
Amerika 'Sang Adikuasa' Bakal Shutdown, Haruskah RI Khawatir?

Amerika Serikat merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia, sehingga kinerja ekonominya akan berdampak ke negara lainnya. Untuk Indonesia, Amerika merupakan pasar ekspor terbesar kedua setelah China.
Namun, meski mengalami shutdown, tetapi berdampak besar ke Indonesia. Sebab, perekonomian AS masih berjalan, penutupan pemerintahan hanya sebagian saja.
Shutdown yang terjadi di era Presiden Trump merupakan yang terlama sepanjang sejarah. Tetapi dari sisi perdagangan bisa dikatakan tidak berdampak.
Seperti disebutkan sebelumnya, shutdown terjadi pada 22 Desember 2018 hingga 25 Januari 2019. Jika dilihat dari data ekspor Indonesia ke Amerika justru mengalami peningkatan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor non-migas Indonesia ke Amerika Serikat di bulan Desember 2018 tercatat sebesar US$ 1,484 miliar naik 1,99% dari ekspor bulan November 2018.
Kemudian, ekspor di Januari 2019 juga naik 2% menjadi US$ 1,512 miliar. Hal tersebut membuktikan jika shutdown sebenarnya tidak berdampak besar dari sisi perdagangan.
Selain itu dari sisi pasar finansial, ketika shutdown terjadi nilai tukar rupiah mengalami penguatan. Pada Jumat 21 Agustus 2018, rupiah berada di Rp 14.550/US$, sementara pada Senin 28 Januari 2019 di Rp 14.065/US$ artinya terjadi penguatan lebih dari 3,3%. Dari pasar saham, pada periode yang sama IHSG juga mencatat penguatan lebih dari 4,5%.
Artinya, dampak shutdown memang tidak besar bahkan saat penutupan sebagian pemerintahan tersebuty menjadi terlama sepanjang sejarah Amerika Serikat. Sehingga tidak perlu khawatir, selama shutdown tidak berlangsung lama tentunya.
Yang perlu dikhwatirkan adalah jika Amerika Serikat mengalami default, sebab belum pernah terjadi sebelumnya, dan bisa memicu gejolak di pasar finansial global.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
