, MSIN telah mencapai kesepakatan dengan pengembang dan penerbit game online terkemuka Singapura, PT Garena Indonesia, untuk memproduksi Free Fire Master League Div 1 (FFML) Season IV dan Free Fire Indonesia Masters (FFIM) 2021.
Garena adalah entitas bisnis gaming di bawah Grup Sea Ltd asal Singapura, induk usaha dari PT Seabank Indonesia dan Shopee. Turnamen tersebut disiarkan di berbagai jaringan distribusi milik Grup MNC melalui MNCN TV FTA, GTV dan super-app RCTI+.
Selain kompetisi E-Sports, menurut penjelasan manajemen, kesepakatan dengan Garena juga mencakup blocking program, untuk acara Anniversary ke-4 Free Fire.
Program ini akan diproduksi oleh divisi game khusus MSIN, PT Esports Star Indonesia (ESI) dan akan disiarkan secara langsung melalui kanal RCTI dan RCTI+.
Selain MSIN, saham emiten investasi yang didirikan oleh Edwin Soeryadjaya dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG), juga punya rapor kinerja yang oke punya sejak pemecahan nilai saham pada 18 Mei 2021.
Sejak stock split, saham SRTG berhasil melonjak 82,14% ke Rp 2.040/saham berdasarkan penutupan sesi I hari ini. SRTG sendiri melakukan pemecahan nilai saham dengan rasio 1:5.
Mengenai kinerja, Saratoga mencatatkan net asset value (NAV) senilai Rp 46,5 triliun hingga semester I-2021.
Nilai tersebut meningkat dibandingkan NAV pada akhir tahun 2020 yang mencapai Rp 31,7 triliun.
Perseroan juga membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 15,3 triliun, dibandingkan rugi bersih sebesar Rp 2,1 triliun pada semester I-2020.
Laporan keuangan per Juni juga menunjukkan, SRTG mencatatkan keuntungan dari investasi pada saham dan efek ekuitas mencapai Rp 14,49 triliun dari periode yang sama 2020 sebesar rugi investasi Rp 2,81 triliun.
NEXT:Begini Nasib Saham Emtek, KFC, hingga Unilever