
FYI, Tapering 2013-2015 Bikin Dolar Rp9.700 Jadi Rp14.700...

Pemicu utama taper tantrum pada tahun 2013 yakni kurangnya komunikasi antara The Fed dan pelaku pasar. Pengumuman tapering pada Juni 2013 terbilang mengejutkan pelaku pasar, sehingga pasar bergejolak, dan taper tantrum terjadi.
Patut diingat, cepat atau lambat tapering pasti akan dilakukan oleh The Fed ketika perekomian AS sudah membaik, inflasi dan pasar tenaga kerja sudah memuaskan bagi bank sentral paling powerful di dunia ini.
Saat ini kondisi tersebut sudah tercapai, maka melanjutkan QE senilai US$ 120 miliar per bulan berisiko membuat perekonomian AS overheating, inflasi juga bisa makin tinggi lagi, sehingga tapering perlu dilakukan, hingga akhirnya QE berakhir.
The Fed di bawah pimpinan Jerome Powell saat ini sudah terus berkomunikasi dengan pasar terkait dengan tapering. Yang teranyar tentu rilis risalah yang membuka peluang tapering dilakukan tahun ini.
Secara tidak langsung, pelaku pasar diminta untuk bersiap jika tapering terjadi di tahun ini.
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, juga menyatakan komunikasi The Fed kali ini jelas sehingga bisa menghindari terjadinya taper tantrum.
"The Fed komunikasinya jelas, kerangka kerjanya kayak apa, inflasi dan pengangguran dan rencana tapering-nya. Tentu saja dengan demikian, pasar semakin memahami pola kerja, kerangka kerja Fed," papar Perry usai Rapat Dewan Gubernur tengah pekan lalu.
"Bahwa kebijakan tapering fed dampaknya tidak akan sebesar taper tantrum pada 2013. Fed tapering yang dilakukan dampaknya ke global dan emerging market khususnya Indonesia Insya Allah tidak sebesar seperti taper tantrum 2013," jelasnya.
Selain mengenai kemungkinan waktu tapering yang sudah diungkapkan, The Fed juga menegaskan tapering tidak ada kaitannya dengan suku bunga The Fed. Artinya, ketika QE sudah berakhir, tidak serta merta suku bunga akan langsung dinaikkan.
Meski kemungkinan tidak akan separah taper tantrum, tapering yang akan dilakukan The Fed pasti akan berdampak pada pergerakan rupiah, dan kemungkinan akan tertekan. Meski, sekali lagi tidak akan mengalami gejolak seperti 2013.
BI juga sudah bersiap menghadapi tapering dengan triple intervention yang meliputi Domestic Non-Delivery Forward (DNDF), di pasar spot, sampai ke pasar Surat Berharga Negara (SBN).
"Kerjasama BI dan Kemenkeu, bagaimana perbedaan yield SBN dalam dan luar negeri. Itu akan menarik investor asing," terang Perry.
Selain itu, cadangan devisa Indonesia juga cukup besar guna menstabilkan rupiah. Pada akhir Juli lalu, cadangan devisa Indonesia sebesar US$ 137,3 miliar setara dengan pembiayaan 8,9 bulan impor atau 8,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Posisi cadangan devisa tersebut tidak jauh dari rekor rekor tertinggi sepanjang masa US$ 138,8 miliar yang dicapai pada bulan April.
"Jadi jauh lebih cukup untuk stabilisasi," tegas Perry.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Analisis Teknikal
