Kapitalisasi Pasar Rp 100 T

Diam-diam Bank Jago Pepet Astra, Market Cap BCA-BRI Merosot!

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
12 July 2021 13:10
Virus Outbreak
Foto: Dok: Bank Jago

Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang kembali mengganas di Indonesia membuat investor memburu saham-saham emiten kesehatan.

Per Jumat (9/7/2021), jumlah pasien positif Covid-19 mencapai 2.455.912 orang. Bertambah 38.124 orang dari hari sebelumnya.

Sepanjang pekan lalu, jumlah pasien positif bertambah 226.974 orang. Ini adalah rekor penambahan kasus mingguan sejak pasien pertama diumumkan pada 1 Maret 2020.

Rumah sakit semakin penuh, bebannya meningkat sehingga terlalu berat. Ini tercermin dari jumlah kasus aktif yang terus meningkat. Kasus aktif adalah jumlah pasien yang masih dalam perawatan, salah satunya di rumah sakit.

Per 9 Juli 2021, angka kasus aktif corona di Indonesia adalah 367.733 orang. Bertambah 8.278 orang dari hari sebelumnya.

Tingginya permintaan terhadap layanan rumah sakit membuat investor merasa emiten seperti PT Bundamedik Tbk (BMHS) yang baru listing pekan lalu punya peluang untuk mencetak laba tinggi. Persepsi ini membuat pelaku pasar memborong saham Bundamedik sampai terbentur auto rejection batas atas (ARA) berhari-hari.

Selain itu, tingginya kasus Covid-19 membuat masyarakat berbondong-bondong melakukan tes supaya hati lebih tenang ketika berinteraksi dengan orang lain. Jumlah tes Covid-19 naik pesat ke angka lebih dari 100.000 per hari.

Akibat tes yang semakin banyak, maka semakin banyak pula kasus yang ditemukan. Kasus positif yang selama ini terpendam jadi terungkap terang-benderang setelah diuji.

Tingginya permintaan akan tes Covid-19 membuat emiten laboratorium kesehatan seperti PT Prodia Widyahusada (PRDA) berpotensi mencetak laba tinggi. Harapan cuan ini yang membuat investor tertarik dan masuk ke saham Prodia.

Sementara itu dari Amerika Serikat (AS), bank sentral (Federal Reserve/The Fed) berkomitmen untuk terus melanjutkan kebijakan moneter ultra-longgar. Kebijakan ini akan berlangsung sampai terdapat tanda yang jelas bahwa perekonomian Negeri Paman Sam sudah pulih betul dari dampak pandemi Covid-19.

Dalam notula rapat (minutes of meeting) The Fed edisi Juni 2021, terungkap bahwa para peserta rapat sepakat bahwa ekonomi Negeri Paman Sam belum pulih betul dari dampak pagebluk virus corona.

Jika sudah ada tanda-tanda yang jelas bahwa laju inflasi terakselerasi secara konsisten, maka The Fed akan baru akan bertindak.

"Para peserta rapat merasa bahwa pandemi masih membawa ketidakpastian. Oleh karena itu, dibutuhkan kesabaran untuk mengubah kebijakan. Namun memang sebagian besar peserta rapat menilai sudah ada risiko inflasi yang mengarah ke atas sehingga The Fed perlu bersiap untuk melakukan tindakan jika risiko itu terwujud," tulis notula itu.

"Secara umum, para peserta rapat sepakat bahwa pengurangan pembelian aset (quantitative easing), jika sudah diperlukan, membutuhkan perencanaan yang matang. Salah satunya adalah ketika target-target yang dicanangkan Komite sudah tercapai."

The Fed yang sepertinya kurang hawkish membuat laju penguatan dolar AS tertahan. Tanpa sentimen pengetatan kebijakan (tapering off) berarti suku bunga tetap akan rendah sehingga imbalan berinvestasi di instrumen berbasis dolar AS menjadi kurang menarik.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular