Analisis

Covid-19 RI Melandai, 'Bulan Madu' Saham Farmasi Selesai?

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
16 September 2021 09:10
Rapid Test  Covid-19 (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Rapid Test Covid-19 (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham farmasi cenderung dilego investor dalam sebulan terakhir seiring mulai melandainya pertambahan kasus baru Covid-19 di Tanah Air. Setidaknya dalam 2 pekan terakhir, kasus baru Covid-19 sudah berada di bawah angka 10.000.

Berikut ini tabel saham-saham farmasi yang paling banyak dijual dalam sebulan.

5 Besar Saham Farmasi yang Banyak Dilego

Emiten

Kode Saham

Harga Terakhir (Rp)

% Sebulan

Itama Ranoraya

IRRA

1,730

-4.95

Indofarma

INAF

2,280

-4.60

Tempo Scan Pasific

TSPC

1,450

-2.03

Kimia Farma

KAEF

2,330

-1.69

Soho Global Health

SOHO

5,150

-0.48

Sumber: Bursa Efek Indonesia (BEI) | Harga terakhir per 15 September 2021

Mengacu pada data Bursa Efek Indonesia (BEI), terdapat 3 saham yang sempat menjadi primadona beberapa waktu lalu, yakni saham emiten produsen antigen test Covid-19 IRRA, dan duo saham emiten pelat merah INAF & KAEF.

Saham IRRA menjadi yang paling ambles dalam sebulan, yakni sebesar 4,95% ke posisi Rp 1.730/saham. Kemudian, INAF anjlok 4,60% ke Rp 2.280/saham dan KAEF merosot 1,69%.

Mengenai kinerja fundamental, 2 emiten berhasil mencatatkan kinerja yang positif, yakni INAF dan IRRA, sementara KAEF masih tertekan.

Per Semester I-2021, INAF berhasil mencatatkan laba bersih senilai Rp 977,78 juta, berbalik dari rugi bersih pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 4,66 miliar. Pendapatan dan penjualan INAF pun tercatat melesat 89,88% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp 849,33 miliar pada 6 bulan pertama tahun ini dari Rp 447,30 miliar pada semester I 2020.

Kemudian, pada semester I-2021, IRRA membukukan pendapatan sebesar Rp 565,2 miliar atau meningkat 611,6% (YoY) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Secara kuartalan, pendapatan di kuartal II-2021 meningkat 47,7% dibandingkan kuartal I-2021.

Perolehan laba bersih juga mengalami kenaikan signifikan mencapai 1.271% (YoY) dari Rp3,7 miliar di semester 1-2020 menjadi Rp50,8 miliar di semester I-2021.

Sementara, menurut laporan keuangan perusahaan, laba bersih Kimia Farma menyusut 33,90% secara tahunan dari Rp 26,16 miliar pada periode Januari-Maret tahun lalu menjadi Rp 17,29 miliar pada kuartal I 2021.

Selaras dengan itu, pendapatan usaha turun 4,25% menjadi Rp 2,30 triliun pada triwulan pertama tahun ini dari periode yang sama 2020 sebesar Rp 2,40 triliun.

Memang, saham anak usaha PT Bio Farma (Persero), INAF dan KAEF--termasuk saham anak usaha KAEF PT Phapros Tbk (PEHA)--sempat menjadi saham andalan investor karena spekulasi lompatan kinerja berkat perannya sebagai distributor vaksin Covid-19.

Setelah sempat melesat pada awal-awal Desember 2020, pada 12 Januari 2021, atau sehari sebelum program vaksinasi Covid-19 dimulai, ketiga saham tersebut melonjak mencapai level harga tertinggi dalam setahun terakhir.

INAF melonjak ke posisi Rp 6.975/saham, KAEF ke Rp 6.975/saham dan anak usaha KAEF, PEHA melejit di Rp 2.640/saham. Sementara, saham IRRA mencatatkan kenaikan tertinggi sepanjang masa di posisi Rp 3.700/saham pada 11 Januari 2021.

Sebagai informasi, pada 13 Januari lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan jajaran menteri kabinet Indonesia Maju menjadi penerima vaksin Covid-19 pertama, menandai dimulainya pelaksanaan vaksinasi Covid-19 di Tanah Air.

Setelah mengalami 'demam' kenaikan setelah didorong sentimen vaksinasi Covid-19 pada pertengahan Januari tahun ini, saham tersebut cenderung bergerak 'menuruni' bukit. Meski demikian, keempat saham tersebut sempat naik beberapa waktu lalu didorong oleh sentimen obat Covid-19 Ivermectin yang bakal diproduksi Indofarma.

Sebagai gambaran, kasus positif di Indonesia bertambah 3.948 menjadi 4.174.164 hingga Rabu (15/9/2021) pukul 12.00 WIB.

Berdasarkan data yang dirilis Kementerian Kesehatan tersebut, tambahan tersebut tercatat mengalami kenaikan dibanding hari sebelumnya, yang pada Selasa (14/9/2021) angka positif sehari tercatat 4.128 orang.

Adapun kasus aktif turun 7.365 menjadi 84.963 orang. Selanjutnya, tambahan kasus sembuh ada 11.046 menjadi 3.953.519 orang.

Sumber: Covid19.go.id

Meski tambahan kasus positif melandai dan kesembuhan bertambah, kasus kematian juga masih terpantau naik.

Dalam sehari, tambahan kasus kematian terpantau 267 orang. Dengan tambahan tersebut, kasus kematian akibat Covid-19 di Indonesia hingga saat ini menjadi 139.682 kasus.

Sebelumnya, INAF mengatakan, pihak perusahaan akan terus meningkatkan penjualan di bisnis suplemen dan farmasi seiring dengan terus meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan meskipun pandemi Covid-19 di Indonesia mulai melandai.

Direktur Utama Indofarma, Arief Pramuhanto mengungkapkan, pada tahun ini perseroan menargetkan, penjualan di segmen suplemen dan vitamin akan memberikan andil 19-20% terhadap pendapatan perseroan, meningkat dari saat ini pada kisaran 15-17%.

Arief menambahkan, setelah pandemi melandai berimbas pada penurunan permintaan obat-obat untuk perawatan pasien Covid-19 seperti Oseltamivir, Ivermectin, Favipiravir dan Remdesivir karena penurunan kasus Corona dan penurunan tingkat keterisian rumah sakit (BOR, bed occupancy rate).

Penurunan permintaan obat Covid-19 juga terjadi untuk pasien yang melakukan isolasi mandiri.

"Melandainya Covid-19 berdampak pada penurunan obat [treatment] Covid-19 yang digunakan di rumah sakit karena BOR turun, Remdesivir turun signifikan," kata Arief, dalam wawancara dengan CNBC Indonesia, Selasa (14/9/2021).

Padahal, pada saat gelombang kedua terjadi di Indonesia, permintaan obat Covid-19 cukup tinggi dan memberikan andil 50% terhadap pendapatan Indofarma.

"Melandainya kasus sudah mulai turun lagi industri farmasi terkait Covid-19. Yang naik signifikan suplemen makanan vitamin dan multivitamin," ujarnya.

Oleh sebab itu, INAF akan terus menambah varian produk suplemen maupun multivitamin baru karena permintaannya masih terus meningkat.

Kabar teranyar lainnya, Indofarma baru saja mendapatkan mendapatkan pinjaman pemegang saham (shareholder loan) dari PT Bio Farma (Persero) sebagai induk usahanya. Pinjaman senilai Rp 199,86 miliar merupakan bagian dari penyertaan modal negara (PMN) kepada Bio Farma yang kemudian disalurkan kepada anaknya.

Berdasarkan keterbukaan informasi yang dirilis perusahaan, dana ini akan digunakan untuk mempercepat pengembangan dan kemandirian alat kesehatan serta pengembangan obat herbal di Indofarma.

Nilai pinjaman tersebut merupakan 46,44% dari total ekuitas perusahaan pada 31 Desember 2020 yang senilai Rp 430,32 miliar.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham Emiten Farmasi Ngamuk! KAEF-IRRA dkk Terbang Tinggi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular