Buang.. Buang.. Buang... Dolar AS Dibuang Terus!

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Amerika Serikat (AS) mengindikasikan akan agresif menormalisasi kebijakan moneter di tahun ini. Tetapi hal tersebut tidak serta merta membuat pelaku pasar memborong dolar AS, malah dalam beberapa pekan terakhir the greenback justru "dibuang."
Aksi tersebut terlihat dari posisi spekulatif dolar AS yang terus menurun melawan mata uang utama. Data dari Commodity Futures Trading Commission (CFTC) menunjukkan posisi beli bersih (net long) pada pekan yang berakhir 4 Januari turun menjadi US$ 18,87 miliar dari pekan sebelumnya US$ 19,15 miliar.
Net long tersebut merupakan posisi dolar AS melawan yen Jepang, euro, poundsterling, franc Swiss, dolar Kanada dan Australia.
Tidak hanya melawan mata uang tersebut, net long juga turun terhadap mata uang G10 serta emerging market. Data dari CFTC menunjukkan posisi net long terhadap mata uang tersebut turun menjadi US$ 19,48 miliar dari sebelumnya US$ 19,76 miliar.
![]() |
Penurunan tersebut terjadi meski pada bulan Desember lalu bank sentral AS (The Fed) mengumumkan mempercepat tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) hingga berakhir pada Maret 2022.
Tidak hanya itu, bank sentral pimpinan Jerome Powell ini juga memproyeksikan kenaikan suku bunga sebanyak 3 kali di tahun ini.
Pelaku juga melihat The Fed bisa menaikkan suku bunga di bulan Maret. Terbaru berdasarkan data dari perangkat FedWatch milik CME Group, pasar melihat probabilitas lebih dari 90% The Fed akan menaikkan suku bunga di bulan Maret. Probabilitas tersebut mengalami kenaikan signifikan dari bulan lalu yang masih di kisaran 50%.
Artinya, The Fed akan menjadi bank sentral utama yang paling terdepan dalam menormalisasi kebijakan moneternya. Anehnya, para spekulan bukannya menumpuk posisi beli dolar AS, kini malah terus menguranginya.
Rilis data posisi spekulatif selanjutnya bisa memberikan gambaran lebih jelas apakah spekulan masih terus membuang dolar AS. Sebab, rilis notula rapat kebijakan moneter pada Kamis (6/1) menunjukkan The Fed jauh lebih agresif lagi.
Tidak hanya menaikkan suku bunga, notula tersebut juga menunjukkan beberapa pejabat The Fed melihat nilai neraca (balance sheet) bisa segera dikurangi setelah suku bunga dinaikkan.
"Peserta rapat kebijakan moneter secara umum mencatat bahwa, melihat outlook individual terhadap perekonomian, pasar tenaga kerja dan inflasi, mungkin diperlukan kenaikan suku bunga lebih awal atau dengan laju yang lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya. Beberapa peserta juga mencatat akan tepat jika segera mulai mengurangi nilai neraca setelah suku bunga dinaikkan," tulis notula The Fed yang dikutip Reuters, Kamis (6/1).
Dengan adanya kemungkinan The Fed mengurangi neracanya, dengan menjual obligasinya, maka likuiditas di perekonomian akan kembali terserap, dan diharapkan mampu meredam tingginya inflasi.
Jika data posisi spekulatif dolar AS selanjutnya masih menunjukkan penurunan, artinya sentimen terhadap dolar AS sudah mencapai puncaknya dan sedang menurun. Hal ini tentunya bisa memberikan tekanan bagi dolar AS di tahun ini.
Sebab, pergerakan indeks dolar AS cenderung mengikuti posisi spekulatifnya.
![]() |
Gambar di atas menunjukkan posisi spekulatif dolar AS (garis oranye) dan indeks dolar AS (garis ungu). Terlihat pergerakan keduanya cenderung searah, sehingga jika posisi net long terus terpangkas, bahkan jika sampai berbalik menjadi net sell maka dolar AS bisa jadi akan terpuruk.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Jurus Perry Warjiyo & BI Jaga Rupiah Dari Amukan Dolar AS
(pap/pap)