IHSG Turun 0,52% Minggu Ini, Tapi Masih Juara 2 Asia Lho!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
31 July 2021 06:52
Meningkatnya kasus Covid-19 di Jakarta membuat pelayanan sistem Drive thru banyak dilakukan oleh sebagian farmasi di Jakarta. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Meningkatnya kasus Covid-19 di Jakarta membuat pelayanan sistem Drive thru banyak dilakukan oleh sebagian farmasi di Jakarta. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Pada minggu ini, pasar keuangan dunia dihantui oleh pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang kembai mengganas. Asia kembali menjadi sorotan karena menjadi lonjakan kasus yang signifikan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat jumlah pasien positif corona di wilayah Asia Selatan dan Timur per 30 Juli 2021 adalah 38.145.433 orang. Bertambah 124.250 orang dari hari sebelumnya.

Dalam sepekan terakhir, rata-rata pasien positif bertambah 119.672 orang per hari. Lebih tinggi dibandingkan rerata seminggu sebelumnya yakni 111.530 orang setiap harinya.

corona

Kehadiran virus corona varian delta yang lebih menular dari sebelumnya membuat angka kasus positif melonjak di berbagai negara. Akibatnya, sejumlah negara Asia kembali mengetatkan aktivitas dan mobilitas masyarakat.

Kemarin, Presiden Filipina Rodrigo Duterte menyetujui rencana karantina wilayah (lockdown) di wilayah Manila dan sekitarnya. Kebijakan ini akan berlaku pada 6-20 Agustus 2021.

"Ini adalah keputusan yang sangat menyakitkan. Namun terpaksa harus ditempuh untuk kebaikan semua orang," kata Harry Roque, Juru Bicara Presiden Filipina, seperti dikutip dari Reuters.

Dibayangi oleh pengetatan mobilitas masyarakat, prospek ekonomi pun menjadi samar-samar. Pemerintah Thailand merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi 2021 dari 2,3% menjadi 1,3%.

"Kami sudah mengrangi proyeksi cukup dalam. Namun setidaknya belum sampai negatif," ujar Kulaya Tantitemit, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Thailand, sebagaimana diwartakan Reuters.

Indonesia sebelumnya telah melakukan hal serupa dengan Thailand. Bank Indonesia (BI) menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi 2021 dari 4,1-5,1% menjadi 3,5-4,3%.

"Pada triwulan III 2021, pertumbuhan ekonomi diprakirakan akan lebih rendah sehubungan dengan kebijakan pembatasan mobilitas yang harus ditempuh oleh pemerintah untuk mengatasi peningkatan penyebaran varian delta Covid-19. Penurunan pertumbuhan terutama terjadi pada konsumsi rumah tangga karena terbatasnya mobilitas, di tengah peningkatan stimulus bantuan sosial oleh pemerintah, dan tetap kuatnya kinerja ekspor," kata Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam jumpa pers usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode Juli 2021.

Perkembangan ini membuat investor ragu untuk menanamkan modal di pasar keuangan Asia. Hasilnya, bursa saham Benua Kuning 'karam' pekan ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular