Moody's: Musim Yield Tinggi Obligasi Berakhir, Ekonomi Pulih?

Tim Riset, CNBC Indonesia
30 July 2021 16:50
FILE - This August 2010 file photo shows a sign for Moody's Corp. in New York. Moody's is expected to report financial earnings Friday, Oct. 21, 2016. (AP Photo/Mark Lennihan, File)
Foto: Moody's (AP Photo/Mark Lennihan, File)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemulihan ekonomi di Amerika Serikat (AS) dan China serta kebijakan pendukung yang berkelanjutan akan mendorong penurunan tingkat gagal bayar perusahaan non-finansial di kawasan Asia-Pasifik.

Namun, kenaikan kasus infeksi virus corona (Covid-19) yang kembali terjadi dalam beberapa bulan belakangan akibat penyebaran varian Delta dan menyebabkan pemerintah di negara-negara Asia-Pasifik kembali memberlakukan langkah-langkah darurat dapat menunda pemulihan bisnis dan kembali melemahkan likuiditas perusahaan.

Lembaga pemeringkat international, Moody's Investors Service memprediksi dalam laporan riset barunya bahwa tingkat gagal bayar (default) perusahaan non-finansial periode 12 bulan, dengan imbal hasil (yield) tinggi di Asia-Pasifik akan turun menjadi 3,6% pada akhir 2021, dari sebelumnya sebesar 7,4% pada akhir 2020.

"Perkiraan tingkat default yang lebih rendah menggabungkan harapan kami untuk melanjutkan rebound ekonomi di AS dan China, dibantu oleh kebijakan fiskal dan moneter yang mendukung dan mempercepat peluncuran vaksin," kata Clara Lau, Wakil Presiden Senior Moody's dan Group Credit Officer, dikutip CNBC Indonesia Jumat (30/7/2021).

Namun, Lau mengatakan bahwa kecepatan dan kekuatan pemulihan ekonomi akan beragam di kawasan Asia-Pasifik, tergantung pada tingkat vaksinasinya dan kebijakan pemerintah terkait untuk menahan lonjakan infeksi.

"Pembatasan terbaru di negara-negara yang mengalami kebangkitan infeksi akan menghambat aktivitas bisnis dan pemulihan pendapatan perusahaan, yang dapat menekan likuiditas perusahaan yang lebih lemah." tambah Lau.

Kebijakan yang mendukung dalam waktu dekat akan menjaga biaya pinjaman tetap rendah, dengan syarat bank sentral tetap mempertahankan suku bunga kebijakan yang rendah, pembelian aset dan program pinjaman sebelum mencapai target pekerjaan dan inflasi penuh.

Sementara pemerintah China telah menjadi lebih selektif dalam memberikan dukungan kepada badan usaha milik negara (BUMN) yang tertekan, likuiditas pasar akan tetap mencukupi dan sebagian besar emiten yang dinilai Moody's akan mempertahankan akses ke pasar pendanaan, meskipun yang lebih lemah secara finansial akan menghadapi ketidakpastian refinancing yang lebih besar.

Ada satu default yang dinilai pada kuartal kedua tahun ini, sehingga jumlah total default yang dinilai untuk semester I tahun 2021 menjadi empat dan tingkat default periode 12 bulan untuk perusahaan non-finansial dengan yield tinggi Asia-Pasifik menjadi 5,7% pada akhir Juni 2021.


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Volatilitas dan Yield SBN AS Meninggi, Dow Futures Tertekan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular