Analisis Semester II-2021

"Setan" Tapering Mengintai, Rupiah Bakal Tembus Rp 15.000/US$

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
02 July 2021 18:10
Gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve, Jerome Powell  (AP Photo/Steven Senne)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Ketua The Fed, Jerome Powell berulang kali menegaskan inflasi yang tinggi hanya sementara, akibat perekonomian yang kembali dibuka, dengan permintaan yang tinggi tetapi masih belum mampu diimbangi dengan supply.

Selain itu, Powell juga mengatakan tidak akan terburu-buru untuk menaikkan suku bunga.

"Kami tidak akan menaikkan suku bunga hanya karena kekhawatiran kemungkinan percepatan laju inflasi. Kami akan menunggu lebih banyak bukti mengenai inflasi. Percepatan laju inflasi saat ini belum mencerminkan ekonomi secara keseluruhan, tetapi adalah efek langsung dari reopening," jelas Powell.

Powell juga mengomentari Fed Dot Plot yang menunjukkan proyeksi kenaikan suku bunga.

Pada rapat kebijakan moneter bulan Juni, Fed Dot Plot menunjukkan 13 dari 18 anggota melihat suku bunga akan dinaikkan pada tahun 2023. 11 diantaranya memproyeksikan dua kali kenaikan.

Proyeksi kenaikan suku bunga tersebut lebih cepat ketimbang perkiraan yang diberikan bulan Maret lalu, dimana mayoritas melihat suku bunga baru akan dinaikkan pada tahun 2024.

idrFoto: Refinitiv

Selain itu, dalam Fed Dot Plot terbaru, ada 7 anggota yang memproyeksikan suku bunga bisa naik pada tahun 2022.

Powell mensinyalkan kepada pasar agar tidak menganggap Dot Plot tersebut sesuatu yang pasti terjadi.

"Dot Plot bukan alat yang bagus untuk memprediksi kenaikan suku bunga" kata Powell saat konferensi pers pasca pengumuman The Fed.

Namun, dua pejabat teras bank sentral AS (The Fed), Raphael Bostic (Presiden The Fed Atlanta) dan Michelle Bowman (Anggota Dewan Gubernur The Fed), menyatakan tekanan inflasi boleh saja cuma sementara. Namun dampaknya akan terasa dalam waktu lebih lama dari perkiraan sebelumnya.

"Berbagai data terbaru membuat saya memajukan proyeksi (perkiraan kenaikan suku bunga acuan). Saya memperkirakan suku bunga sudah perlu naik pada akhir 2022. Meski temporer, tekanan inflasi akan terjadi dalam waktu yang lebih lama dari perkiraan. Bukan hanya 2-3 bulan tetapi bisa 6-9 bulan," ungkap Bostic, sebagaimana diwartakan Reuters.

"Saya setuju bahwa tekanan inflasi disebabkan oleh keterbatasan pasokan dan peningkatan permintaan akibat pembukaan kembali aktivitas masyarakat (reopening). Jika situasi sudah lebih stabil, lebih seimbang, tekanan ini memang akan berkurang. Namun saya sulit memperkirakan kapan itu terjadi, yang jelas akan memakan waktu," tambah Bowman, juga dikutip dari Reuters.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Virus Corona Jadi Ancaman Lagi

(pap/pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular