Review

Dari World Bank, S&P hingga Fitch, Ini Ramalan Pasar Modal RI

Ferry Sandria, CNBC Indonesia
16 July 2021 06:40
Bursa efek Indonesia
Foto: Reuters/Reinhard Krause

Lemahnya ekonomi Indonesia tampak dari data BPS yang mencatat per Maret 2021 jumlah penduduk miskin adalah 27,54 juta orang, bertambah 1,12 juta orang dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Semakin parahnya pandemi yang terjadi di Indonesia ikut memaksa Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Bank Indonesia (BI) merevisi target pertumbuhan ekonomi nasional.

Sri Mulyani merevisi target pertumbuhan ekonomi sepanjang 2021 menjadi di kisaran 3,7% hingga 4,5% dari proyeksi semula yang berada di kisaran 4,3% hingga 5,3% dengan PPKM Darurat menjadi penyebab utama yang memicu perlambatan ekonomi.

Sementara Gubernur BI Perry Warjiyo memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh sekitar 3,8%, angka ini lebih rendah dari proyeksi BI sebelumnya pada kisaran 4,1% hingga 5,1%.

Selain dari dalam negeri koreksi akan pertumbuhan ekonomi juga datang dari Fitch Solution yang mengatakan prospek pertumbuhan Indonesia telah direvisi menjadi 4,4% pada tahun 2021, turun dari perkiraan sebelumnya 5,1%, mengingat wabah Covid-19 terbaru dan dampak negatifnya terhadap permintaan domestik.

"Mengingat peluncuran vaksin Indonesia yang lambat, kami berharap pemulihan akan tetap rentan terhadap guncangan Covid-19 selama sisa tahun 2021," tulis Fitch dalam risetnya.

Data Fitch Ratings 2021Foto: Data Fitch Ratings 2021
Data Fitch Ratings 2021

Pada April lalu, lembaga pemeringkat global yang berbasis di New York AS, Standard and Poor's (S&P) juga masih mempertahankan prospek atau outlook "Negatif" atas Indonesia dengan rating BBB pada 22 April 2021.

S&P sempat mengubah outlook dari "Stabil" menjadi "Negatif" pada 17 April 2020 dan kini mempertahankannya. Adapun rating utang Indonesia di level BBB pertama kali dinaikkan dari sebelumnya BBB- pada 31 Mei 2019.

Saat itu S&P juga meningkatkan rating utang sovereign jangka pendek dari 'A-2' ke 'A-3'.

Alasannya, anak usaha McGraw-Hill yang tercatat di Bursa New York (New York Stock Exchange) ini menilai peringkat RI dipertahankan di level BBB karena prospek pertumbuhan ekonomi yang kuat dan rekam jejak kebijakan yang berhati-hati yang tetap ditempuh otoritas.

S&P memperkirakan perbaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terakselerasi pada 2022 seiring percepatan program vaksinasi dan normalisasi aktivitas ekonomi secara bertahap, kendati ada potensi tekanan.

"Outlook negatif tersebut mencerminkan perkiraan kami bahwa Indonesia akan menghadapi tantangan dari sisi fiskal dan eksternal terkait pandemi virus corona dalam tempo 24 bulan mendatang," sebut keterangan tertulis S&P.

Sebelumnya Fitch Ratings juga mengeluarkan afirmasi Indonesia tetap di peringkat BBB dengan outlook "Stabil". Sementara Moody's Investor Services juga tetap memberikan rating Ba2 dengan outlook "Stabil".

NEXT: Apa Pola Pasar Saham India Bakal Sama dengan RI?

(tas/tas)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular