Analisis

Ritel Babak Belur! Ini Nasib Ramayana-Matahari-Sogo dkk di Q1

Ferry Sandria, CNBC Indonesia
25 May 2021 07:50
Dok. Matahari
Foto: Dok. Matahari

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah kondisi ekonomi Indonesia yang baru mulai pulih, industri ritel masih dalam kondisi memprihatinkan. Sejak pandemi melanda Tanah Air awal tahun lalu berbagai problem bisnis harus dihadapi oleh pengusaha ritel nasional.

Persoalan itu mulai dari penutupan sejumlah gerai, tekanan utang, gugatan PKPU (penundaan kewajiban pembayaran utang) hingga pailit, hingga keputusan pahit pengurangan jumlah karyawan.

Meskipun Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan pertumbuhan ekonomi kuartal II-2021 ditargetkan bisa mencapai 6,9% sampai 7,8%, efek pandemi masih dirasakan oleh pengusaha ritel nasional.

Pandemi Covid-19 menyebabkan bisnis ritel raksasa tanah air terguncang. Aktivitas ekonomi yang belum pulih karena kebijakan pembatasan sosial mengakibatkan penurunan pendapatan di tengah tingginya beban biaya operasional.

Kondisi perusahaan dapat ditinjau dari laporan keuangan emiten di sektor ini yang rutin dan wajib dirilis oleh perusahaan.

Beberapa 'pemain' besar industri ritel telah mengeluarkan laporan keuangan kuartalan milik mereka. Beberapa antara lain PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS), PT Matahari Departement Store Tbk (LPPF), dan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI). MAPI adalah pemegang hak waralaba Starbucks, Domino's Pizza, Lacoste, hingga pengelola Zara dan Sogo.

Lantas siapa yang mempunyai kinerja keuangan paling oke atau mendingan?

Pertumbuhan Pendapatan Negatif

Pada kuartal pertama tahun 2021, ketiga perusahaan ritel tersebut kompak mengalami penurunan pendapatan dengan Ramayana mencatatkan penurunan terbesar hingga 48,21%.

Pendapatan Ramayana turun ke angka Rp 297,89 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 768,26 miliar.

Pusat perbelanjaan miliki Grup Lippo, Matahari juga mengalami penurunan pendapatan 24,10% menjadi Rp 741,40 miliar pada 3 bulan awal 2021, turun dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 976,77 miliar.

Adapun Mitra Adiperkasa mencatatkan kinerja yang paling baik dibandingkan Matahari dan Ramayana meskipun tetap mengalami penurunan pendapatan sebesar 7,04% menjadi Rp 4,10 triliun dari periode yang sama tahun lalu sejumlah Rp 4,41 triliun.

Meskipun pendapatan MAPI turun, laba bersih perusahaan yang terkenal dengan produk kupon belanjanya ini malah meningkat drastis hingga 223% menjadi Rp 26,08 miliar dari semula hanya untung Rp 8,07 miliar di periode yang sama tahun lalu.

Matahari mengalami kenaikan rugi bersih yang semula Rp 93,95 miliar pada kuartal pertama 2020, kini bengkak 1,49% menjadi Rp 95,35 miliar.

Kinerja buruk juga dicatatkan oleh Ramayana yang pada kuartal pertama tahun lalu masih memperoleh laba bersih sebesar Rp 13,29 miliar, kini pada akhir triwulan pertama 2021 malah mengalami kerugian vbrsih fantastis sejumlah Rp 85,66 miliar.

NEXT: Kewajiban Membaik

Pada triwulan pertama tahun 2021, MAPI dan RALS mencatatkan penurunan liabilitas dari kuartal sebelumnya akhir tahun lalu, sedangkan liabilitas LPPF naik sedikit.

Liabilitas Ramayana turun 3,33% dari posisi akhir tahun lalu sebesar Rp 1,56 triliun kini menjadi Rp 1,51 triliun.

Adapun liabilitas MAPI turun 0,61% menjadi sebesar Rp 11,08 triliun. Penurunan ini memang terlihat kecil akan tetapi jika dibandingkan dengan peningkatan liabilitas MAPI sepanjang tahun lalu yang mencapai 69,82% dari Rp 6,56 triliun menjadi Rp 11,15 triliun, kinerja MAPI dapat dikatakan sudah mulai bergerak ke arah yang lebih baik.

Sedangkan Matahari masih mengalami peningkatan liabilitas sebesar 2,67% menjadi Rp 5,89 triliun pada kuartal pertama tahun ini. Sebelumnya berdasarkan laporan keuangan tahun 2020, liabilitas perusahaan sepanjang tahun 2020 naik 85,92% dari semula Rp 3,08 triliun pada akhir 2019 meningkat menjadi Rp 5,73 triliun akhir tahun lalu.

Aset ketiga perusahaan ini tidak mengalami perubahan signifikan, aset Matahari tercatat stabil di angka Rp 6,31 triliun dengan jumlah Kas dan setara kas turun menjadi sebesar Rp 294,55 miliar.

Aset Ramayana terkoreksi sedikit turun menjadi Rp 5,14 triliun dari posisi akhir tahun lalu sebesar Rp 5,28 triliun, tercatat jumlah kas dan setara kas turun menjadi Rp 1,06 triliun.

Senada dengan Ramayana, aset MAPI juga mengalami sedikit penurunan dari yang semula Rp 11,15 triliun turun menjadi Rp 11,08 triliun. Kas dan setara kas MAPI pun ikut turun, tersisa Rp 2,18 triliun pada kuartal pertama 2021,

Peningkatan liabilitas menjadikan ekuitas Matahari turun 26,43% menjadi Rp 427,52 miliar dari semula Rp 581,11 miliar. Penurunan nilai aset juga membuat ekuitas Ramayana turun sedikit menjadi Rp 3,63 triliun dari semula Rp 3,71 triliun. Adapun ekuitas MAPI tercatat stabil naik 0,91% menjadi Rp 6,55 triliun.

Meskipun masih belum pulih secara sempurna, industri ritel secara perlahan sudah mulai menutupi gap buruknya kinerja keuangan pada tahun pandemi 2020 lalu.

Misalnya, MAPI, mencatatkan laba bersih di kuartal I melesat 223% menjadi Rp 26,08 miliar dari semula hanya untung Rp 8,07 miliar di periode yang sama tahun lalu.

Menurut Ratih D. Gianda, VP Investor Relations, Corporate Communications and Sustainability MAP Group, kinerja MAPI di kuartal pertama masih tertekan terutama disebabkan oleh tantangan pada rantai pasokan dan langkah-langkah pengendalian jarak sosial dan pandemi yang diberlakukan oleh pihak berwenang.

Ratih menyampaikan, potensi penjualan perseroan secara menyeluruh masih terkendala oleh pengurangan jam operasional pusat perbelanjaan di Indonesia sebagai dampak dari pandemi.

Namun dia punya keyakinan bisnis akan membaik. "Kami meyakini kinerja pada kuartal ke-2 akan jauh lebih baik seiring dengan keseimbangan antara inventory dengan penyesuaian strategi perusahaan," kata Ratih, dalam keterangannya.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular