Analisis

Covid-19 RI Melandai, 'Bulan Madu' Saham Farmasi Selesai?

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
16 September 2021 09:10
Dok.Indofarma
Foto: Rapid Test Covid-19 (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Sebelumnya, INAF mengatakan, pihak perusahaan akan terus meningkatkan penjualan di bisnis suplemen dan farmasi seiring dengan terus meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan meskipun pandemi Covid-19 di Indonesia mulai melandai.

Direktur Utama Indofarma, Arief Pramuhanto mengungkapkan, pada tahun ini perseroan menargetkan, penjualan di segmen suplemen dan vitamin akan memberikan andil 19-20% terhadap pendapatan perseroan, meningkat dari saat ini pada kisaran 15-17%.

Arief menambahkan, setelah pandemi melandai berimbas pada penurunan permintaan obat-obat untuk perawatan pasien Covid-19 seperti Oseltamivir, Ivermectin, Favipiravir dan Remdesivir karena penurunan kasus Corona dan penurunan tingkat keterisian rumah sakit (BOR, bed occupancy rate).

Penurunan permintaan obat Covid-19 juga terjadi untuk pasien yang melakukan isolasi mandiri.

"Melandainya Covid-19 berdampak pada penurunan obat [treatment] Covid-19 yang digunakan di rumah sakit karena BOR turun, Remdesivir turun signifikan," kata Arief, dalam wawancara dengan CNBC Indonesia, Selasa (14/9/2021).

Padahal, pada saat gelombang kedua terjadi di Indonesia, permintaan obat Covid-19 cukup tinggi dan memberikan andil 50% terhadap pendapatan Indofarma.

"Melandainya kasus sudah mulai turun lagi industri farmasi terkait Covid-19. Yang naik signifikan suplemen makanan vitamin dan multivitamin," ujarnya.

Oleh sebab itu, INAF akan terus menambah varian produk suplemen maupun multivitamin baru karena permintaannya masih terus meningkat.

Kabar teranyar lainnya, Indofarma baru saja mendapatkan mendapatkan pinjaman pemegang saham (shareholder loan) dari PT Bio Farma (Persero) sebagai induk usahanya. Pinjaman senilai Rp 199,86 miliar merupakan bagian dari penyertaan modal negara (PMN) kepada Bio Farma yang kemudian disalurkan kepada anaknya.

Berdasarkan keterbukaan informasi yang dirilis perusahaan, dana ini akan digunakan untuk mempercepat pengembangan dan kemandirian alat kesehatan serta pengembangan obat herbal di Indofarma.

Nilai pinjaman tersebut merupakan 46,44% dari total ekuitas perusahaan pada 31 Desember 2020 yang senilai Rp 430,32 miliar.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular