Ketimbang Inflasi, 'Sabda' Powell Lebih Berarti bagi Dolar AS

The Fed akan mengadakan rapat kebijakan moneter di bulan ini, pengumuman hasilnya akan dilakukan pada Kamis (23/9) dini hari waktu Indonesia. Pasca rilis data tenaga kerja AS di awal bulan ini, banyak analis yang melihat rapat The Fed di bulan ini menjadi antiklimaks.
Sebab, The Fed tidak kemungkinan besar tidak akan mengumumkan tapering kali ini.
Pada Jumat (3/9/2021), Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan penyerapan tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payrolls/NFP) bulan Agustus dilaporkan sebanyak 235.000 orang, jauh di bawah survei Reuters terhadap para analis yang memprediksi sebanyak 750.000 orang.
Tingkat pengangguran dilaporkan turun menjadi 5,2% dari sebelumnya 5,4%, sesuai dengan hasil survei Reuters, kemudian rata-rata upah per jam tumbuh 0,6% lebih tinggi dari bulan Juli 0,4%.
Meski tingkat pengangguran turun dan rata-rata upah per jam naik, tetapi yang lebih dilihat pelaku pasar adalah NFP. Sebab, mencerminkan kemampuan negara dengan perekonomian terbesar di dunia menciptakan lapangan pekerjaan.
Tetapi, bukan berarti tidak akan penting, kejutan bisa saja terjadi. Selain itu, Suki Cooper, analis dari Standard Chartered Bank melihat tapering baru akan diumumkan pada bulan November, tetapi rapat kebijakan moneter The Fed bulan ini akan berisi dot plot, yakni proyeksi suku bunga untuk tahun 2024. Sehingga tetap akan menjadi perhatian besar bagi pelaku pasar.
"Meski pengumuman tapering tidak akan dilakukan hingga bulan November, rapat kebijakan The Fed bulan ini akan memberikan proyeksi suku bunga untuk tahun 2024. Dan proyeksinya akan sama dengan tahun 2023, yakni dua kali kenaikan suku bunga," kata Cooper.
Artinya, jika proyeksi Cooper tepat, maka The Fed akan menaikkan suku bunga dua kali di tahun 2023, dan dua kali juga di 2024. Kenaikan tersebut terbilang tidak agresif, sehingga taper tantrum kemungkinan tidak akan terjadi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(pap/pap)