
'Jeroan' Ramayana-Matahari cs Mulai Oke, Ternyata Gegara Ini!

Masih dari kelompok usaha yang sama, MAP Aktif juga mampu membalikkan keadaan dari semula rugi kini menjadi untung.
Pada akhir kuartal kedua tahun lalu, kinerja keuangan MAPA sempat tertekan dan terpaksa mengalami kerugian Rp 80,23 miliar.
Akan tetapi dengan semakin giatnya perusahaan mendorong peningkatan transaksi online yang terlihat dari meningkatnya pendapatan, alhasil pada paruh pertama tahun ini MAPA mampu menorehkan laba Rp 104,24 miliar.
Selanjutnya terdapat RALS yang laba bersihnya meningkat dari semula Rp 5,45 miliar menjadi Rp 137,82 miliar.
Laba yang bertambah Rp 132,37 miliar ini memang terlihat kecil, akan tetapi jika dihitung dari persentase perubahan, laba bersih RALS tercatat naik secara fantastis sebesar 2.424%.
Kinerja posistif RALS salah satunya dikarenakan perusahaan mampu menekan beban umum dan administrasi yang mengalami penurunan menjadi Rp 647,12 miliar dari semula Rp 665,24 miliar, dengan pengurangan terbesar terjadi pada gaji dan tunjangan lainnya yang berkurang menjadi Rp 202,55 miliar dari semula mencapai Rp 254,03 miliar.
Hal ini tentu disebabkan pula oleh kebijakan manajemen RALS yang secara aktif memangkas jumlah karyawan dari tahun ke tahun.
Tercatat secara tiga tahun beruntun jumlah karyawan operator pusat perbelanjaan baju ini terus berkurang, dari total 7.734 karyawan di akhir tahun 2018 berkurang menjadi 6.659 karyawan pada akhir tahun 2019, dan terus mengalami penurunan hingga tersisa 4.603 karyawan pada akhir tahun 2020.
Artinya dalam tempo 2 tahun jumlah karyawan RALS berkurang 3.131 karyawan atau terpangkas hampir setengah, tepatnya 40,48%. RALS tidak merinci jumlah karyawan dalam laporan interim.
Sedangkan emiten terakhir adalah HERO yang karena pendapatannya turun, kerugian bersihnya juga bertambah signifikan dari semula rugi Rp 202,08 miliar angka tersebut kini membengkak 173% menjadi Rp 550,89 miliar.
Kinerja keuangan HERO pada semester pertama terus terkena dampak negatif dikarenakan pandemi dan restrukturisasi yang telah diumumkan.
Pembatasan sosial yang ketat, larangan perjalanan domestik dan penutupan atau pemberlakuan pembatasan perdagangan yang ketat di pusat perbelanjaan/mal telah mengubah pola belanja pelanggan secara substansial dan mengurangi jumlah kunjungan pelanggan ke lokasi-lokasi ini.
Namun secara umum, kinerja positif emiten ritel pada paruh pertama tahun ini merupakan kabar baik bagi pemulihan ekonomi Indonesia yang masih terdampak krisis pandemi.
Akan tetapi ini bukan jaminan bahwa ke depannya kelima emiten tersebut terus berada di jalur positif.
Dalam iklim ekonomi yang tidak pasti karena pandemi, bisa saja pada kuartal selanjutnya emiten yang semester ini memperoleh laba malah jadi merugi.
Apalagi mengingat bahwa sampai saat ini pemerintah masih belum mencabut sepenuhnya atau melonggarkan secara besar-besaran aturan pembatasan sosial di berbagai wilayah, dan pula periode lebaran idul fitri yang merupakan cawan suci industri ritel juga telah lewat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
