
Ngeri Emas Ambrol? Baca Dulu Ramalan Para Analis Top Ini

Berbeda dengan analisis UBS Global Wealth Management, bank investasi Goldman Sachs justru memprediksi emas dunia akan menguat.
Dalam riset terbarunya, Goldman Sachs melihat harga emas akan mencapai US$ 2.000/troy ons di akhir tahun ini, sebabnya permintaan emas yang mulai pulih.
Aksi beli emas oleh Palantir memberikan gambaran mengenai pulihanya permintaan emas. Perusahaan analisis piranti lunak ini membeli emas batangan senilai US$ 50 juta di bulan Agustus.
"Selama Agustus 2021, perusahaan membeli emas batangan senilai US$ 50,7 juta. Emas tersebut berada di fasilitas penyimpanan pihak ketiga, dan perusahaan bisa mengambil emas tersebut kapan saja dengan pemberitahuan," kata Palantir dalam laporan earnings yang dirilis 12 Agustus lalu.
Senada dengan Goldman Sachs, Bloomberg Intellegence juga memprediksi emas dunia akan ke US$ 2.000/troy ons di tahun ini.
Analis dari Bloomberg Intelligence, juga mengungkapkan jebloknya harga di awal pekan lalu merupakan suatu kemerosotan dari tren bullish (kenaikan dalam jangka panjang).
"Peningkatan rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat dan ketergantungan terhadap quantitative easing (QE) membuat kami tetap mempertahankan proyeksi kenaikan harga emas, terutama setelah penurunan tajam dari level puncak di 2020," kata Mike McGlone, analis komoditas di Bloomberg Intelligence.
McGlone juga melihat di sisa tahun ini emas lebih mungkin akan mendekati US$ 2.000/troy ons, ketimbang tertahan di bawah US$ 1.700/troy ons.
"Katalis yang bisa membawa emas ke US$ 2.000/troy ons adalah sedikit koreksi pasar saham dan berlanjutnya penurunan yield Treasury. Kami melihat emas lebih mungkin mendekati resisten US$ 2.000 ketimbang di bawah US$ 1.700 di semester II tahun ini," katanya.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Investor Sebaiknya Wait and See