Review

Semester I, Cuan Mana Investasi Dolar Singapura vs Australia?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
01 July 2021 18:03
Dollar Australia
Foto: REUTERS/Daniel Munoz

Jakarta, CNBC Indonesia - Paruh pertama tahun ini baru saja berakhir, dunia investasi masih dipengaruhi oleh penyakit virus corona (Covid-19) yang beberapa kali mengalami lonjakan. Khusus di Indonesia, lonjakan kasus Covid-19 terjadi di akhir Januari dan di penghujung semester I-2021.

Kondisi tersebut tentunya tidak menguntungkan bagi rupiah, sehingga investasi mata uang lainnya bisa jadi menghasilkan cuan. Tetapi nyatanya, invetasi dolar Singapura dan Australia ternyata tidak terlalu menguntungkan.

Melansir data Refintiv, sepanjang semester I-2021 dolar Singapura hanya menguat 1,4%, berada di Rp 10.772,15/SG$. Artinya, jika berinvestasi Mata Uang Negeri Merlion ini, keuntungan yang diperoleh selama 6 bulan hanya 1,4% saja. Sementara jika berinvestasi di dolar Australia cuannya bisa 10 kali lipat.

Selama 6 bulan pertama tahun ini, kurs dolar Australia melesat lebih dari 11,5%. Pada 30 Juni lalu, dolar Australia berada di Rp 10.868,35/AU$. Bahkan, pada pertengahan April lalu, dolar Australia sempat berada di atas Rp 11.300/AU$ yang merupakan level tertinggi sejak Juni 2014.

Baik Singapura maupun Australia sudah mampu meredam penyebaran virus corona, perekonomiannya pun berhasil bangkit dan lepas dari resesi di kuartal I-2021. Sementara Indonesia masih belum mampu lepas dari kontraksi perekonomian tersebut.

Produk domestik bruto (PDB) kuartal I-2021 tumbuh 0,2% year-on-year (YoY), setelah mengalami kontraksi sepanjang tahun lalu.

Suatu negara dikatakan mengalami resesi ketika produk domestik bruto (PDB) mengalami kontraksi 2 kuartal beruntun secara tahunan (year-on-year/YoY). Artinya, Singapura kini sudah sah lepas dari resesi.

Sementara, PDB Australia tumbuh 1,1% YoY di kuartal I-2021. Pertumbuhan tersebut nyaris 2 kali lipat lebih tinggi dari konsensus di Trading Economics sebesar 0,6% YoY.

Pertumbuhan tersebut merupakan yang pertama setelah mengalami kontraksi dalam 3 kuartal beruntun.

Sementara PDB Indonesia di tiga bulan pertama tahun ini minus 0,74%, dan sudah berkontraksi selama 4 kuartal beruntun.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Semester II, Dolar Australia Masih Lebih Cuan?

Meski dolar Australia menguat tajam di semester I-2021, tetapi di paruh kedua tahun ini kemungkinan tidak akan menguat tajam lagi.

Sebab, bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) kemungkinan akan menambah stimulus moneter (quantitative easing/QE). Artinya, jumlah uang yang beredar bertambah banyak, dan secara teori mata uang akan melemah.

Gubernur RBA, Philip Lowe, mengatakan akan melakukan review apakah akan memperpanjang program QE pada rapat kebijakan bulan Juli.

Nilai QE RBA saat ini sebesar AU$ 100 miliar (US$ 77 miliar) dan akan berakhir di bulan September.

Sementara dolar Singapura berpeluang menguat tajam, sebab pemerintahannya mempersiapkan roadmap yang nantinya akan memperlakukan Covid-19 sebagai flu biasa.

Jika dianggap sebagai flu biasa, tentunya aktivitas warganya akan kembali normal, roda perekonomian bisa berputar dengan kencang.

Rencana tersebut diungkapkan oleh tiga menteri di Singapura, yakni Menteri Perdagangan dan Industri Gan Kim Yong, Menteri Keuangan Lawrence Wong dan Menteri Kesehatan Ong Ye Kung dalam sebuah pernyataan pers, akhir pekan lalu.

Menurut mereka, kemungkinan sakit parah akibat flu sangat rendah, sehingga bisa tetap beraktivitas, tentunya dengan syarat sudah melakukan vaksinasi.

"Kemungkinan sakit parah karena flu sangat rendah, jadi kita bisa hidup dengan itu. Masyarakat bisa tetap beraktivitas meski sedang musim flu, tentunya dengan bekal vaksinasi," tulis mereka.

"Oleh karena itu, kita bisa melakukan hal yang sama untuk Covid-19. Kita tidak akan bisa memusnahkannya, tetapi kita bisa mengubah pandemi menjadi lebih tidak menakutkan. Seperti flu, penyakit mulut dan kuku, atau cacar air, kita tetap bisa hidup normal."

"Inilah rencana kami dalam beberapa bulan ke depan, kami sudah punya rencana. Vaksinasi adalah kunci pertama," papar mereka.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular