Kapitalisasi Pasar Rp 100 T

Waduh! Market Cap Chandra Asri Anjlok, Disalip EMTK

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
26 July 2021 12:10
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Pada pekan lalu, sentimen yang hadir di pasar keuangan dalam negeri masih berkutat dengan pandemi virus corona (Covid-19).

Walaupun kasus positif Covid-19 di Indonesia mulai menurun, namun hal ini masih perlu dicermati oleh pelaku pasar, karena angka kematian masih mencatatkan penambahan.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI di Jakarta, Minggu (25/7/2021), kasus Covid-19 dilaporkan sebanyak 38.679 orang, turun jauh dari kasus pada Kamis (22/7/2021).

Sayangnya, kasus kematian juga masih terus bertambah, dengan tambahan 1.266 menjadi 83.279 kasus kematian per Minggu kemarin.

Informasi saja, pada Kamis lalu, penambahan infeksi harian menembus 49.509 kasus yang membuat kasus Covid-19 secara kumulatif mencapai 3 juta.

Tak hanya tambahan kasus yang lagi-lagi melonjak, tambahan kasus kematian juga juga terus merangkak naik. Dalam sehari, ada 1.449 kematian, sehingga saat ini totalnya mencapai 79.032 kasus.

Kenaikan kasus ini juga membuat Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menyatakan kekhawatirannya.

Lembaga dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu mendesak RI menerapkan penguncian yang lebih ketat dan luas untuk memerangi lonjakan infeksi dan kematian Covid-19.

WHO memperlihatkan bagaimana kasus di Indonesia menghadapi tingkat penularan yang sangat tinggi dari 12 hingga 18 Juli 2021. Ini tertulis secara jelas dalam laporan terbaru WHO yang rilis 21 Juli.

"Ini menunjukkan pentingnya penerapan kesehatan masyarakat dan langkah-langkah sosial ketat, termasuk pergerakan, di seluruh negeri," ujar WHO dalam laporan tersebut.

WHO tidak hanya memberikan himbauan namun juga data-data terbaru soal perkembangan corona di Indonesia. WHO menyertakan beberapa data peningkatan di beberapa provinsi, termasuk juga mengenai penyebaran varian Delta yang semakin mengkhawatirkan.

"Selama 12 hingga 18 Juli, 32 dari 34 provinsi melaporkan peningkatan jumlah kasus sementara 17 di antaranya mengalami peningkatan yang mengkhawatirkan yakni sebesar 50%," bunyi laporan itu lagi.

Namun yang menjadi alasan IHSG mampu bertahan adalah karena sentimen positif dari Amerika Serikat (AS), di mana bursa saham Wall Street mencatatkan kenaikan dalam empat hari beruntun atau hampir sepekan.

Dalam sepekan terakhir, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) sudah melesat 1,08%, S&P 500 melonjak 1,96%, dan Nasdaq terbang 2,84%.

Rilis kinerja keuangan emiten Wall Street sejauh ini mendorong penguatan pasar. Seperempat kostituen indeks S&P 500 yang telah merilis kinerja keuangannya menunjukkan pertumbuhan laba bersih sebesar 76%. Menurut data Refinitiv, itu merupakan catatan terbaik sejak 2009.

Di sisi lain, margin laba bersih terus menguat jelang kenaikan inflasi. Menurut S&P Global, rata-rata margin laba bersih mereka mencapai 12,8%, atau di atas rata-rata historisnya.

Sementara itu, kenaikan Wall Street, terutama untuk indeks Nasdaq yang cerah bergairah pada pekan ini didorong oleh penurunan imbal hasil (yield) surat utang pemerintah AS (Treasury) sepanjang pekan ini.

Dalam sepekan terakhir, yield Treasury sudah menurun sebesar 1,9 basis poin (bp) dan saat ini berada di level 1,281%. Bahkan, yield Treasury sempat anjlok ke level 1,13%.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular