
Sampoerna Agro Bakal Ekspansi ke Produk Turunan Karet

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) berencana untuk masuk ke bisnis pengolahan karet dalam waktu dua hingga tiga tahun ke depan. Masuknya perusahaan ke lini bisnis ini lantaran mempertimbangkan hasil produksi karet yang tinggi mengingat SGRO merupakan salah satu perusahaan dengan lahan karet terluas.
Direktur Utama Sampoerna Agro Budi Setiawan Halim mengatakan terdapat dua produk hilir komoditas karet yang saat ini dipertimbangkan perusahaan, yakni lateks dan crumb rubber TSR.
"Untuk bisnis rubber kami salah satu yang terbesar di Indonesia jadi kami akan mulai masuk ke midstream 2-3 tahun ke depan jadi kami akan masuk either ke produksi lateks atau TSR, crumb rubber," kata Budi dalam public expose live virtual, Kamis (9/9/2021).
Sementara itu, untuk komoditas CPO, dia menyebut perusahaan tidak berencana untuk menambah luasan lahan produksi maupun kapasitas produksi yang saat ini mencapai 400 ribu hingga 500 ribu ton per tahun.
Pertimbangan ini diambil kendati dalam beberapa waktu dekat terdapat indikasi akan diangkatnya moratorium pembukaan lahan sawit baru oleh pemerintah.
Hal ini sejalan dengan komitmen Sampoerna Agro untuk menjalankan kebijakan NDPE (tidak melakukan deforestasi, pengembangan pada lahan gambut, dan tidak melakukan eksploitasi/Komitmen No Deforestation, No Peat, and No Exploitation) yang telah dibuat sebelumnya.
Sebaliknya, perusahaan hanya akan memaksimalkan lahan yang saat ini ada dengan secara rutin melakukan replanting tanaman, baik untuk tanaman plasma maupun inti.
Tahun depan perusahaan menargetkan akan terjadi kenaikan kinerja sebesar 10% dibanding dengan capaian perusahaan di tahun ini. Katalis pendorongnya adalah dengan membaiknya harga produk turunan sawit mulai tahun ini dan tingkat produksi yang lebih baik.
Seperti diketahui, kinerja perusahaan tahun lalu kurang baik dengan kerugian sebesar Rp 201,42 miliar untuk tahun buku 2020. Perolehan ini berkebalikan dari tahun 2019 dengan capaian laba sebesar Rp 33,15 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan SGRO, penjualan perseroan naik 7,1% menjadi Rp 3,50 triliun dari sebelumnya Rp 3,27 triliun. Rinciannya, penjualan ini terdiri dari produk kelapa sawit sebesar Rp 3,37 triliun, naik dari tahun sebelumnya Rp 3,17 triliun dan penjualan lain-lain sebesar Rp 127,26 miliar.
Untuk kinerja tahun ini, perusahaan lebih optimistis dengan target produksi CPO sepanjang tahun dipatok di kisaran 13%-14%.
(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Meski Cuma Manggung Tiga Hari, Harga CPO Naik Lagi!