Big Cap BEI

Unilever Salip Bank Jago, Emiten IT Salim Masuk 10 Besar

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
28 June 2021 12:10
unilever
Foto: unilever.co.id

Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan lalu berhasil pulih, walaupun hanya menguat cenderung tipis. IHSG menguat 0,25% secara point-to-point.

Pada Jumat (25/6/2021) akhir pekan lalu, IHSG ditutup dengan apresiasi 0,17% ke level 6.022,39.

Total nilai transaksi sepekan mencapai Rp 57,3 triliun, yang didapat dari perdagangan 100 miliar saham sebanyak lebih dari 5,8 juta kali. Sebanyak 225 saham menguat, 266 lain melemah, dan 156 sisanya stagnan.

Data PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebutkan investor asing mencatatkan penjualan bersih (net sell) di pasar reguler sebesar Rp 703,34 miliar selama sepekan ini. Namun demikian, di pasar tunai dan negosiasi terdapat aksi beli besar-besaran dengan nilai total Rp 2,03 triliun.

Namun, kenaikan IHSG yang cenderung tipis pada pekan lalu tak mendorong jumlah 10 besar kapitalisasi terbesar (big cap) Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali naik.

Pada akhir pekan lalu, total 10 besar big cap BEI kembali turun, dari sebelumnya sebesar Rp 2.913 triliun menjadi Rp 2.888 triliun.

Perkembangan Market Cap Emiten Big Cap 10 Besar (RP T)

No.Emiten25 Juni 2021No.Emiten18 Juni 2021No.Emiten11 Juni 2021
1.Bank Central Asia/BBCA7551.Bank Central Asia/BBCA7721.Bank Central Asia/BBCA790
2.Bank Rakyat Indonesia/BBRI4872.Bank Rakyat Indonesia/BBRI4772.Bank Rakyat Indonesia/BBRI523
3.Telkom/TLKM3223.Telkom/TLKM3323.Telkom/TLKM344
4.Bank Mandiri/BMRI2734.Bank Mandiri/BMRI2864.Bank Mandiri/BMRI290
5.Astra/ASII1995.Astra/ASII2145.Astra/ASII214
6.Unilever/UNVR1916.Bank Jago/ARTO1936.Unilever/UNVR204
7.Bank Jago/ARTO1867.Unilever/UNVR1877.Bank Jago/ARTO178
8.Chandra Asri/TPIA1798.Chandra Asri/TPIA1698.Chandra Asri/TPIA143
9.Emtek/EMTK1559.Emtek/EMTK1429.Sampoerna/HMSP140
10.DCI Indonesia/DCII14110.DCI Indonesia/DCII14110.Emtek/EMTK138

Sumber: BEI, berdasarkan data harga saham, Jumat (25/6/2021)

Berdasarkan data di atas, secara mayoritas pergerakan big cap pada akhir pekan lalu terlihat mengalami penguatan. Hanya saja, beberapa saham yang mengalami penurunan market cap tergolong besar penurunannya, sehingga mempengaruhi jumlah nilai big cap 10 besar.

Kapitalisasi pasar (Market cap)saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) pada akhir pekan lalu mencapai Rp 755 triliun, turun sebesar Rp 17 triliun dari pekan sebelumnya yang sebesar Rp 772 triliun dan menjadi penurunan terbesar pada pekan lalu.

Namun, market cap PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mengalami peningkatan pada akhir pekan lalu, yakni naik menjadi Rp 487 triliun atau naik sebesar Rp 10 triliun.

Sedangkan untuk market cap saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) berhasil menyalip market cap saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) pada akhir pekan lalu, di mana market cap saham UNVR menduduki posisi ke-6, sementara untuk saham ARTO menduduki posisi ke-7.

Adapun untuk market cap UNVR bertambah Rp 4 triliun menjadi Rp 191 triliun dan market cap ARTO berkurang Rp 7 triliun menjadi Rp 186 triliun.

Sementara untuk market cap dari saham teknologi, PT DCI Indonesia Tbk (DCII) masih bertengger di posisi ke-10, dengan market cap-nya sebesar Rp 141 triliun. Masih bertenggernya saham DCII di posisi ke-10 karena saham DCII sendiri masih disuspensi oleh BEI.

Mengawali pekan, IHSG terkoreksi tipis 0,18% menyusul masih berlanjutnya sentimen negatif di pasar setelah pekan sebelumnya bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) memperkirakan penaikan suku bunga bisa dilakukan pada 2023, dan memperkirakan inflasi bisa melewati angka 3% pada akhir tahun ini. Pada situasi normal, The Fed menolerir tingkat inflasi sebesar 2%.

Tak cukup dengan itu, kepada CNBC International Presiden The Fed St. Louis Jim Bullard menambahi kecemasan pasar pada Senin, setelah mengatakan bahwa wajar jika The Fed cenderung "hawkish" dan kenaikan suku bunga pertama bisa terjadi secepatnya pada 2022.

Namun pada Selasa (22/6/2021), situasi berbalik setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan herd immunity atau kekebalan komunal bisa tercapai pada Agustus 2021 sehingga penyebaran Covid-19 menjadi lebih terbatas.

Sentimen positif juga muncul pada Jumat di mana bos The Fed Jerome Powell di depan Kongres AS yang menyatakan bahwa tekanan inflasi di Negara Adidaya tersebut bersifat temporer, dan pihaknya tidak bakal mengacu pada inflasi tersebut dalam penentuan penaikan Fed Funds Rate.

Dus, kekhawatiran seputar fenomena taper tantrum, yakni pembalikan dana asing ke negara maju karena terhentinya kebijakan moneter longgar AS, agak mereda.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular