Jakarta, CNBC Indonesia - Penampilan klub sepak bola asal Inggris, Manchester United, agak mengendur akhir-akhir ini. Tidak hanya di lapangan, 'gocekan' Setan Merah di pasar saham pun seret.
Malam tadi, United baru merampungkan laga pekan ke-7 Liga Primer Inggris. Menjamu Everton di kandang sendiri, Stadion Old Trafford, anak asuhan Manajer Ole Gunnar Solskjaer harus puas bermain imbang 1-1.
United unggul lebih dulu jelang akhir babak I lewat sepakan Anthony Martial memanfaatkan umpan manis sang kapten, Bruno Fernandes. Gol penyama dari Everton lahir pada medio babak II, dicetak oleh Andros Townsend yang menuntaskan serangan balik cepat.
Hasil ini membuat United tertahan di peringkat ke-3 klasemen sementara. Tidak buruk memang, tetapi dalam dua laga terakhir Cristiano Ronaldo dan kolega gagal memetik tiga angka di kancah Liga Primer. Pekan lalu, United tumbang di tangan Aston Villa.
Di pentas Liga Champions Eropa, penampilan United juga belum meyakinkan. Setelah kalah 2-1 dari Young Boys (Swiss), United hanya bisa menang tipis 2-1 kala meladeni Villarreal (Spanyol). Kemenangan atas Villarreal pun diraih dengan susah payah, ditentukan oleh gol Ronaldo pada menit 95.
Halaman Selanjutnya --> Saham United Sempat Ambles 5%
Tenyata tidak hanya penampilan United di lapangan yang terseok-seok. Di bursa, harga saham United lebih parah lagi. Terjun bebas...
Pada perdagangan akhir pekan ini, saham United yang diperdagangkan di bursa saham Amerika Serikat (AS) dihargai US$ 19,98/unit. Naik 9,26% dari posisi penutupan sehari sebelumnya.
Namun, kenaikan ini belum bisa menutup koreksi yang terjadi sebelumnya selama tiga hari beruntun. Selama tiga hari tersebut, harga saham berkode MANU itu ambles 5,51%.
Namanya emiten, harga sahamnya tentu ditentukan oleh faktor fundamental. Dalam hal United, walau statusnya adalah emiten, entitas usaha, tetapi khittah-nya tetap klub sepakbola, entetas olahraga.
Oleh karena itu, aspek olahraga, hasil di lapangan, tentu akan menjadi fondasi harga saham United. Sebab jika United berprestasi, maka uang akan datang dengan sendirinya dari berbagai sumber. Apakah itu sponsor, penjualan cinderamata, uang hadiah, bonus tampil di Liga Champions, dan sebagainya. Saat uang berdatangan, maka investor boleh bertahap pembagian dividen sehingga saham layak dikoleksi.
Namun kalau United masih labil seperti ini, menggantungkan hidup dari gol Cristiano Ronaldo di penghujung pertandingan, maka investor menjadi bertanya-tanya. Apakah United layak bersaing jadi juara Liga Primer? Apakah United bisa kembali menjadi 'raja' Eropa?
Pertanyaan-pertanyaan ini yang menghantui benak investor. Dihadapkan kepada ketidakpastian, investor pun memilih untuk melepas saham United dengan harapan bisa kembali saat penampilan United membaik.
TIM RISET CNBC INDONESIA