
BI Tahan Suku Bunga, Kurs JISDOR Rupiah di Atas Rp 14.500/US$

Jakarta, CNBC Indonesia - Membaiknya sentimen pelaku pasar membuat rupiah perkasa melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (20/7/2021).
Selain itu, demi menjaga stabilitas rupiah, Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuannya saat mengumumkan kebijakan moneter siang tadi.
Di pasar spot, rupiah menguat 0,41% ke Rp 14.480/US$. Sementara di kurs tengah BI atau Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) penguatan rupiah lebih kecil, 0,32$ di Rp 14.508/US$.
Di kurs JISDOR, rupiah sudah 5 hari berada di atas Rp 14.500/US$.
Membaiknya sentimen pelaku pasar membuat rupiah yang tertekan sejak awal pekan berbalik menguat. Saat sentimen pelaku pasar membaik, maka aliran modal akan masuk ke negara emerging market dengan imbal hasil tinggi seperti Indonesia. Alhasil, rupiah menjadi perkasa.
Di sisi lain, ketika sentimen pelaku pasar membaik aset-aset aman (safe haven) seperti dolar AS menjadi kurang menarik. Pelaku pasar cenderung masuk ke aset-aset berisiko, terbukti bursa saham global menguat sejak Rabu kemarin.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bahkan melesat nyaris 1,8%, dengan investor asing melakukan aksi beli bersih sebesar Rp 720 miliar di pasar reguler.
Di pasar obligasi, aliran modal asing juga kemungkinan besar masuk. Hal tersebut tercermin dari penurunan yield Surat Berharga Negara (SBN). Yield SBN tenor 10 tahun hari ini turun 2 basis poin ke 6,307%, dan sepanjang pekan ini sudah turun 13 basis poin.
Sementara itu, Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 21 dan 22 Juli memutuskan untuk mempertahankan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 3,5%. Suku bunga Deposit Facility dan Lending Facility juga bertahan masing-masing 2,75% dan 4,25%.
Kali terakhir BI menurunkan suku bunga acuan adalah pada Februari 2021. Selepas itu, suku bunga selalu ditahan dengan stabilitas nilai tukar rupiah menjadi alasan utama.
"Keputusan ini sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan sistem keuangan karena ketidakpastian di pasar keuangan global di tengah prakiraan inflasi yang rendah dan upaya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dari dampak Covid-19," kata Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam jumpa pers usai RDG.
Nilai rupiah terdepresiasi 3,39% sejak awal 2021. BI memandang pelemahan masih relatif lebih rendah dari depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lain seperti Filipina, Malaysia, dan Thailand.
"BI terus memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah sesuai fundamental dan mekanisme pasar melalui efektivitas operasi moneter dan ketersediaan likuiditas di pasar," terang Perry.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Kasus Covid-19 Terus Menurun, Rupiah Makin Bertenaga
