
Ritel Babak Belur! Ini Nasib Ramayana-Matahari-Sogo dkk di Q1

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah kondisi ekonomi Indonesia yang baru mulai pulih, industri ritel masih dalam kondisi memprihatinkan. Sejak pandemi melanda Tanah Air awal tahun lalu berbagai problem bisnis harus dihadapi oleh pengusaha ritel nasional.
Persoalan itu mulai dari penutupan sejumlah gerai, tekanan utang, gugatan PKPU (penundaan kewajiban pembayaran utang) hingga pailit, hingga keputusan pahit pengurangan jumlah karyawan.
Meskipun Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan pertumbuhan ekonomi kuartal II-2021 ditargetkan bisa mencapai 6,9% sampai 7,8%, efek pandemi masih dirasakan oleh pengusaha ritel nasional.
Pandemi Covid-19 menyebabkan bisnis ritel raksasa tanah air terguncang. Aktivitas ekonomi yang belum pulih karena kebijakan pembatasan sosial mengakibatkan penurunan pendapatan di tengah tingginya beban biaya operasional.
Kondisi perusahaan dapat ditinjau dari laporan keuangan emiten di sektor ini yang rutin dan wajib dirilis oleh perusahaan.
Beberapa 'pemain' besar industri ritel telah mengeluarkan laporan keuangan kuartalan milik mereka. Beberapa antara lain PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS), PT Matahari Departement Store Tbk (LPPF), dan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI). MAPI adalah pemegang hak waralaba Starbucks, Domino's Pizza, Lacoste, hingga pengelola Zara dan Sogo.
Lantas siapa yang mempunyai kinerja keuangan paling oke atau mendingan?
Pertumbuhan Pendapatan Negatif
Pada kuartal pertama tahun 2021, ketiga perusahaan ritel tersebut kompak mengalami penurunan pendapatan dengan Ramayana mencatatkan penurunan terbesar hingga 48,21%.
Pendapatan Ramayana turun ke angka Rp 297,89 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 768,26 miliar.
Pusat perbelanjaan miliki Grup Lippo, Matahari juga mengalami penurunan pendapatan 24,10% menjadi Rp 741,40 miliar pada 3 bulan awal 2021, turun dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 976,77 miliar.
Adapun Mitra Adiperkasa mencatatkan kinerja yang paling baik dibandingkan Matahari dan Ramayana meskipun tetap mengalami penurunan pendapatan sebesar 7,04% menjadi Rp 4,10 triliun dari periode yang sama tahun lalu sejumlah Rp 4,41 triliun.
Meskipun pendapatan MAPI turun, laba bersih perusahaan yang terkenal dengan produk kupon belanjanya ini malah meningkat drastis hingga 223% menjadi Rp 26,08 miliar dari semula hanya untung Rp 8,07 miliar di periode yang sama tahun lalu.
Matahari mengalami kenaikan rugi bersih yang semula Rp 93,95 miliar pada kuartal pertama 2020, kini bengkak 1,49% menjadi Rp 95,35 miliar.
Kinerja buruk juga dicatatkan oleh Ramayana yang pada kuartal pertama tahun lalu masih memperoleh laba bersih sebesar Rp 13,29 miliar, kini pada akhir triwulan pertama 2021 malah mengalami kerugian vbrsih fantastis sejumlah Rp 85,66 miliar.
NEXT: Kewajiban Membaik
