Dolar AS Tanpa Perlawanan, Rupiah Menguat Tajam

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
23 August 2021 15:46
Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melaju mulus pada Senin (23/8/2021), sepanjang perdagangan tidak pernah mencicipi zona merah. Artinya, dolar Amerika Serikat (AS) tanpa perlawan hari ini. Dolar AS kini sedang menanti pertemuan Jackson Hole untuk melihat petunjuk lebih jelas mengenai tapering, sementara rupiah menanti keputusan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang akan berakhir hari ini.

Melanir data Refinitiv, rupiah langsung menguat 0,28% ke Rp 14.410/US$ begitu perdagangan dibuka. Penguatan rupiah sedikit terpangkas ke Rp 14.415/US$, tetapi tidak sampai masuk ke zona merah.

Rupiah kemudian bertambah kuat hingga 0,35% ke Rp 14.400/US$, sebelum akhirnya menutup perdagangan di Rp 14.410/US$.

Dengan penguatan hari ini, rupiah sukses menghentikan penurunan 3 hari beruntun.

Pada pekan lalu dolar AS begitu perkasa pasca rilis risalah rapat kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed) edisi Juli menunjukkan kemungkinan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) dilakukan di tahun ini.

"Melihat ke depan, sebagian besar partisipan (Federal Open Market Committee/FOMC) mencatat bahwa selama pemulihan ekonomi secara luas sesuai dengan ekspektasi mereka, maka akan tepat untuk melakukan pengurangan nilai pembelian aset di tahun ini," tulis risalah tersebut yang dirilis Rabu pekan lalu waktu setempat.

Tetapi, National Australia Bank (NAB) mengatakan dolar AS akan berbalik melemah jika ada indikasi tapering baru akan dilakukan tahun depan.

Oleh karena itu, perhatian di pekan ini akan tertuju pada pertemuan Jackson Hole di Amerika Serikat, yang akan dihadiri oleh bank sentral, menteri keuangan, akademisi hingga praktisi pasar finansial di dunia. Pertemuan tersebut seharusnya berlangsung selama 3 hari mulai Kamis (26/8/2021), tetapi akibat lonjakan kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) di AS dalam beberapa pekan terakhir, pertemuan tersebut akhirnya dilakukan secara daring pada hari Jumat.

Oleh karena itu, pelaku pasar melihat ada kemungkinan The Fed akan mempertimbangkan lebih dalam melakukan tapering di tahun ini, mengingat lonjakan kasus Covid-19 bisa memperlambat laju pemulihan ekonomi AS.

Sementara itu dari dalam negeri, penambahan kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) terus menunjukkan penurunan dan mendekati 10.000 orang per hari.

Puncak kasus virus corona terjadi pada 15 Juli lalu ketika penambahnya tercatat sebanyak 56.757 orang dalam sehari. Sementara kemarin, penambahan kasus baru sebanyak 12.408 orang, turun drastis dari puncak kasus pertengahan bulan lalu. Jumlah kasus baru tersebut juga merupakan yang terendah sejak sejak 16 Juni.

Sehingga ada kemungkinan akan ada pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang berakhir pada hari ini akan diperpanjang dengan pelonggaran lebih lanjut. Apalagi melihat kasus di DKI Jakarta yang sudah menurun drastis. Bahkan, berdasarkan catatan Satgas Penanganan Covid-19, tidak ada wilayah di DKI Jakarta yang kini dikategorikan zona merah.

Hal tersebut memberikan sentimen positif bagi rupiah di awal pekan ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Penyebab Rupiah Menguat 4 Pekan Beruntun, Terbaik di Asia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular