
Siap-siap! Ada IPO Jumbo GoTo-Traveloka-Sicepat di 1H-2022

Jakarta, CNBC Indonesia - Komisaris PT Bursa Efek Indonesia, Pandu Sjahrir mengumumkan beberapa perusahaan rintisan (startup) dengan valuasi unicorn (US$ 1 miliar) dan decacorn (US$ 10 miliar) yang berpotensi melantai di pasar saham domestik di tahun depan.
Dalam pemaparannya, Pandu menyebut perusahaan tersebut ialah GoTo, entitas gabungan Gojek dan Tokopedia, yang direncanakan akan melakukan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) pada semester pertama tahun 2022.
Dua perusahaan lainnya, Sicepat Ekspress dan Traveloka yang juga direncanakan akan melantai di tahun yang sama.
![]() Paparan Pandu Sjahrir, 7 Oktober 2021 |
"Ini terakhir banyak yang nanya soal IPO, perkiraan-perkiraan yang ada, ada GoTo, Sicepat, Traveloka," beber Pandu, dalam diskusi bertajuk Investment Trends for 2022, Indonesia Knowlegde Forum (IKF) X - 2021, Kamis (7/10).
Meski begitu, Ketua Umum Dewan Pengurus Harian Asosiasi Fintech Indonesia ini tidak menyebut secara rinci mengenai besaran dana IPO yang dihimpun ketiga perusahaan tersebut.
Bila ketiga perusahaan tersebut merealisasikan rencana penawaran umum perdana saham maka akan kian meramaikan startup unicorn yang melantai ke bursa saham domestik setelah PT Bukalapak.com Tbk (BUKA), yang listing pada 6 Agustus silam dengan dana IPO Rp 22 triliun, terbesar dalam sejarah pasar modal RI.
Dia menilai, sebagai salah satu sektor ekonomi baru, prospek saham-saham berbasis teknologi berpotensi terus makin berkembang pesat.
Pandu mencontohkan, di Amerika Serikat, saat ini nilai kapitalisasi pasar perusahaan raksasa teknologi seperti Google, Amazon, Facebook, Apple saat ini sudah melampaui kapitalisasi pasar seluruh industri perbankan di negara tersebut.
Pada tahun 2020, raksasa perusahaan teknologi AS sudah mencapai US$ 5,6 triliun, naik tajam dari satu dekade terakhir sebesar US$ 0,5 triliun. Sedangkan, nilai kapitalisasi pasar seluruh bank di AS pada tahun 2020 mencapai US$ 2,2 triliun, naik dari posisi US$ 1,3 triliun pada 2010.
Situasi tersebut, kata Pandu, diyakini juga berpotensi bakal terjadi di Indonesia. Hal ini didukung oleh tingkat pengguna internet yang sudah mencapai 202,6 juta atau setara 73,7% dari populasi penduduk.
Sedangkan, yang mengakses melalui ponsel jumlahnya mencapai 96,4% dari total pengguna dengan rata rata penggunaan internet hampir 9 jam dalam sehari untuk rentang usia 16 sampai 64 tahun.
"Selama Covid, ekonomi digital berubah sangat cepat, 5 tahun lebih cepat dari seharusnya. Semua dunia itu shrinking karena Covid, banyak industri kena, akselerasi teradi di dunia digital," ujar keponakan Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan ini.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Grasak-grusuk GoTo cs Mau IPO di 2022, Mohon Sabar Investor!