Internasional

Jalan Terang Mulai Terlihat, China-Australia Mau Damai Nih?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
08 October 2021 06:50
pertambangan batu bara
Foto: REUTERS/William Hong

Dari sisi harga batu bara, di tengah sentimen Australia-China ini, pada perdagangan Rabu (6/10), harga batu bara mulai melandai setelah berkali-kali rekor.

Rabu lalu, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) tercatat US$ 236/ton, ambles 15,71% dibandingkan hari sebelumnya.

Harap maklum, harga batu bara sudah naik selama 10 hari beruntun. Selama 10 hari tersebut, kenaikannya mencapai 57,04%.

Walau anjlok, tetapi talam seminggu terakhir harga batu bara masih membukukan kenaikan 37,95% secara point-to-point. Selama sebulan ke belakang, kenaikannya mencapai 32,32%.

Sejak akhir 2020 (year-to-date), harga komoditas ini meroket 188.68%. Rasanya tidak ada komoditas lain yang mengalami kenaikan harga setajam silet, eh batu bara.

Kenaikan harga gas alam menjadi faktor utama lonjakan harga batu bara. Saat gas alam semakin mahal, maka insentif untuk berpaling ke sumber energi primer alternatif meningkat. Salah satunya adalah batu bara.

Dalam sepekan terakhir, harga gas alam di Henry Hub (Oklahoma, Amerika Serikat) naik 5,19%. Selama sebulan ke belakang kenaikannya mencapai 26,12% dan secara year-to-date meroket 126,9%.

Di Eropa, biaya pembangkitan listrik dengan gas alam adalah EUR 89,4/MWh pada 5 Oktober 2021. Dengan batu bara, harganya hanya EUR 58,06/MWh. Ini membuat batu bara kembali menjadi primadona, bahkan di Eropa yang menjunjung tinggi isu ramah lingkungan.

"Melihat situasi di Eropa, gas alam sudah tidak lagi bisa bersaing dengan batu bara. Akibatnya, penggunaan batu bara semakin meningkat," sebut kajian ELS Analysis, konsultan energi yang berbasis di Swedia, seperti dikutip dari Reuters.

Di sisi lain, balik ke China, permintaan energi masih tinggi di tengah kekurangan pasokan.

"Kekurangan pasokan masih aka terjadi untuk beberapa waktu. Butuh waktu untuk meningkatkan produksi dalam negeri di China, yang selama lima tahun terakhir terus berkurang. Saya tidak optimistis. Kekurangan pasokan akan bertahan mungkin sampai akhir tahun, atau bahkan hingga Februari-Maret tahun depan," sebut seorang trader di Beijing, sebagaimana diwartakan Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular