Right Issue Terbesar Sukses, Market Cap BRI Melesat Rp 69 T

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
27 September 2021 12:15
Foto: Doc.Lapkeu HMSP
Foto: Foto: Doc.Lapkeu HMSP

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan lalu kembali mencatatkan penguatan, meskipun penguatannya cenderung lebih rendah dari pekan sebelumnya.

Sepanjang pekan lalu, IHSG menguat 0,19% secara point-to-point. Pada perdagangan Jumat (24/9/2021) pekan lalu, IHSG ditutup naik tipis 0,03% ke level 6.144,82.

Nilai transaksi IHSG pada pekan lalu mencapai Rp 64,2 triliun. Investor asing juga tercatat melakukan aksi beli bersih (net buy) dalam jumlah yang cukup besar, yakni mencapai Rp 2,75 triliun di pasar reguler.

Dari data kapitalisasi pasar (market cap), BEI mencatat total 10 besar saham berkapitalisasi terbesar (big cap) pada akhir pekan lalu menguat cukup signifikan, yakni menjadi Rp 2.970 triliun, dari pekan sebelumnya sebesar Rp 2.910 triliun.

Perkembangan Market Cap Emiten Big Cap 10 Besar (RP T)

No.Emiten24 Sept 21No.Emiten17 Sept 21No.Emiten10 Sept 21
1.BCA/BBCA8041.BCA/BBCA7961.BCA/BBCA796
2.Bank BRI/BBRI5712.Bank BRI/BBRI5022.Bank BRI/BBRI462
3.Telkom/TLKM3533.Telkom/TLKM3503.Telkom/TLKM330
4.Bank Mandiri/BMRI2764.Bank Mandiri/BMRI2804.Bank Mandiri/BMRI286
5.Bank Jago/ARTO2195.Astra/ASII2205.Astra/ASII220
6.Astra/ASII2086.Bank Jago/ARTO2176.Bank Jago/ARTO203
7.Chandra Asri/TPIA1567.Chandra Asri/TPIA1617.Unilever/UNVR156
8.Unilever/UNVR1518.Unilever/UNVR1518.Chandra Asri/TPIA154
9.Emtek/EMTK1199.Emtek/EMTK1189.Emtek/EMTK122
10.Sampoerna/HMSP11310.DCI/DCII11710.Sampoerna/HMSP117

Sumber: BEI, berdasarkan data harga saham, Jumat (24/9/2021)

Berdasarkan data di atas, secara mayoritas pergerakan big cap pada akhir pekan lalu kembali menguat. Hanya tiga saham yang market cap-nya mengalami pelemahan dan satu saham yang market capĀ­-nya stagnan.

Market cap saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) pada akhir pekan lalu kembali menguat menjadi Rp 804 triliun, naik sebesar Rp 8 triliun.

Sedangkan market cap saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) kembali mencetak rekor kenaikan, yakni bertambah sebesar Rp 69 triliun menjadi Rp 571 triliun pada akhir pekan lalu.

Sementara itu, market cap saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) kembali menggeser posisi market cap saham PT Astra International Tbk (ASII), di mana per Jumat pekan lalu, market cap ASII tergeser ke posisi 6 dari sebelumnya di posisi ke-5. Sedangkan market cap ARTO berhasil naik ke posisi 5.

Dari nilai market cap-nya, saham ARTO mengalami penurunan sebesar Rp 2 triliun menjadi Rp 219 triliun. Sedangkan market cap ASII turun sebesar Rp 12 triliun menjadi Rp 208 triliun.

Di lain sisi, perebutan posisi ke-10 masih dilakukan oleh saham teknologi PT DCI Indonesia Tbk (DCII) dan saham konsumer rokok PT H.M Sampoerna Tbk (HMSP), di mana saham DCII pada Jumat pekan lalu kembali masuk ke posisi 10, sedangkan HMSP terdepak dari 10 besar.

Kapitalisasi pasar atau market cap adalah nilai pasar dari sebuah emiten, perkalian antara harga saham dengan jumlah saham beredar di pasar, semakin besar nilai market cap emiten maka pengaruh pergerakannya juga besar terhadap pergerakan IHSG.

