Analisis

Ngeri Emas Ambrol? Baca Dulu Ramalan Para Analis Top Ini

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
20 August 2021 15:30
Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)

Jakarta, CNBC Indonesia - Flash crash emas tentunya masih segar di ingatan para investor. Kejatuhan harga dalam hitungan menit itu terjadi saat harga emas dunia ambrol hingga nyaris 4,5%.

Flash crash tersebut terjadi pada Senin (9/8/2021) lalu, sebelum rilis risalah rapat kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) atau yang dikenal dengan Federal Reserve (The Fed).

Sehingga, pelaku pasar tentunya menjadi ngeri-ngeri sedap dengan emas. Sebab dalam risalah yang dirilis Kamis (19/8/2021) dini hari, The Fed membuka peluang melakukan tapering di tahun ini.

Tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) pernah terjadi di tahun 2013, dampaknya harga emas dunia berada dalam tren menurun hingga tahun 2015. Dari rekor tertinggi saat itu yang dicapai September 2011, emas dunia ambrol hingga 45%.

Pasca rilis risalah tersebut harga emas sebenarnya masih cukup stabil, pada perdagangan Kamis kemarin hanya melemah 0,41% ke US$ 1.780/troy ons.

xau

Namun, Dominic Schnider, kepala investasi di UBS Global Wealth Management memprediksi emas bisa jeblok ke US$ 1.600/troy ons bahkan lebih rendah lagi di kuartal I-2021.
Schnider melihat imbal hasil riil (real yield) di AS akan "kurang negatif" yang akan membuat harga emas merosot.

Emas dan obligasi AS (Treasury) sama-sama dianggap sebagai safe haven. Bedanya, Treasury memberikan imbal hasil, sementara emas tidak. Imbal hasil riil Treasury saat ini sudah negatif bahkan cukup dalam, sebab inflasi yang tinggi di AS.

Ketika riil yield negatif dalam, emas akan diuntungkan, tetapi ketika riil yield negatifnya semakin berkurang apalagi sampai positif lagi, emas tentunya akan tertekan. Apalagi dengan kemungkinan tapering di tahun ini, yield Treasury bisa semakin naik.

"Saya pikir anda akan melihat lebih banyak outflow (dari emas). Saya tidak akan terkejut jika pada satu titik 20 juta ons emas meninggalkan pasar ETF dan berjangka. Itu artinya harga emas turun," kata Schnider sebagaimana dilansir CNBC International, Kamis (13/8/2021).

Jebloknya harga emas dunia ke bawah US$ 1.600/troy ons bahkan lebih rendah lagi tentunya membuat ngeri investor emas. Tetapi, ada juga pandangan yang menyebut harga emas dunia bisa terbang tinggi di sisa tahun ini.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Emas Diprediksi ke US$ 2.000/Troy Ons di Akhir Tahun

Berbeda dengan analisis UBS Global Wealth Management, bank investasi Goldman Sachs justru memprediksi emas dunia akan menguat.

Dalam riset terbarunya, Goldman Sachs melihat harga emas akan mencapai US$ 2.000/troy ons di akhir tahun ini, sebabnya permintaan emas yang mulai pulih.

Aksi beli emas oleh Palantir memberikan gambaran mengenai pulihanya permintaan emas. Perusahaan analisis piranti lunak ini membeli emas batangan senilai US$ 50 juta di bulan Agustus.

"Selama Agustus 2021, perusahaan membeli emas batangan senilai US$ 50,7 juta. Emas tersebut berada di fasilitas penyimpanan pihak ketiga, dan perusahaan bisa mengambil emas tersebut kapan saja dengan pemberitahuan," kata Palantir dalam laporan earnings yang dirilis 12 Agustus lalu.

Senada dengan Goldman Sachs, Bloomberg Intellegence juga memprediksi emas dunia akan ke US$ 2.000/troy ons di tahun ini.

Analis dari Bloomberg Intelligence, juga mengungkapkan jebloknya harga di awal pekan lalu merupakan suatu kemerosotan dari tren bullish (kenaikan dalam jangka panjang).

"Peningkatan rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat dan ketergantungan terhadap quantitative easing (QE) membuat kami tetap mempertahankan proyeksi kenaikan harga emas, terutama setelah penurunan tajam dari level puncak di 2020," kata Mike McGlone, analis komoditas di Bloomberg Intelligence.

McGlone juga melihat di sisa tahun ini emas lebih mungkin akan mendekati US$ 2.000/troy ons, ketimbang tertahan di bawah US$ 1.700/troy ons.

"Katalis yang bisa membawa emas ke US$ 2.000/troy ons adalah sedikit koreksi pasar saham dan berlanjutnya penurunan yield Treasury. Kami melihat emas lebih mungkin mendekati resisten US$ 2.000 ketimbang di bawah US$ 1.700 di semester II tahun ini," katanya.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Investor Sebaiknya Wait and See

Terbelahnya pendapat para analis terkait kemana harga emas di sisa tahun ini merupakan hal yang wajar. Begitu juga dengan preferensi para investor, antara jual atau beli emas.

Meski demikian, untuk saat ini ada baiknya wait and see dulu, sebab The Fed sudah membuka peluang melakukan tapering di tahun ini.

Seperti yang disebutkan sebelumnya, tapering di tahun 2013 membuat harga emas menurun dalam periode yang cukup panjang. Meski tidak bisa dipastikan apakah dampaknya akan sama atau tidak kali ini.

Sebab, ada kondisi yang berbeda yakni inflasi di AS yang sangat tinggi, dan emas secara tradisional dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi.

Tingginya inflasi di AS, dan dikatakan sudah mencapai target, menjadi salah satu pertimbangan melakukan tapering di tahun ini.

Selain data inflasi, The Fed juga menggunakan data tenaga kerja AS.

Departemen Tenaga Kerja AS di awal bulan ini melaporkan sepanjang bulan Juli perekonomian AS mampu menyerap tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payrolls/NFP) sebanyak 943.000 orang, lebih tinggi dari hasil polling Reuters 880.000 orang.

Sementara tingkat pengangguran juga turun menjadi 5,4% dari bulan Juni 5,9%, dan lebih tajam dari prediksi 5,7%. Selain itu, rata-rata upah per jam juga mencatat pertumbuhan 0,4% dari bulan sebelumnya.

Data tenaga kerja bulan Agustus yang akan dirilis bulan September menjadi krusial untuk menentukan seberapa besar peluang tapering di tahun ini. Jika kembali menunjukkan perbaikan lebih lanjut, maka peluang The Fed mengumumkan tapering pada 23 September mendatang semakin besar.

Sehingga ada baiknya bagi investor emas untuk menanti kepastian tapering dan melihat terlebih dahulu bagaimana respon emas dunia.

Tetapi yang patut digarisbawahi adalah The Fed menegaskan tapering dan suku bunga tidak ada kaitannya. Artinya meski The Fed melakukan tapering hingga menghentikan QE, bukan berarti suku bunga akan langsung dinaikkan. Artinya, jika suku bunga rendah ditahan dalam waktu yang cukup lama, akan menjadi keuntungan bagi emas.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular