Rupiah Bakal Makin Mantap! Dipengaruhi Aksi 'Buang Dolar AS'
Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah sentimen aksi 'buang dolar AS' dan pengumuman pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia, pergerakan kurs rupiah yang terus menguat atas dolar AS dalam 6 hari terakhir akhirnya terhenti, kendati masih berada pada level penguatan yang cukup kuat.
Pada perdagangan Kamis kemarin (5/8), mata uang Garuda akhirnya melemah melawan dolar AS, padahal ada kabar bagus dari dalam negeri. Indonesia resmi lepas dari resesi di kuartal II-2021.
Melansir data dari Refinitiv, rupiah membuka perdagangan pada Kamis pagi dengan stagnan di Rp 14.310/US$, setelahnya rupiah terdepresiasi hingga 0,31% ke Rp 14.355/US$. Di akhir perdagangan Kamis sore, rupiah berada di Rp 14.340/US$, melemah 0,21% di pasar spot.
Sebelumnya, dalam 3 hari terakhir perdagangan pekan ini, rupiah sudah menguat lebih dari 1%, sehingga memicu aksi ambil untung (profit taking), sehingga rupiah pun melemah meski Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekonomi Indonesia tumbuh lebih tinggi dari prediksi.
Pada kuartal II-2021, output ekonomi yang diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh 7,07% dibandingkan kuartal II-2020 (year-on-year/yoy). Lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar.
Ini merupakan pertumbuhan PDB pertama setelah mengalami kontraksi selama 4 kuartal beruntun, artinya Indonesia sah keluar dari resesi.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan PDB akan tumbuh 6,505% yoy. Sedangkan konsensus pasar versi Reuters menghasilkan proyeksi pertumbuhan ekonomi 6,57% yoy pada April-Juni 2021.
Margo Yuwono, Kepala BPS, menyebut ada dua faktor utama yang membuat ekonomi Indonesia tumbuh tinggi. Pertama adalah basis yang rendah (low-base effect).
Pada kuartal II-2020 yang menjadi perbandingan, PDB Indonesia mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) lebih dari 5% yoy karena pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Jadi kalau ada perbaikan sedikit saja pasti ada pertumbuhan yang tinggi.
Kedua, memang ada perbaikan dari berbagai aktivitas ekonomi. Ekspor pada kuartal II-2021 tumbuh 55,89% yoy seiring kenaikan permintaan dari negara-negara mitra dagang Indonesia.
"Begitu juga impor yang pada triwulan II tumbuh 50,21% yoy. Impor bahan baku/penolong tumbuh tinggi, menunjukkan ekonomi domestik mengalami perbaikan," lanjut Margo, dalam konferensi persnya.
Konsumsi rumah tangga, tambah Margo, juga membaik. Ini terlihat dari peningkatan penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 dan Pajak Pertambahan Nilai-Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN-PPnBM). Ini menunjukkan pendapatan dan konsumsi masyarakat tumbuh.
"PPh Pasal 21 tumbuh 21,5% dan PPnPB tumbuh 8%. Ini menjadi indikasi peningkatan pendapatan dan belanja masyarakat," demikian Margo.
NEXT: Tren Transaksi LCS dan 'Buang Dolar AS'
(tas/tas)