
Rugi & Tak Bagi Dividen, Bos Acset Curhat Tekanan Industri

Jakarta, CNBC Indonesia - Manajemen emiten kontraktor Grup Astra, PT Acset Indonusa Tbk (ACST) mengungkapkan sejumlah persoalan yang membelit industri konstruksi di tengah pandemi dan komitmen perusahaan terkait dengan kinerja perusahaan ke depan.
Dari sisi dividen, perseroan memutuskan untuk tidak akan membagikan dividen perusahaan atas laba tahun buku 2020 seiring kinerja perusahaan yang masih mencatatkan rugi bersih.
Selain dividen, manajemen ACST juga menjelaskan perkara mengenai sudah tercapainya kesepakatan perdamaian yang diajukan oleh PT China Sonangol Media Investment (CSMI), perusahaan patungan antara Media Group milik pengusaha Surya Paloh dan China Sonangol Land, pada 12 Maret 2021.
Hal tersebut menjadi dua dari sejumlah poin penjelasan manajemen Acset dalam acara Silaturahmi & Halal Bihalal Media yang diselenggarakan secara daring via Zoom pada Senin (24/5/2021).
Menanggapi pertanyaan yang diajukan oleh CNBC Indonesia soal pembagian dividen, Direktur Acset David Widjaja menjelaskan, lazimnya, dividen akan diberikan apabila suatu perusahaan mencatatkan laba bersih.
"[Tetapi] kalau lihat kondisi Acset 2020 [yang] masih rugi, sekarang ini belum bisa bagi dividen. Tapi nanti kalau perusahaan sudah profit pasti kita akan patu dengan undang-undang terkait pembagian dividen," jelas David, Senin (24/5).
Pernyataan David Widjaja tersebut menegaskan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Acset pada 6 April lalu untuk tidak membagikan dividen sepanjang 2020 akibat kondisi keuangan yang tertekan.
Ini terjadi lantaran adanya pandemi Covid-19 yang menyebabkan perlambatan pada pengerjaan proyek berjalan serta penundaan target tender proyek baru yang ada selama tahun 2020.
Untuk diketahui, tahun lalu perusahaan mencatatkan kenaikan rugi bersih sebesar 16,46% dari rugi Rp 1,14 triliun di 2019 menjadi rugi Rp 1,32 triliun di tahun 2020.
Adapun per kuartal I tahun ini, rugi bersih ACST berkurang menjadi Rp 79,68 miliar, dari rugi bersih periode yang sama tahun 2020 sebesar Rp 124,44 miliar.
Prospek dan Tantangan
Selain itu, manajemen anak usaha PT Unitec Tractors Tbk (UNTR) ini juga menjelaskan terkait prospek dan tantangan perusahaan sepanjang 2021.
David mengakui, industri konstruksi memang memiliki sejumlah hambatan sejak akhir 2019 dan ditambah dengan adanya pagebluk Covid-19 pada tahun lalu.
Sejumlah hambatan yang David maksud, di antaranya soal penundaan proyek-proyek baru dan pembangunan proyek yang belum bisa direalisasikan secara langsung. Kondisi tersebut membuat kinerja Acset sepanjang 2020 "drop secara signifikan".
Namun, David berujar, "bisnis konstruksi suatu saat akan turn around, akan meningkat lagi."
Kendati, kata dia, perusahaan masih akan melihat kondisi makro ekonomi ke depan. "Pekerjaan-pekerjaan infrastruktur juga perlu dilihat. Untuk bisnis ini, kita masih sangat optimis. Kita dari internal juga sangat siaplah bisnis yang akan membaik ini," jelas David.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Acset Djoko Prabowo menambahkan, kondisi di tahun ini diprediksi akan lebih baik dibandingkan tahun 2020.
"Ada sentimen positif, ada SWF [lembaga sovereign wealth fund] ya dari pemerintah. Juga alokasi APBN yang lebih besar tahun ini, ketimbang tahun lalu. Ini yang akan mendorong dunia konstruksi akan baik," kata Djoko.
Memang, Djoko mengakui, sektor konstruksi masih butuh waktu untuk bisa tumbuh. Djoko memberi contoh soal permintaan pasar terhadap apartemen masih cenderung stagnan, sehingga perusahaan masih akan mencermati kondisi tersebut sampai akhir tahun.
"Secara keseluruhan 2021 akan lebih baik dari 2020," simpul Djoko.
Adapun soal sentimen negatif atau tantangan bisnis konstruksi tahun ini, David menjelaskan, pandemi Covid-19 masih akan mempengaruhi kinerja perusahaan.
"Kita masih melihat Covid ya, Pandemi Covid, yang belum terlalu memberi harapan terhadap makro kita," ujar David.
Mengenai tantangan tahun ini, David menjelaskan, perusahaan masih akan sangat bergantung pada kontrak-kontrak yang bisa didapatkan.
"Kalau belum bisa dapat, kita masih berjuang lagi nih untuk efisiensi, melakukan cost reduction," kata David, sembari mengatakan Acset mungkin akan masuk ke proyek yang tidak begitu besar untuk tahun ini.
Menurut pemaparan David, hingga saat ini Acset berhasil meraih kontrak baru senilai Rp 142 miliar. Adapun porsi kontrak baru terbesar disumbang dari proyek Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTM) Besai Kemu di Lampung, yang senilai Rp 127 miliar.
"Proyek ini [PLTM Besai Kemu] kita dapatkan di bulan Maret," jelas David.
Proyek PLTM Besai Kemu masuk ke dalam segmen infrastruktur, dengan meraup porsi 89% dari total kontrak baru Acset.
Adapun 11% sisanya merupakan kontrak baru dari lini bisnis fondasi (foundation), yang terdiri dari fondasi Menara BRI di Medan, Terowongan Silaturahmi Masjid Istiqlal, Jembatan Ciujung (Jalan Tol Cikande-Serang Timur) dan fondasi perbaikan Ritz Carlton Mega Kuningan Hotel.
Mengenai rencana aksi korporasi dan penambahan modal seperti lewat rights issue, David mengatakan kinerja finansial perusahaan masih sangat solid.
"Kita masih bisa memenuhi kebijakan operasional kita sendiri. Kalau ada proyek yang cukup besar, nanti kita akan mengkaji [rencana penambahan modal] lagi. Biasanya kita akan sampaikan secara terbuka rencana-rencana kita," imbuh David.
Akhirnya Damai dengan CSMI
Seperti disinggung di atas, Acset dan CCEED menyetujui proposal perdamaian yang diajukan oleh CSMI pada 12 Maret lalu.
Acset dan CCEED tergabung dalam Kerja Sama Operasi (KSO) pada pengerjaan proyek pembangunan gedung Indonesia 1. Hal ini sebagai keputusan dari proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) yang diajukan KSO sejak 12 November 2020 lalu.
Selain KSO, anak usaha ACSET yang terlibat dalam proyek yang sama, yakni PT Bintai Kindenko Engineering Indonesia (BINKEI) turut terdaftar sebagai pemohon dalam PKPU ini.
Sebelumnya, Corporate Secretary & Investor Relations Acset Indonusa, Maria Cesilia Hapsari mengatakan, KSO dan BINKEI memutuskan secara bersama-sama untuk mengajukan PKPU sebagai upaya untuk memperoleh kepastian pembayaran dari CSMI atas tagihan progres pekerjaan proyek Indonesia 1 yang sudah dikerjakan oleh KSO dan BINKEI namun belum dibayarkan oleh pihak CSMI.
Hal ini krusial untuk mendukung kinerja keuangan dan memenuhi kebutuhan modal kerja dalam aktivitas operasional perusahaan.
Dengan demikian, CSMI sudah dapat melaksanakan restrukturisasi pembayaran utang kepada KSO dan BINKEI yang dijadwalkan akan selesai pada tahun 2021 ini. CSMI akan melanjutkan pembangunan proyek Indonesia 1 dengan syarat dan ketentuan sebagaimana diatur dalam putusan perdamaian tersebut.
Sebagai informasi, pada pertengahan November 2020, Acset mengajukan mengajukan permohonan penundaan kewajiban PKPU terhadap CSMI.
Adapun, gedung Indonesia 1 yang dijadikan sebagai gedung perkantoran, kondominium, apartemen pelaksanaan grounbreaking telah dilakukan pada 2015 lalu. Sumber biaya pembangunan gedung tersebut dari pinjaman bank, yakni dari PT Bank ICBC sebesar US$160 juta kepada China Sonangol Media Investment untuk pembangunan gedung tersebut.
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ruginya Bengkak! Mohon Maaf, Acset Tak Bagi Dividen 2020