
Saham Emiten Farmasi Ngamuk! KAEF-IRRA dkk Terbang Tinggi

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebagian besar saham emiten farmasi dan perlengkapan medis melanjutkan penguatan pada awal sesi II perdagangan hari ini, Selasa (20/4/2021).
Kenaikan ini melanjutkan penguatan saham-saham tersebut pada perdagangan kemarin, Senin (19/3), setelah dalam sebulan terakhir cenderung dilego oleh para pelaku pasar.
Berikut pergerakan harga saham farmasi, mengacu pada data Busa Efek Indonesia (BEI), pukul 13.43 WIB.
Kimia Farma (KAEF), saham +5,19%, ke Rp 2.840, transaksi Rp 50 M
Indofarma (INAF), +4,31%, ke Rp 2.420, transaksi Rp 6 M
Itama Ranoraya (IRRA), +4,29%, ke Rp 1.945, transaksi Rp 82 M
Phapros (PEHA), +2,00%, ke Rp 1.275, transaksi Rp 784 juta
Pyridam Farma (PYFA), +0,99%, ke Rp 1.020, transaksi Rp 1 M
Merck (MERK), +0,60%, ke Rp 3.340, transaksi Rp 49 juta
Prodia Widyahusada (PRDA), +0,51%, ke Rp 3.910, transaksi Rp 552 juta
SOHO Global Health (SOHO), 0,00%, ke Rp 4.590, transaksi Rp 9 Juta
Kalbe Farma (KLBF), -0,33%, ke Rp 1.490, transaksi Rp 8 M
Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul (SIDO), -1,25%, ke Rp 790, transaksi Rp 5 M
Tempo Scan Pacific (TSPC), -1,61%, ke Rp 1.530, transaksi Rp 2 M
Diagnos Laboratorium Utama (DGNS), -5,69%, ke Rp 580, transaksi Rp 15 M
Menurut daftar di atas, dari 12 saham yang diamati, 7 saham tercatat melaju di zona hijau, satu saham stagnan dan 4 saham ambles.
Saham-saham farmasi mulai kembali menggeliat akhir-akhir ini setelah dalam sebulan belakangan cenderung ditinggalkan investor.
Di antara saham-saham yang menguat, ada saham farmasi pelat merah, yakni INAF, KAEF dan sang anak perusahaan PEHA.
KAEF mencatatkan kenaikan tertinggi, dengan melesat 5,19% ke Rp 2.840/saham. Saham ini melanjutkan penguatan sejak kemarin (19/4), saat ditutup melesat 7,57% ke Rp 2.700/saham.
Dalam sepekan KAEF sudah melejit 13,65%, sedangkan dalam sebulan ambles 6,91%.
Sebagai salah satu anak usaha PT Biofarma (persero) yang bersama INAF ditunjuk sebagai distributor vaksin Covid-19, KAEF ikut kecipratan untung saat pagebluk.
Ini bisa dilihat dari kinerja keuangan perusahaan per 31 Desember tahun lalu. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, KAEF mencetak laba bersih sebesar Rp 17,63 miliar di tahun lalu.
Besaran laba pada 2020 naik jika dibandingkan dengan tahun 2019 yang mana perusahaan mengalami kerugian Rp 12,7 miliar.
Pembalikan kondisi dari rugi menjadi laba sejalan dengan naiknya pendapatan perusahaan dari penjualan pada tahun 2020 menjadi Rp 10 triliun atau tumbuh 6,44% secara tahuhan (Year-on-year/YoY). Pendapatan perusahaan selama tahun 2019 mencapai Rp 9,4 triliun.
Saham emiten farmasi BUMN lainnya, INAF dan PEHA, masing-masing naik 4,31% dan 2,00%. Sama seperti KAEF, pada siang ini keduanya melanjutkan kenaikan pada penutupan perdagangan Senin (19/4).
Dalam sepekan saham INAF naik 6,64%, sementara dalam sebulan terakhir ambles 18,58%.
Adapun PEHA dalam seminggu belakangan naik 3,67% dan dalam sebulan terkoreksi 1,17%.
Selain itu, saham emiten distributor alat kesehatan dan jarum suntik sekali pakai, IRRA, melesat sejak awal perdagangan pagi ini. Saham IRAA terdongkrak 4,29% ke posisi Rp 1.945.saham dengan nilai transaksi Rp 82 miliar.
Kenaikan saham emiten yang bergerak di bidang perlengkapan medis berteknologi tinggi (HiTech Healthcare Solutions) ini seiring laporan kinerja perusahaan pada triwulan I 2021 yang ciamik. Kinerja keuangan IRRA didorong oleh situasi pandemi Covid-19 di Tanah Air.
IRRA berhasil membukukan kenaikan laba bersih sebesar 853,6% (YoY) menjadi Rp 20,91 miliar dibandingkan perolehan laba bersih kuartal I tahun 2020 yang hanya sebesar Rp 2,2 miliar.
Lonjakan laba tersebut tersebut bersumber dari perolehan pendapatan perseroan di kuartal I 2021 yang tercatat sebesar Rp 228,17 miliar atau tumbuh 754,1% dibandingkan pendapatan di periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 26,71 miliar.
Pendapatan yang berhasil diraih dari segmen alat kesehatan invitro tercatat sebesar Rp 226,07 miliar atau melonjak 753,9% (YoY) dibandingkan raihan periode yang sama tahun lalu.
Produk swab antigen test menjadi produk urutan teratas penyumbang pendapatan terbesar dalam segmen alat kesehatan invitro. Sementara segmen alat kesehatan Non Elektromedik Steril berupa produk alat suntik ADS (Auto Disable Syringe) pada kuartal I tumbuh 734,2%.
Direktur Utama PT Itama Ranoraya Tbk. Heru Firdausi Syarif mengungkapkan pencapaian perseroan di kuartal I 2021 sudah sesuai dengan target yang ditetapkan. Pada tahun 2021, IRRA menargetkan mampu membukukan pertumbuhan 80% - 100% baik untuk pendapatan maupun laba bersih.
"Di tiga bulan pertama tahun ini kami sudah merealisasikan 20% - 22% dari target pendapatan sepanjang tahun 2021, kami bersyukur untuk capaian ini. Kami optimis tahun ini bisa kembali mencapai target.
"Selain produk swab antigen test, mesin plasma darah dan produk alat suntik ADS, di kuartal II ini kami mulai menjual produk baru kami yaitu Avimac yang merupakan produk imunomodulator untuk peningkatan imun tubuh", ungkap Heru.
Pada tahun ini IRRA akan memasarkan Avimac produk imunomodulator untuk peningkatan imun tubuh dengan tahap awal, produksi ditargetkan sebesar 100.000 - 200.000 botol. Produk yang semula direncanakan mulai di pasarkan di kuartal I 2021 akan mulai di pasarkan di kuartal II 2021.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham Kimia Farma & Indofarma Diobral Investor & Kena ARB