Ini Jeroan 2 Raksasa 'Penerus' Gagal Bayar Evergrande, Parah?

Ferry Sandria, CNBC Indonesia
06 October 2021 06:50
CHINA EVERGRANDE-DEBT/RATINGS
Foto: REUTERS/DAVID KIRTON

Jakarta, CNBC Indonesia - Belum selesai krisis yang dialami oleh Evergrande, pasar keuangan global kembali dikagetkan dengan perusahaan properti China lainnya, Fantasia Holdings, mengalami gagal bayar (default) atas pembayaran kupon obligasinya.

Tekanan yang datang pada pengembang properti negeri Tirai Bambu ini turut memicu kekhawatiran investor bahwa perusahaan properti lainnya juga diperkirakan bernasib sama dan mengalami gagal bayar, yakni Sinic Holdings.

Kegelisahan investor diperkuat oleh fakta bahwa lembaga pemeringkat Fitch Ratings dan S&P Global menurunkan peringkat utang kedua pengembang properti negeri Tirai Bambu tersebut.

Fantasia Holdings tidak mampu membayar kembali obligasi yang sudah jatuh tempo pada Senin pekan ini (4/1).

Sementara itu Sinic sedang mengalami masalah likuiditas yang parah dan kemampuan membayar utangnya sangat terbatas.

Bahkan anak perusahaan lokal Sinic juga gagal melakukan pembayaran bunga sebesar US$ 38,7 juta atau sekitar Rp 553 miliar (kurs Rp 14.300/US$) pada dua obligasi dalam mata uang yuan yang telah jatuh tempo 18 September lalu.

Lalu siapakah kedua perusahaan pengembang yang ikut terjebak dalam pusaran krisis properti yang sedang melanda Negeri Panda?

Fantasia Holdings

Berdasarkan situs resmi perusahaan, Fantasia Holdings didirikan pada 1998 dan terdaftar di papan utama Bursa Efek Hong Hong (dengan kode saham 1777). Sama seperti Evergrande, Fantasia Holdings memiliki kantor pusat di Shenzhen, Provinsi Guangdong.

Saat ini, Fantasia memfokuskan bisnis pengembangan real estatnya di kota-kota inti tier-1 (kota terbesar dan terkaya, PDB di atas US$ 300 miliar) dan kota tier-2 (PDB US$ 68 sampai US$ 300 miliar) dan area metropolitan lain seperti Greater Bay Area Guangdong-Hong Kong-Makau.

Fantasia juga memiliki satu anak usaha yang diperdagangkan publik, yaitu Color Life Services Group Co., Ltd. (HKG: 1778), yang diklaim oleh Fantasia telah menjadi perusahaan penyedia operasi layanan masyarakat (community service) terbesar di dunia.

Kapitalisasi pasar perusahaan yang melantai di Bursa hong Kong ini mencapai HK$ 3,23 miliar atau setara dengan Rp 5,91 triliun (kurs Rp 1.828/HK$), dalam sebulan saham perusahaan ini telah turun hingga 21%.

Berdasarkan laporan keuangan interim perusahaan, hingga akhir Juni 2021 jumlah total aset masih lebih besar dari kewajiban utang, begitu pula aset lancar perusahaan juga masih lebih besar dari kewajiban jangka pendek.

Aset lancar perusahaan tercatat sebesar 79,99 miliar yuan atau setara dengan Rp 176,70 triliun (kurs Rp 2.207/yuan). Tapi perlu dicatat perusahaan memasukkan rumah dan properti siap jual sebagai aset lancar yang nilainya nyaris setengah dari total atau mencapai 38,60 miliar yuan.

Kewajiban jangka pendek perusahaan tercatat sebesar 49,63 miliar yuan (Rp 109,57 triliun).

Jika properti siap jual tidak diklasifikasikan sebagai aset lancar maka kewajiban jangka pendek Fantasia Holdings akan lebih besar. Kewajiban jangka pendek ini juga lebih besar dari jumlah kasa dan setara kas perusahaan.

Sepanjang paruh pertama tahun ini pendapatan perusahaan tercatat naik menjadi 10,80 miliar yuan dengan laba bersih juga tercatat naik menjadi 152,75 juta yuan.

Saham perusahaan dikuasai oleh Fantasy Pearl, Ice Apex dan TLC Technology Group Corporation.

NEXT: Sinic Holdings, Simak 'Jeroannya'

Satu perusahaan properti China yang terancam gagal bayar ialah. Sinic Holdings (Group) merupakan perusahaan properti China yang juga tercatat di Bursa Efek Hong Kong (kode saham 2103) dan mulai diperdagangkan pada 15 November 2019.

Dalam laporan keuangan tengah tahun, Sinic Holdings mengklaim bahwa mereka adalah pengembang properti skala besar dan komprehensif di China, dengan fokus pada pengembangan properti residensial dan komersial dan berkantor pusat di Shanghai.

Sinic Holdings berusaha menerapkan strategi ekspansi secara nasional untuk menjadi pengembang real estat komprehensif terkemuka di Cina.

Harga saham Sinic Holdings di Bursa Hong Kong saat ini berada di harga HK$ 50 sen, sejak tanggal 17 September lalu ketika isu krisis properti melanda, saham ini telah melemah hingga 87% dari semula senilai HKD 3,85 per saham.

Sama seperti Fantasia, jika dilihat secara terbatas berdasarkan laporan keuangan interim perusahaan, hingga akhir Juni 2021 jumlah total aset lancar perusahaan juga masih lebih besar dari kewajiban jangka pendek.

Aset lancar Sinic tercatat sebesar 92,52 miliar yuan (Rp 204,43 triliun), akan tetapi lebih parah dari Fantasia yang memasukkan properti siap jual sebagai aset lancar, di tengah krisis properti Sinic memasukkan properti yang sedang dikembangkan sebagai aset lancar. Nilainya pun lebih dari setengah total aset lancar atau mencapai 55,41 miliar yuan.

Artinya jika tidak menghitung properti yang sedang dibangun aset lancar SInic hanya sejumlah 37,11 miliar yuan atau lebih kecil dari kewajiban jangka pendek perusahaan.

Total kewajiban jangka pendek perusahaan 75,43 miliar yuan (Rp 166,67 triliun), sedangkan kewajiban jangka panjang perusahaan hanya sejumlah 16,37 miliar yuan.

Pendapatan perusahaan tercatat naik menjadi 11,22 miliar yuan dengan laba bersih juga meningkat menjadi 8,70 miliar yuan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Heboh Raksasa Properti China Mau Bangkrut, Apa Dampak ke RI?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular