Review

Dari World Bank, S&P hingga Fitch, Ini Ramalan Pasar Modal RI

Ferry Sandria, CNBC Indonesia
16 July 2021 06:40
fitch ratings
Foto: Reuters/Reinhard Krause

Di sisi lain, masih ada kabar baik. Sebelum Indonesia menjadi 'pemimpin' dalam daftar penambahan jumlah kasus harian Covid-19 di dunia, posisi tersebut sempat dipegang India.

Apa yang sedang dan akan terjadi di Tanah Air bisa jadi merupakan cerminan tidak langsung dengan apa yang telah terjadi di India mengingat secara bobot ekonomi dan jumlah penduduk juga sama-sama besar.

Dari sisi pasar keuangan, nilai obligasi, mata uang, dan bursa saham India awalnya terpukul ketika wabah mengamuk, tetapi kemudian berbalik rebound setelah kasus infeksi mulai turun.

Penyebaran virus berdampak besar pada aset-aset India, terutama setelah jumlah kasus baru melonjak menjadi hampir 400.000 per hari pada April dari sekitar 50.000 pada akhir Maret.

Rupee adalah mata uang berkinerja terburuk di Asia bulan itu, merosot 1,3%, penurunan tersebut diperburuk dengan kekhawatiran rencana pembelian obligasi bank sentral dapat memperparah kelebihan likuiditas. Indeks acuan Sensex turun sebanyak 4,7% pada bulan April dan mencapai level terendah pada 22 April (intraday).

Pola di Indonesia terlihat agak mirip.

Kasus harian baru naik ke rekor 54.517 pada hari Rabu (14/7), lebih tinggi dari penambahan kasus baru di India, sementara rata-rata pergerakan 7 hari melonjak menjadi 41.521 dari di bawah 6.000 pada akhir Mei.

Sementara dampak pasar sejauh ini masih terpantau sedikit lebih baik daripada di India. Imbal hasil obligasi 10-tahun Indonesia naik 17 basis poin di bulan Juni (yang menandakan harganya turun), sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ikut melemah kendati tidak parah.

"Tantangan terkait pandemi yang sedang berlangsung secara alami akan menghadirkan hambatan bagi aset Indonesia dalam waktu dekat," kata Wellian Wiranto, ekonom OCBC di Singapura, dalam risetnya.

"Namun, pihak berwenang terus menawarkan kepercayaan pasar bahwa secara keseluruhan posisi dari kebijakan makroekonomi yang hati-hati tetap berada pada jalurnya."

Adapun lembaga Fitch Ratings pun mengulas sejumlah sektor di pasar modal yang perlu dicermati investor, terutama otomotif dan ritel yang amat terdampak pandemi.

Ritel dan Otomotif

Fitch Ratings memprediksi pemulihan penjualan kendaraan roda empat di Tanah Air mungkin terhambat oleh pasokan mobil yang rendah dan adanya pandemi. Hambatan tersebut dapat mengganggu efektivitas inisiatif pemerintah untuk meningkatkan penjualan mobil, termasuk perpanjangan diskon Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) baru-baru ini.

Menurut Fitch, kekurangan pasokan chip semikonduktor secara global akhir-akhir ini juga berisiko mengganggu produksi otomotif domestik, dalam arti mengganggu kemampuan pabrikan mobil untuk memenuhi peningkatan permintaan.

"Lonjakan kasus virus corona di Indonesia baru-baru ini dapat menyebabkan pembatasan pergerakan [masyarakat] yang lebih ketat dan pelemahan ekonomi, yang kemungkinan akan meredam sentimen pasar dan mendorong konsumen untuk memangkas pengeluaran," jelas Fitch, Kamis (1/7/2021).

Fitch memperkirakan penjualan kendaraan roda empat domestik sekitar 700.000 unit pada tahun 2021, dari sebelumnya sebanyak 532.407 unit pada tahun 2020.

"Kami memproyeksikan perlambatan pertumbuhan penjualan mobil dalam beberapa bulan mendatang karena [adanya program] penurunan bertahap diskon pajak mobil mewah hingga akhir tahun dan lonjakan baru-baru ini dalam kasus virus corona," kata Fitch.

Di ritel, Fitch menilai PPKM Darurat hingga 20 Juli akan menghambat pemulihan peritel grosir di Tanah Air sepanjang kuartal III tahun ini.

Menurut rilis resmi Fitch pada 4 Juli, analis Fitch memprediksi kerugian tersebut dapat pulih pada kuartal IV 2021 seiring dengan percepatan vaksinasi.

"Pemberlakuan aturan penjarakan sosial yang lebih ketat akan mengurangi pergerakan [masyarakat] secara signifikan karena semua pekerja di sektor yang non-esensial dan non kritikal harus bekerja dari rumah [WFH]," jelas analisis PT Fitch Ratings Indonesia, lewat analis Ilham Kurniawan, dikutip CNBC Indonesia, Senin (5/7).

"Pengurangan pergerakan akan menekan sektor ritel untuk sementara," tulis riset Fitch.

Fitch memperkirakan penjualan ritel nasional melemah di kuartal III 2021 setelah sempat membaik di bulan April dan Mei, mengacu pada data Bank Indonesia, dengan penjualan ritel masing-masing naik 15,6% dan 12,9% secara tahunan (yoy).

"Namun, kami yakin percepatan vaksinasi yang berhasil akan mendukung peningkatan di 4Q21 [kuartal IV 2021] dan berpotensi mengkompensasi kerugian kuartal sebelumnya," terang Fitch.

Kabar baiknya, di tengah ramalan dua sektor ini, pelaku pasar modal dalam negeri tengah menantikan pelepasan saham perdana (initial public offering/IPO) senilai Rp 22 triliun dari PT Bukalapak.com Tbk (BUKA).

Tak hanya BUKA, raksasa teknologi unicorn seperti GoTo, PT Global JET Express (J&T Express), PT Tinusa Travelindo (Traveloka) juga berpotensi mencatatkan sahamnya di BEI dan memberi angin segar bagi bursa saham nasional.

Sejauh ini, menurut data BEI, hingga penutupan perdagangan Kamis (15/7), IHSG masih kembali ke level 6.000 dengan penguatan year to date sejak Januari sebesar 1,13% dan net buy (beli bersih) asing mencapai Rp 14,47 triliun di semua pasar, sejak Januari hingga Kamis (15/7).

TIM RISET CNBC INDONESIA

(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular