Internasional
Pusing Nunggak Utang Jumbo, Evergrande Obral Saham Rp 22 T

Jakarta, CNBC Indonesia - Menjelang tenggat waktu pembayaran bunga, pengembang properti terbesar asal China Evergrandre mengumumkan akan menjual sahamnya senilai US$ 1,5 miliar atau setara dengan Rp 22 triliun (kurs Rp 14.300/US$) atau 9,9 miliar yuan (kurs Rp 2.211/yuan) di Bank Shengjing ke perusahaan manajemen aset milik negara.
Seperti diketahui raksasa properti asal negeri Tirai Bambu ini terbebani utang lebih dari US$ 300 miliar atau setara Rp 4.290 triliun, dan hingga saat ini masih terus berjuang untuk mengumpulkan dana.
Perseroan menghadapi tenggat waktu pembayaran bunga obligasi sebesar US$ 47,5 juta atau setara Rp 679 miliar pada hari Rabu ini (29/09/2021) kepada bank dan pemasok.
Dalam pengajuannya ke Bursa Hong Kong pada Rabu pagi ini, dilansir CNBC International, Evergrande mengatakan bahwa mereka telah menandatangani kesepakatan untuk menjual 1,75 miliar saham yang dimilikinya di Bank Shengjing ke Shenyang Shengjing Finance Investment Group, dengan harga 5,70 yuan per saham.
Jumlah saham tersebut 19,93% dari modal saham yang ditempatkan di bank.
Evergrande sebelumnya telah melepas saham senilai 1 miliar yuan di Bank Shengjing.
Dalam pernyataan itu, Evergrande mengatakan bahwa masalah likuiditasnya telah mempengaruhi Bank Shengjing secara material.
Dengan menjual saham ke perusahaan manajemen aset milik negara yaitu Shenyang Shengjing Finance Investment Group, diharapkan akan kembali menstabilkan operasional di Bank Shengjing.
Saham Evergrande di Bursa Hong Kong melonjak hampir 10% pada awal perdagangan pada Rabu pagi ini.
Bunga Obligasi Jatuh Tempo
Permasalahan Evergrande muncul ke permukaan setelah adanya dua kali peringatan pada awal September akan kemungkinan gagal bayar utangnya.
Kekhawatiran terus menghantui para investor apakah perusahaan akan gagal memenuhi pasar global meskipun bursa saham AS rebound pada akhir pekan lalu.
Evergrande telah melewatkan satu pembayaran kupon obligasi senilai US$ 83,5 juta pada pekan lalu. Kupon obligasi tu merupakan bagian dari utang luar negerinya yang akan jatuh tempo pada Maret 2022 dan bernilai US$ 2 miliar atau Rp 29 triliun.
Bahkan pihak Evergrande tidak memberikan klarifikasi apapun tentang tertundanya pembayaran yang jatuh tempo pada minggu lalu.
Tapi sejauh ini Evergrande secara teknis masih belum dalam kondisi gagal bayar karena masih memiliki waktu hingga 30 hari dari tanggal jatuh tempo.
Pasar masih terus mengamati apakah perusahaan akan memenuhi pembayaran bunga berikutnya sebesar US$ 47,5 juta yang jatuh tempo pada hari Rabu ini untuk obligasi US$ 1 miliar dolar yang akan jatuh tempo pada Maret 2024.
Dengan keluarnya investor dari obligasi Evergrande dan turunnya harga, imbal hasil obligasi 7 tahun ini telah melonjak hingga 90%, dari hanya sekitar 14% di awal tahun ini.
Hingga akhir tahun ini, Evergrande memiliki pembayaran bunga yang jatuh tempo setiap bulan pada bulan Oktober, November dan Desember.
Analis di CNBC International mengatakan perusahaan mungkin memprioritaskan investor domestik, yang merupakan pemegang utama obligasi dalam negeri dari pada investor asing yang sebagian besar memegang utang luar negeri.
[Gambas:Video CNBC]
Potensi Gagal Bayar Evergrande Rp 4.000 T, Hang Seng Jatuh!
(tas/tas)