
Di Balik Bukalapak-GoTo-Shopee: Diam-diam Singapura Penguasa!

Kabar yang sempar menggemparkan dunia startup Indonesia, dan Asia Tenggara, barangkali mergernya dua raksasa startup RI yakni Gojek dan ecommce Tokopedia.
Isu merger yang sudah lama berembus akhirnya resmi terjadi pada pertengahan Mei tahun ini, di mana dua raksasa teknologi yang ekosistemnya diklaim mencapai 2% PDB Indonesia, Gojek dan Tokopedia, resmi bergabung dalam Grup GoTo.
Sama dengan Bukalapak, konglomerasi teknologi ini juga tidak lepas dari aliran dana investasi dari pemerintah Singapura. Jika Bukalapak dan Bank Jago disokong GIC, GoTo punya Temasek yang menjadi salah satu pendananya.
Terakhir kali, Temasek Holdings dan Google dikabarkan telah sepakat untuk menyuntikkan dana ke Tokopedia senilai US$ 350 juta atau setara Rp 5,13 triliun (asumsi Rp 14.630/US$). Informasi ini beredar pada Oktober 2020 lalu.
Kabarnya suntikan dana ini akan digunakan untuk ekspansi usaha setelah Covid-19. Suntikan dana ini juga menunjukkan kepercayaan investor kepada e-commerce terbesar Tanah Air ini yang mengalami lonjakan belanja online selama pandemi.
Sementara itu, Temasek dan Google juga menjadi investor di Gojek, startup ride hailing berstatus decacorn (startup dengan valuasi di atas US$ 10 miliar).
Temasek berkali-kali disebut sebagai pemegang saham terbesar di Gojek. Reuters pada Januari 2018 menyebut Temasek kembali menyuntikkan modal ke Gojek.
Temasek menggunakan beberapa sayap investasi yang tercatat sebagai pemegang saham Gojek, yakni Gamvest Pte Ltd dan Anderson Investment Pte Ltd.
Selanjutnya jejak investasi lain Temasek di pasar digital RI dapat dilihat dari pendanaan yang dilakukan kepada perusahaan super app Grab.
Meskipun bukan perusahaan asli asal Indonesia melainkan dari Singapura, sebagian besar bisnis Grab dilaksanakan di dalam negeri dan memanfaatkan pasar digital RI. Hal ini terlihat dari kehadiran Grab di seluruh kota besar Indonesia.
Selain investasi langsung dari pemerintah Singapura, perusahaan swasta Singapura juga ikut meramaikan perang di pasar digital.
Selain Grab yang telah disebutkan di atas, terdapat satu lagi raksasa yang siap mengambil porsi besar bisnis teknologi ini. Perusahaan tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah Sea Limited (Sea Group), perusahaan induk e-commerce Shopee yang sahamnya tercatat di Bursa New York Stock Exchange (NYSE).
Artinya jika diperhatikan secara mendetail, jejak investasi Singapura baik itu oleh pemerintah atau swasta hadir secara dominan pada tiga e-commerce terbesar yang beroperasi di Indonesia, Shopee, Tokopedia dan Bukalapak.
Selain bisnis e-commerce, Sea Group kini juga fokus mengembangkan bank digital milik mereka yang dinamai Sea Bank. Awal mula pendirian bank ini adalah ketika Sea Ltd resmi mencaplok PT Bank Kesejahteraan Ekonomi atau dikenal dengan Bank BKE dan mengubahnya menjadi bank digital pada 10 Februari 2021.
Aksi korporasi ini dilakukan semakin gencar dilakukan oleh Sea Group setelah pada awal Desember 2020, grup bisnis yang berbasis di Singapura ini baru saja mendapatkan lisensi perbankan digital secara penuh oleh otoritas moneter Singapura, bersama dengan konsorsium Grab-Singtel.
Selain e-commerce dan perbankan, Sea Group juga meramaikan pasar digital RI melalui perusahaan game milik mereka, Garena.
Indonesia bisa saja merupakan negara yang memiliki pasar digital terbesar di Asia Tenggara dengan potensi pertumbuhan yang juga luar biasa.
Akan tetapi negeri mini di seberang lautan dengan penduduk kurang dari 10 juta mampu mengusai pangsa pasar bisnis digital dan teknologi dalam jumlah yang signifikan dan siap menambah kepemilikan demi memperkokoh jejak investasi dan mengklaim diri sebagai penguasa pasar digital RI.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
