Allo Bank Milik CT Mau Tambah Modal Rp 7,5 T, Saham ARA Lagi!

tahir saleh, CNBC Indonesia
06 July 2021 07:05
soft launching CNBC Indonesia yang bertajuk Embracing Digital Challenges di Ballroom Hotel Raflles, Jakarta Selatan, Kamis (8/2/2018).
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank milik Mega Corpora yang dikendalikan pengusaha nasional Chairul Tanjung, PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) atau sebelumnya bernama PT Bank Harda Internasional Tbk akan mendapatkan tambahan modal segar mencapai Rp 7,498 triliun.

Direktur Allo Bank, Arief Tendeas dan Sekretaris Perusahaan Allo Bank, Kemal Suteja Sindi mengatakan penambahan modal ini dilakukan lewat mekanisme Penambahan Modal dengan menerbitkan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) atau rights issue.

Perusahaan sudah memperoleh pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk melakukan rights issue ini dengan surat OJK No.S-104/D.04/2021 tertanggal 30 Juni 2021 Perihal Pemberitahuan Efektifnya Pernyataan Pendaftaran.

"[Aksi ini] akan meningkatkan permodalan perseroan sekitar Rp 7,498 triliun," tulis keduanya, dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Selasa (6/7).

Dana rights issue akan digunakan untuk pemenuhan modal inti minimum bank yang akan memberikan kemampuan Allo Bank untuk mengembangkan kegiatan usaha dalam bidang kredit dengan inovasi teknologi yang yang dikenal sebagai digital bank.

Rights Issue II BBHI, 1 Juli 2021Foto: Rights Issue II BBHI, 1 Juli 2021
Rights Issue II BBHI, 1 Juli 2021

Terkait dengan rights issue ini, menurut propektusnya, perseroan akan menerbitkan sebanyak 7.498.501.776 saham biasa atau sebesar 64,18% dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah PUT II dengan nilai nominal Rp 100 setiap saham dengan harga pelaksanaan Rp 100.

Dengan demikian, jumlah dana yang akan diterima Bank Harda dalam PMHMETD ini sebesar Rp 749.850.177.600 atau hampir Rp 750 miliar.

Setiap pemegang 125 saham yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham (DPS) perseroan pada penutupan perdagangan saham perseroan di Bursa Efek Indonesia pada 12 Juli 2021 berhak atas 224 HMETD, di mana setiap 1 HMETD memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli 1 saham baru yang harus dibayar penuh pada saat mengajukan pemesanan pelaksanaan HMETD.

HMETD ini diperdagangkan di BEI dan dilaksanakan selama 5 hari kerja mulai 14 Juli 2021 sampai dengan 21 Juli 2021.

Sesuai dengan pernyataan pada 11 Mei 2021, PT Mega Corpora selaku pemegang saham dengan kepemilikan 90,00% akan mengambil bagian seluruh HMETD yang menjadi haknya.

Apabila saham-saham yang ditawarkan dalam PUT II tersebut tidak seluruhnya diambil bagian oleh pemegang HMETD, maka sisanya akan alokasikan kepada para pemegang saham lainnya yang melakukan pemesanan lebih dari haknya.

Bilamana masih terdapat sisa saham dalam PMHMETD maka Mega Corpora akan mengambil bagian seluruh sisa saham tersebut.

Para pemegang saham yang tidak mengambil bagian atas HMETD yang menjadi haknya akan terkena dilusi kepemilikan sebesar 64,18% dari persentase kepemilikannya sebelum PMHMETD.

Saat ini jumlah saham yang tidak dicatatkan di BEI adalah saham milik Mega Corpora dengan jumlah sebesar 1% dari total modal ditempatkan dan disetor penuh yakni sejumlah 41.844.318 saham.

Aryanto Halawa, Finance, Planning dan Control Division Head Allo Bank, menjelaskan dari sisi timeline rights issue.

Tanggal Daftar Pemegang Saham (DPS) yang berhak atas waktu HMETD yakni 12 Juli 2021, tanggal cum HMETD di Pasar Reguler dan Pasar Negosiasi 8 Juli dan tanggal ex HMETD di Pasar Reguler dan Pasar Negosiasi 9 Juli.

Berikutnya tanggal cum HMETD di Pasar Tunai 12 Juli, tanggal ex HMETD di Pasar Tunai 13 Juli, tanggal distribusi HMETD 13 Juli, dan tanggal pencatatan efek di BEI 14 Juli.

Periode perdagangan HMETD yakni 14 Juli sampai 21 Juli, periode pelaksanaan HMETD 14 Juli, periode penyerahan efek 16 Juli sampai 23 Juli, tanggal akhir pembayaran pesanan efek tambahan 23 Juli, tanggal Penjatahan 26 Juli, dan tanggal pengembalian kelebihan uang pesanan 27 Juli.

Saham Tembus ARA

Praktis, sentimen perubahan nama Bank Harda menjadi Allo Bank yang efektif per 30 Juni menjadi angin segar bagi perdagangan saham BBHI.

Data BEI mencatat, Senin kemarin (5/7), saham Allo Bank Indonesia melesat hingga menyentuh batas atas pada penutupan perdagangan sesi II. Saham BBHI menjadi top gainers setelah melejit dan menyentuh batas auto rejection atas (ARA) 24,86% ke Rp 4.320/saham.

Nilai transaksi BBHI mencapai Rp 141,7 miliar. Dalam sepekan saham ini melesat 44,48%, sementara dalam sebulan 'terbang' 220,00%.

Bukan kali ini saja saham Allo Bank tembus ARA. Pada 24 Juni lalu, saham BBHI meroket 25% alias ARA di level Rp 3.250/saham. Sebelumnya pada 10 Juni, saham Allo Bank juga meroket 25% di Rp 1.935/saham.

Bank Harda memang baru mendapatkan persetujuan dari Kementerian Hukum dan HAM terkait dengan perubahan nama menjadi Allo Bank Indonesia yang berlaku sejak 30 Juni 2021.

Langkah ini dalam rangka rebranding setelah perseroan menjadi bagian dari Kelompok Usaha Bank (KUB) di bawah pengendalian PT Mega Corpora bersama dengan PT Bank Mega Tbk (MEGA) dan PT Bank Mega Syariah yang akan melengkapi jasa perbankan yang ditawarkan oleh kelompok usaha di bawah CT Group.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bersiap! Allo Bank Milik CT Mau Rights Issue 11 Miliar Saham

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular