
Terlilit Utang Rp 1 T, Emiten Leasing IBFN Cari Investor Baru

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten leasing alat berat, PT Intan Baruprana Finance Tbk (IBFN) berencana mengajukan restrukturisasi kepada kreditor guna pemenuhan rasio terkait dengan permodalan.
Strateginya melalui aksi korporasi, baik itu melalui Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) atau private placement maupun dengan HMETD (rights issue). Hal ini disampaikan manajemen IBFN dalam materi public expose insidentil perusahaan pada akhir Juni lalu.
Modal tambahan tersebut dapat digunakan untuk merestrukturisasi utang perusahaan yang menurut laporan keuangan kuartal I 2021 memiliki liabilitas yang mencapai Rp 1,20 triliun dan mengalami defisiensi modal.
Meskipun begitu hingga saat ini perusahaan belum bisa menyebutkan nama-nama calon investor, sebagaimana disampaikan dalam laporan hasil paparan publik insidentil terbaru dari induk usahanya, PT Intraco Penta Tbk (INTA), yang juga dihadiri Direktur Keuangan IBFN Alexander Reyza, akhir Juni lalu (30/6).
"Saat ini kami belum bisa membuka nama-nama calon investor yang sedang menjajaki kerja sama dengan IBFN, karena kami terikat pada perjanjian kerahasiaan dalam masa penjajakan dengan para calon investor tersebut. Jika telah ada dokumen atau kesepakatan final yang tercapai maka akan kami sampaikan di kemudian hari," ujar pihak manajemen.
Manajemen juga menjelaskan terkait strategi lainnya untuk memperkuat lini bisnis pembiayaan di IBFN, perusahaan telah melaksanakan diskusi intensif bilateral dengan beberapa pihak.
"Kami melakukan diskusi intensif bilateral antara Perseroan dengan Kreditur untuk pengajuan restrukturisasi dan mengajukan relaksasi kepada OJK terkait pemenuhan rasio Permodalan dan MSMD (modal sendiri-modal disetor)." tambah pihak manajemen.
Selain itu guna menjaga agar perusahaan dapat sehat, manajemen mengatakan sangat berhati-hati dalam merencanakan capex (belanja modal) dan melakukan efisiensi opex, dengan capex akan difokuskan ke peremajaan alat berat yang disewakan ke costumer yang sumber pendanaannya berasal dari kas internal.
Pihak manajemen IBFN memproyeksikan bahwa tahun ini perusahaan masih akan mengalami kerugian, meskipun demikian kerugian diperkirakan akan turun signifikan dari tahun lalu dan menargetkan penjualan dapat tumbuh 10-15% dibandingkan dengan tahun 2020.
Utang perusahaan
Apabila menilik laporan keuangan kuartal I 2021, IBFN memiliki total liabilitas sebesar Rp 1,95 triliun dengan total aset hanya senilai Rp 870,04 miliar, sehingga perusahaan mengalami defisiensi modal.
Ekuitas perusahaan per akhir Maret 2021 tercatat negatif Rp 325,68 miliar.
Adapun kontribusi utang bank menjadi penyumbang terbesar liabilitas perusahaan, yakni Rp 654,73 miliar. Kemudian, medium term notes (MTN) di posisi kedua dengan nilai Rp 307,04 miliar.
Utang bank IBFN memiliki dua jenis, yakni konvensional dan syariah. Untuk utang dari bank konvensional, Indonesia Eximbank menjadi kreditor terbesar yakni Rp 141,72 miliar bersama dengan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang sebesar Rp 130,73 miliar.
Adapun bank syariah yang menjadi kreditor terbesar ialah PT Bank Muamalat Indonesia Tbk yakni Rp 224,88 miliar.
Sementara, bagian utang yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun senilai Rp 30,55 miliar dan utang jangka panjang senilai Rp 624,18 miliar.
Menurut keterangan di laporan keuangan perusahaan, pada 27 Januari 2014, perusahaan menerbitkan MTN I sebesar Rp 300 miliar dengan tingkat bunga 11% per tahun dan berjangka waktu 36 bulan dari tanggal penerbitan, jatuh tempo 27 Januari 2017, dengan PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA), pihak ketiga, sebagai agen pemantau.
Namun, pada tahun 2017, MTN perusahaan telah lewat jatuh tempo.
Pada tanggal 1 Agustus 2017, BNI dan IBFN menandatangani perjanjian penyelesaian MTN untuk melakukan penyelesaian kewajiban MTN dengan total nilai Rp 348,14 miliar.
IBFN merupakan emiten yang bergerak di bidang sewa guna usaha (leasing) dan pembiayaan konsumen yang tergabung dalam kelompok usaha Intraco Penta.
INTA adalah perusahaan bergerak dalam bidang perdagangan dan penyewaan alat berat dan suku cadang yang juga menguasai 55,07% saham IBFN dan merupakan pengendali.
Data BEI mencatat, tak ada perdagangan saham IBFN. Harga terakhir diperdagangkan di Rp 161/saham dengan kapitalisasi pasar Rp 244 miliar. Sementara saham INTA juga sama, tak aktif diperdagangkan. Harga terakhir Rp 158/saham dengan kapitalisasi pasar Rp 528 miliar.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ngos-Ngosan Utang Gede, Emiten Leasing Ini Cari Investor Baru
