
Dear Market! IHSG Bisa ke 6.400, Asal Tembus Level Ini Dulu

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah terpaksa ambruk ke area level 5.800-an dalam beberapa hari lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali terkonsolidasi di area 6.000.
Pada tengah hari perdagangan Kamis sesi I (24/6), data BEI mencatat IHSG terkoreksi 0,32% kembali ke angka 6,015 setelah pada perdagangan kemarin gagal menembus level psikologis 6.100.
Konsolidasi IHSG di area 6.000 sudah terjadi sejak awal Juni ketika pada hari pertama perdagangan bulan ini IHSG melonjak 1% lebih dan hingga saat ini anteng di level 6.000 tersebut.
Sejatinya koreksi pada beberapa hari belakangan ini terjadi setelah kenaikan kasus Covid-19 yang terus mengganas akhir-akhir ini.
Kementerian Kesehatan melaporkan, jumlah pasien positif corona di Indonesia per 23 Juni 2021 adalah 2.033.421 orang. Bertambah 15.308 orang dari hari sebelumnya, rekor tertinggi penambahan pasien harian sejak kasus perdana diumumkan pada awal Maret tahun lalu.
Dalam 14 hari terakhir, rata-rata pasien positif corona bertambah 11.169 orang per hari. Melonjak tajam dibandingkan rerata 14 hari sebelumnya yaitu 6.131 orang.
Angka kasus aktif terus bertambah. Kasus aktif adalah jumlah pasien yang masih dalam perawatan, baik di fasilitas kesehatan maupun mandiri. Data ini mencerminkan seberapa berat beban yang ditanggung oleh sistem pelayanan kesehatan.
Per 23 Juni 2021, angka kasus aktif ada di 160.524 orang. Naik dibandingkan hari sebelumnya yang sebanyak 152.686 orang dan menjadi yang tertinggi sejak 13 Februari 2021.
Lonjakan kasus corona membuat pemerintah mengetatkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Presiden Joko Widodo (Jokowi) belum memilih opsi karantina wilayah atau lockdown untuk menekan penyebaran virus yang awalnya mewabah di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China tersebut. Menurut Kepala Negara, PPKM bila dijalankan secara murni dan konsekuen akan mampu membatasi aktivitas masyarakat tanpa mengorbankan aspek ekonomi.
Belum adanya kabar gembira menyebabkan IHSG kembali sulit bergerak naik menembus level penutupan harian tertinggi tahun ini di angka 6.435 awal Januari silam. Tercatat sejak longsor Januari lalu sudah 6 bulan IHSG tidak pernah melihat area 6.400 lagi.
Meskipun demikian dalam bulan-bulan kedepan, tentunya ada beberapa kabar gembira yang digadang-gadang akan mampu membawa IHSG paling tidak keluar dari area konsolidasi 6.000-6.100 dan kembali bergerak naik.
Berita tersebut adalah kepastian bahwa Indonesia akan keluar dari zona resesi di kuartal kedua tahun ini. Menteri Keuangan, Sri Mulyani optimis bahwa di kuartal kedua ini perekonomian Indonesia akan mampu tumbuh 7 hingga 8 persen.
Kenaikan ini tentu saja menyudahi kontraksi perekonomian Tanah Air selama 4 kuartal berturut-turut sehingga Indonesia resmi keluar dari zona resesi di tahun ini.
Bagaimana sejatinya potensi IHSG untuk kembali ke area 6.400 ? Simak analisis berikut.
Analisis Teknikal
![]() Teknikal |
Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode harian (daily) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di area batas tengah maka pergerakan IHSG selanjutnya cenderung terapresiasi.
Untuk mengubah bias menjadi bullish atau penguatan, perlu melewati level resistance yang berada di area 6.150 berada dekat dengan MA 120, setelah melewati level ini IHSG perlu kembali menguji level 6.360 yang gagal ditembus Maret lalu.
Apabila IHSG konsisten ditutup di atas level ini maka peluang IHSG untuk kembali ke atas 6.400 akan sangat terbuka.
Sementara untuk melanjutkan tren bearish atau penurunan maka indeks perlu melewati level support yang berada di area 5.850 apabila level tersebut maka peluang IHSG untuk kembali turun ke level 5.750 akan kembali terbuka.
Koreksi IHSG dalam beberapa hari kemarin sejatinya sudah berhasil menutup gap yang tercipta awal Juni lalu ketika IHSG dibuka melonjak 1% sehingga tidak ada lagi 'hutang' gap yang perlu di bayar sehingga jalan IHSG untuk bergerak naik akan semakin mulus.
Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Saat ini RSI berada di area 50 yang belum menunjukkan adanya indikator jenuh beli maupun jenuh jual akan tetapi RSI terkonsolidasi naik setelah sebelumnya mendekati level jenuh jual yang menunjukkan Indeks berpeluang menguat.
Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB di batas tengah, maka pergerakan selanjutnya cenderung bullish. Hal ini juga terkonfirmasi dengan indikator RSI yang terkonsolidasi naik.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Cek Dulu Arah Gerak IHSG Sebelum Cari Cuan Hari Ini