Pekan lalu, sentimen investor dihadaopi oleh krisis likuiditas dari perusahaan properti terbesar kedua di China, yakni China Evergrande Group.

Krisis likuiditas Evergrande telah membuat investor kembali khawatir, di mana kekhawatiran tersebut sempat berdampak ke pasar aset berisiko seperti saham dan kripto pada pekan lalu.

Bursa saham global, termasuk IHSG pun sempat berjatuhan pada awal pekan lalu, karena investor menilai bahwa krisis keuangan Evergrande dapat berdampak luas ke perekonomian China, bahkan mungkin global.

Namun pada Rabu (22/9/2021) lalu, kekhawatiran investor sebenarnya sudah mulai mereda, setelah manajemen Evergrande berniat untuk menyelesaikan pembayaran bunga obligasi lokalnya pada Kamis (23/9/2021) lalu.

Selain itu, kabar positif juga sempat hadir, di mana pemerintah China telah memberikan bantuan dana hingga ratusan triliun rupiah ke sistem keuangan China. Hal ini dilakukan untuk menekan kekhawatiran pelaku pasar terhadap krisis Evergrande.

Pemerintah China melalui bank sentral China mengaku telah menyuntikkan dana sebesar 120 miliar yuan (US$ 18,6 miliar) atau Rp 264 trilun lebih ke sistem perbankan lewat reverse repurchase agreements. Secara net, suntikan yang diberikan bank sentral China mencapai 90 miliar yuan.

Alhasil, bursa Asia yang sebelumnya sempat berjatuhan mulai kembali stabil pada perdagangan Rabu lalu, meskipun untuk indeks Nikkei saat itu masih terkoreksi.

Tetapi, setelah investor mulai optimis masalah Evergrande dapat terselesaikan, ada permasalahan dari Evergrande yang belum terselesaikan hingga kini, di mana bunga obligasi dalam denominasi dolar Amerika Serikat (AS) masih belum dibayarkan oleh Evergrande.

Sementara itu, pemerintah China menyatakan kepada pejabat lokal di negara tersebut untuk bersiap-siap menghadapi kemungkinan terburuk dari permasalahan Evergrande, seperti yang dilaporkan oleh media asal AS, Wall Street Journal Rabu lalu.

Hal ini terjadi karena masih belum ada kepastian seputar kemampuan perseroan membayar kewajibannya dalam denominasi dolar Amerika Serikat (AS).

Pemerintahan Xi Jinping juga mengatakan bahwa pejabat lokal hanya boleh turun tangan disaat menit-menit terakhir untuk mencegah efek domino kasus tersebut.

Laporan WSJ menunjukkan kemungkinan pemerintah pusat masih memiliki keinginan untuk menyelamatkan Evergrande, terlepas dari implikasi globalnya.

Akibatnya mayoritas bursa Asia pada perdagangan akhir pekan lalu kembali melemah, di mana indeks Hang Seng dan Shanghai menjadi yang paling terdampak dari reaksi pasar Asia pada perdagangan Jumat lalu.

Selain berfokus pada masalah Evergrande, investor juga merespons positif dari sikap bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang tetap mempertahankan suku bunga acuannya di level mendekati nol (0-0,25%).

Meskipun The Fed masih terkesan dovish, namun program pengurangan obligasi atau tapering oleh The Fed sepertinya akan berlanjut, di mana The Fed akan memulai tapering pada November mendatang.

Di lain sisi, proyeksi ekonomi AS yang disebut dot plot menunjukkan sembilan dari 18 anggota FOMC mengharapkan kenaikan suku bunga pada tahun 2022. Angka tersebut naik dari tujuh anggota dalam proyeksi The Fed pada bulan Juni lalu.

Hal ini terjadi setelah ketua The Fed, Jerome Powell mengatakan dalam pidatonya bahwa "kemajuan lebih lanjut yang substansial" dari inflasi dan lapangan kerja mulai mulai mendekati target.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular