RI Tinggalkan Dolar AS, Emang Mata Uang Lain Lebih Baik?

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
09 August 2021 12:45
U.S. dollar and Euro banknotes are seen in this picture illustration taken May 3, 2018. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration
Foto: REUTERS/Dado Ruvic/Illustration

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) memperkenalkan mata uang lokal atau Local Currency Settlement (LCS) framework yang menjadi cara Indonesia untuk lepas ketergantungan dari dolar Amerika Serikat (AS) dalam transaksi internasional dan investasi.

Namun pertanyaannya, apakah ini berarti penggunaan mata uang lainnya menjadi lebih baik?

Direktur Eksekutif, Kepala Departemen Internasional BI Doddy Zulverdi menegaskan pada prinsipnya apapun mata uang yang digunakan, selalu ada risiko nilai tukar.

"Intinya semua transaksi apakah itu dengan mata uang dolar atau apapun tentu ada risiko termasuk nilai tukar. Bukan kemudian kita biasanya menggunakan dolar sekarang menggunakan ringgit atau yen otomatis risiko kemudian hilang. Tentu saja tidak," ungkap Doddy Zulverdi saat berbincang dengan CNBC Indonesia, akhir pekan lalu.

Namun risiko yang ada lebih tersebar, sehingga ketika ada gejolak di satu mata uang, ekonomi Indonesia tidak sepenuhnya terpengaruh.

"Kemudian lebih terdistribusi saja kalau sebelumnya terekspos dengan dolar, tapi sekarang harapannya jika kita bertransaksi dengan negara yang menggunakan uang dolar risiko bisa berkurang," paparnya.

BI juga memitigasi risiko melalui instrumen lindung nilai. Menurut Doddy hal ini mampu mengurangi kekhawatiran kalangan dunia usaha.

"Risikonya kita juga mitigasi dengan instrumen lindung nilai. Salah satu bentuk penguatan di sini adalah instrumennya untuk mitigasi risiko. Pasti ada risiko, ini merupakan bagian kita membagi risiko," terangnya.

LCS framework adalah penyelesaian transaksi perdagangan antara dua negara yang dilakukan dalam mata uang masing-masing negara di mana setelmen transaksinya dilakukan di dalam yuridiksi wilayah negara masing-masing.

Kesepakatan sudah dicapai dengan beberapa negara, di antaranya Malaysia, Thailand dan Jepang. Sementara dengan China sudah masuk dalam penyelesaian teknis sehingga diharapkan bisa terealisasi pada bulan ini. BI juga melakukan penjajakan ke India, Filipina dan Korea Selatan.

"Memang kita dalam memproses memperluas terutama dengan negara yang emang kita punya hubungan perdagangan dan investasi yang luas," pungkasnya.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kompak! Bareng RI, Ini Negara-negara yang Siap Lepas Dolar AS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular